PARBOABOA, Medan - Ekspor karet dari Sumatera Utara pada Februari 2022 mengalami penurunan hingga 11,99 persen dari bulan sebelumnya atau hanya tinggal 28.698 ton.
Sekretaris Eksekutif Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatera Utara, Edy Irwansyah mengatakan kinerja ekspor karet pada Januari dan Februari 2022 mengalami pelemahan karena terjadinya penurunan volume permintaan yang tajam.
"Penurunan volume ekspor ini masih disebabkan lemahnya demand (permintaan dari end user berkurang) dan masih adanya sedikit delay shipment (penundaan pengapalan) pada Februari 2022," kata Edy, Rabu (11/3/2022).
"Secara total volume ekspor karet Sumatera Utara pada Januari dan Februari tahun ini sebesar 61.305 ton. Turun 5,65 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu," tambahnya.
Edy menjelaskan, untuk negara tujuan pengeksporan karet pada bulan Februari ini ada sebanyak 30 negara. Lima besar negara tujuan ekspor adalah Jepang (39,02%), USA (11,54%), Brazil (9,83%), China (9,64%), dan Canada (7,33%).
Rusia merupakan salah satu negara tujuan ekspor karet Sumatera Utara. Pada Januari yang lalu, ekspor ke Rusia berada pada urutan ke-18 dari 34 negara dengan volume 374 ton. Sedangkan pada bulan Februari, Rusia berada pada urutan ke 22 dari 30 negara dengan volume 120 ton.
"Penurunan volume ini akibat masalah operasional dari pihak perusahaan pelayaran pengangkut karet tidak sampai ke Rusia terkait perang Rusia-Ukraina. Walaupun ada penurunan volume ekspor ke Rusia, dampaknya tidak mempengaruhi kinerja ekspor, karena porsinya kecil ke Rusia (0,42 persen pada Februari ini)," jelasnya.
Edy menyebut, rata-rata karet jenis TSR20 di bursa berjangka Singapura pada bulan Februari mengalami kenaikan 2,1 sen dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 179,57 sen AS. Adanya peningkatan harga ini diharapkan dapat meningkatkan transasksi perdagangan di pasar spot.
"Memasuki Maret, kondisi kebun karet Sumatera Utara masih akan berada pada musim kering. Keadaan ini akan mepengaruhi produksi kebun karet kinerja ekspor bulan Maret diperkirakan masih stagnan," tutupnya.
Editor: -