Kisah Tahu yang Membuka Jalan Rezeki

Proses pembuatan tahu (Foto: Parboaboa/Wulandharahap)

PARBOABOA - Asap putih mengepul tinggi dari penggorengan mendidih yang sedang dimasak di api menyala. Di ruangan beratap seng dan berlantai semen itu, ada tiga orang pekerja terlihat sibuk, mulai dari mengaduk, mencetak tahu dan memperhatikan kondisi air di sebuah tong.

(Foto : Parboaboa/Wulandharahap)

Siang itu, Kamis, (22/09), di pabrik pembuatan tahu dan tempe tradisional di Jalan Mawar Kecamatan Siantar Kota Pematang Siantar, Suyanti, sang pemilik sedang membantu pekerja. Dia mondar-mandir melihat dan sesekali ikut mengaduk kedelai halus yang dimasak.

“Sejak pagi-pagi sekali, proses pembuatan dikerjakan. Semuanya dimasak secara tradisional,” jelasnya.

Sekitar 42 tahun sudah Suyanti bertahan dengan bisnis olahan kedelai, dimulai berjualanan dengan berjalan kaki hingga bisa mempekerjakan sembilan orang karyawan. “Tahun 1980 saya memulainya, dengan modal pas-pas-an dan hanya berdua bareng suami,” ucapnya mengenang.

Suyanti bercerita, usaha tahu dan tempe nya dimulai dari sang suami yang memutuskan berhenti menjadi karyawan kemudian mencoba merintis bisnis. Saat memulai, ada banyak rintangan dihadapi, mulai dari dagangan tidak laku, hingga nyaris bangkrut karena kondisi keuangan sekarat.

Di awal berjualan, Suyanti dan suami harus berjalan kaki berkilo-kilo meter untuk menawarkan tahu dan tempe buatannya ke rumah-rumah atau mengantar ke warung sayur mayur. “Masih ingat sekali saya, dahulu berjualannya di pinggir jalan gitu, setiap pagi saya dan suami juga terkadang keliling ke rumah-rumah orang untuk menawarkan dagangan," katanya.

Hampir Menyerah

Masuk tahun ke dua membuat tahu dan tempe, Suyanti mengatakan jika bisnisnya sempat dihentikan karena kehabisan modal. Uangnya hanya tinggal sedikit untuk memproduksi pada saat itu. Tidak hanya itu, tempat nya biasa berjualan digusur.

“Pengeluaran dan pemasukan yang tidak diatur dengan benar, membuat usaha kolaps,” ucapnya.

Belajar dari pengalaman, Suyanti mulai bangkit lagi dengan merintis dari awal di tahun ke tiga. Bersama suami, mereka hati-hati dalam mengatur keuangan, semuanya di manajemen termasuk pola pemasaran. "Saya mengalami naik turun juga selama merintis usaha ini," terangnya.

Berkat kegigihannya, bisnis nya berjalan dengan baik. Permintaan pesanan mulai berdatangan dari pelanggan setianya hingga akhirnya dia bisa membangun pabrik kecil di samping tempat tinggalnya. Biaya pendidikan anaknya pun tertolong hanya dari hasil berjualan tahu dan tempe.

Lewat usahanya, Suyati membuka lapangan pekerjaan. Kini dia sudah memiliki sembilan orang karyawan yang merupakan tetangganya di sekitar lingkungannya bermukim. "Ada sekitar 9 karyawan yang derja di sini, tetangga-tetangga yang nganggur juga kami tawarkan kerja di sini. Mereka membantu kami di sini," paparnya.

(Foto : Parboaboa/Wulandharahap)

Saat ini, dalam sehari pabrik pengolahan tahu dan tempe Suyati, memproduksi sekitar 200 kilogram tahu dengan ukuran besar dan kecil, dengan harga mulai dari Rp300 hingga Rp150 per satuannya. Untuk pemasarannya, sudah dipasok ke hampir seluruh Kota Pematang Siantar. 

"Target ke depannya ingin memperluas pasar hingga ke luar daerah atau bahkan bisa ke seluruh Indonesia," terangnya.

Suyati sebagai seseorang yang merasakan asam dan garam kehidupan dalam berbisnis berpesan, siapapun yang sudah memutuskan untuk mengambil jalan berbisnis, maka harus bersungguh-sungguh dan jangan pernah memilih usaha yang bukan bidangnya.

“Karena dengan memilih usaha dalam bidang yang digemari, akan lebih menyenangkan dan mudah dijalani.  Memang lika-likunya banyak. Tapi semua itu ujian, harus banyak bersabar dan berdoa,” ucapnya menutup obrolan.

Editor: -
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS