PARBOABOA, Simalungun - Berbagai fasilitas yang ditawarkan Desa Wisata Karang Anyar (DEWIKA), Kecamatan Gunung Maligas, Simalungun ternyata tak mampu menggaet wisatawan.
Objek wisata yang baru diresmikan Bupati Simalungun, Radiapoh Hasiholan Sinaga pada 21 Desember 2023 tersebut masih sepi pengunjung.
Berdasarkan pantauan PARBOABOA pada Sabtu (29/6/2024), sarana dan prasarana pendukung wisata yang ada di DEWIKA seperti sepeda air mini, pondok beristirahat di atas air dan jalur untuk wahana ATV anak tampak terbengkalai.
Sementara objek wisata Pemandian Mata Air Karang Anyar yang lokasinya hanya sekitar 100 meter dari DEWIKA tampak ramai.
Pengunjung terlihat memadati objek wisata alam itu, sembari menikmati suasana sejuk dan berenang di air jernih.
Pondok-pondok kecil yang dibangun di sekitar lokasi pemandian pun selalu penuh, apalagi di musim libur anak sekolah, seperti saat ini.
"Lebih dekat mata air bang. Lebih jernih dan bersih juga airnya, makanya lebih memilih di sini," ungkap Samantha (29), salah seorang pengunjung kepada PARBOABOA.
Warga Kecamatan Tanah Jawa ini mengaku sering berlibur ke Pemandian Mata Air Karang Anyar, bahkan sejak ia masih kecil
Oleh karenanya, ia lebih memilih menyewa pondok/tenda di pemandian mata air, dibandingkan ke DEWIKA.
Alasan lainnya, wisatawan yang hendak menikmati kolam pemandian mata air di DEWIKA harus membayar retribusi.
Sementara di Pemandian Mata Air Karang Anyar, tidak perlu membayar sama sekali.
"Di sana bayar untuk masuk ke kolam sedangkan di sini ga perlu bayar. Hanya perlu bayar sewa tenda jika ingin letakkan barang," jelas Samantha.
Adapun tiket masuk lokasi pemandian mata air karang anyar dan DEWIKA sebesar Rp3 ribu per orang.
Sedangkan penyewaan pondok istirahat di sekitar mata air sebesar Rp20.000 hingga Rp35.000 per hari. Di musim libur, harga per pondok disewakan sebesar Rp50.000 per hari.
Sementara untuk masuk ke kolam pemandian di DEWIKA, wisatawan diharuskan membayar Rp5 ribu per orang.
Jumlah itu di luar tarif untuk berbagai wahana permainan yang tersedia di DEWIKA seperti bumper boat, mini trail dan ATV anak.
"Bayar 5 ribu kalau tidak salah ingat. Terus kalau udah rame seperti lebaran kemarin itu airnya kotor, karena kan ini satu sumber juga dari atas (gunung)," kata Samantha.
Keluhan senada juga disampaikan Arif (39), pengunjung asal Kota Pematangsiantar.
Ia mengaku lebih memilih Kolam Pemandian Mata Air Karang Anyar, dibandingkan kolam pemandian di DEWIKA.
Menurut Arif, air di kolam pemandian mata air lebih bersih dan segar. Selain itu, suasana di kolam pemandian lebih sejuk dibandingkan di DEWIKA.
"Karena anak-anak juga bermainnya di bagian atas dekat mata air. Jadi lebih memilih untuk menyewa pondok di atas agar bisa mengawasi anak-anak," katanya saat dijumpai PARBOABOA di lokasi yang sama.
Arif mengaku sudah lama tak mengunjungi objek wisata ini. Ia melihat banyak perubahan sejak terakhir kali mengunjungi Pemandian Mata Air Karang Anyar.
"Setahuku, di bawah itu sempat jadi kolam yang banyak ikannya. Jadi orang datang ya untuk mancing di bawah, karena di bawah memang kotor, banyak sampah, rumput dan lumut," tambahnya.
Isnin (54), salah seorang pedagang yang memiliki pondok peristirahatan mengungkapkan alasan dibalik sepinya objek wisata DEWIKA.
Ia mengungkapkan, objek wisata DEWIKA belum sepenuhnya terbangun.
Selain itu, air yang mengalir di kolam pemandian yang ada di DEWIKA juga berasal Pemandian Mata Air Karang Anyar.
"Di sana orang mandi bayar Rp5 ribu kalau di sini ya bebas mau mandi," jelas Isnin.
Menurutnya jumlah tersebut cukup besar, apalagi bagi wisatawan dengan keluarga besar atau memiliki anak lebih dari 3.
"Di sana mandi Rp5 ribu kalau punya anak 5 ya Rp25 ribu, belum lagi jajannya dan sewa tempatnya lagi. Di sini cuma-cuma kalau mau mandi. Tapi kalau untuk menyewa tenda ya bayar," ungkapnya.
Sementara Ketua Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Karang Anyar, Jumali mengakui Kolam Pemandian Mata Air mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan ke DEWIKA.
Selain itu, status lokasi mata air masih menjadi hak guna usaha PT Perkebunan Nusantara IV.
Kondisi itulah yang membuat pengelolaan desa wisata yang sempat mendapatkan piagam penghargaan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Anugerah Desa Wisata Indonesia 2021 ini menjadi tidak maksimal.
"Karena air di bawah ini dari atas. Kalau rame tau sendirilah pasti kotor di bawah ini. Itu yang membuat ngga ada yang mau mandi di bawah sini," ujar Jumali.
Meskipun minim pengunjung, BUMNDes Karang Anyar yang merupakan pengelola DEWIKA masih mendapat pemasukan dari biaya retribusi di kawasan pemandian tersebut.
Kesepakatan tersebut disahkan dalam Peraturan Desa yang disahkan pada April 2024 lalu.
Sejak saat itu, baru retribusi ditetapkan untuk masuk ke kawasan tersebut.
Dari retribusi masuk sebesar Rp3 ribu, desa mendapatkan Rp1.000, sedangkan DEWIKA mendapatkan Rp2.000.
"Itulah biaya perawatan, kebersihan dan gaji karyawan," jelas dia.
Jadi, eksistensi pemandian mata air Karang Anyar lah yang menjadi penopang tunggal dan membuat DEWIKA tetap eksis, imbuh Jumali.