PARBOABOA – Tari Tortor merupakan tarian tradisional dari Provinsi Sumatra Utara (Sumut), atau tepatnya berasal dari suku Batak Toba. Kata Tortor diambil dari bunyi hentakan kaki para penari di atas papan rumah adat Batak.
Melalui tarian tradisional ini, masyarakat Batak menyampaikan seluruh doa dan harapan kepada Tuhan yang Maha Esa. Oleh karena itu, tarian Tortor ini dianggap sebagai gerakan yang bersifat sakral.
Lantas, seperti apa sejarah tarian tradisional khas Batak Toba ini? Biar makin kenal, berikut Parboaboa sudah menyajikan informasi tentang sejarah tari Tortor, gerakan, dan jenisnya. Jangan di-skip ya!
Tarian Tortor
Tarian tortor berasal dari Provinsi Sumatra Utara (Sumut). Tortor Batak Toba adalah jenis tarian purba dari suku Batak yang meliputi daerah Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Samosir dan Toba.
Menurut catatan sejarah, tarian ini pada awalnya merupakan sebuah tarian ritual yang sakral dan dipentaskan pada upacara-upacara kesembuhan, kematian dan lain sebagainya.
Seiring dengan perkembangan zaman dan masuknya agama Hindu Budha ke nusantara, tarian tradisional ini pun terpengaruh dan ikut berkembang menjadi tarian yang tidak hanya digunakan pada upacara tertentu saja, saat ini tarian ini juga digelar sebagai sebuah pertunjukkan hiburan dan tontonan bagi masyarakat Batak.
Meskipun begitu, tari Tortor masih menjadi salah satu bagian penting dari budaya adat suku Batak hingga saat ini.
Sejarah Tari Tortor
Menurut buku Agama Hindu yang ditulis oleh Ida Bagus Sudirga dkk, dikatakan bahwa tari Tortor adalah salah satu peninggalan zaman Hindu di wilayah Sumatera dan sudah ada pada sekitaran abad ke-13.
Seorang praktisi dan pecinta budaya tari Tortor, Togarma Naibaho mengungkapkan bahwa pada zaman dulu tarian ini digunakan untuk upacara panen, penyembuhan, kematian serta pesta atau hiburan anak muda. Tetapi, sebelum melaksanakan tarian itu perlu melakukan ritual tertentu.
Walaupun begitu, hingga saat ini belum ada sumber ilmiah atau acuan yang menjelaskan dengan pasti sejarah tari tortor ini.
Beda cerita saat masa penjajahan, tarian ini menjadi kesenian yang menghibur para raja yang juga merupakan bentuk perlawanan kepada tentara Belanda. Raja-raja itu memanfaatkan bunyi dari tortor sebagai sebuah isyarat untuk masyarakat.
Contohnya adalah ketika ada bunyi yang ditabuh, hal itu pertanda bahwa para pasukan tentara Belanda telah tiba. Namun bila ada bunyi gordang itu pertanda bahwa masyarakat harus segera mengungsi.
Ragam Gerakan Tari Tortor
Tari Tortor memiliki gerakan yang cukup sederhana sehingga mudah untuk dipelajari. Hal ini karena gerakannya yang cukup terbatas pada gerakan kedua tangan yang hanya melambai naik-turun secara bergantian.
Berikut ragam gerakan tari tortor:
1. Gerak Pangurdot
Gerakan pangurdot adalah gerakan yang menggunakan seluruh badan sebagai pusat gerakannya. Gerakan ini bertumpu pada tumit dan telapak kaki untuk menopang badan saat tubuh bergerak ke atas dan ke bawah. Gerakan ini harus menyesuaikan dengan hentakan dan irama dari gondang.
2. Gerak Pangeal
Gerakan ini menggunakan telapak kaki sebagai penyangganya.Gerakkannya dimulai dari tubuh bagian pinggang hingga kepala saja. Caranya dengan bergerak memutar atau berotasi dari kiri ke kanan pada bagian pinggang.
Pada gerakan ini dikenal sebuah istilah "pangeal ni gonting" yaitu sebuah gerakan pinggang yang gemulai.
3. Gerak Pandenggal
Gerakan yang satu ini ialah berotasi. Penari bergerak secara gemulai dengan seluruh anggota tubuhnya. Mulai dari lengan, telapak tangan, hingga jari-jari tangan pun ikut bergerak.
Gerakan ini dilakukan dengan cara membuang telapak tangan dan mengangkatnya ke atas secara perlahan. Kemudian, turunkan kembali tangannya dengan menelungkupkan telapak tangan secara perlahan.
4. Gerak Siangkupna
Gerak Siangkupna adalah sebuah gerakan yang berfokus pada bagian leher dan harus seirama dengan alunan gondang dan urdot.
5. Gerak Haunanna
Gerakkan Haunanna ini berpatok pada sebuah ekspresi yang ditampilkan oleh penari melalui wajahnya. Ekspresi ini dapat berupa ekspresi gembira, suka maupun duka cita.
Jenis-Jenis Tari Tortor Beserta Fungsinya
Tari tortor sebagai tari tradisional yang ditampilkan pada sebuah acara pernikahan, penyambutan tamu istimewa dan acara-acara perayaan lainnya juga memiliki fungsi dan kerap kali diselenggarakan pada pengangkatan seorang raja dan termasuk ke dalam bagian dari ritual yang berkaitan dengan roh serta spiritual lain.
Berikut beberapa jenis tarian tortor beserta fungsinya.
1. Tari Tortor Sipitu Cawan atau Tujuh Cawan
Jenis tari ini mengisahkan tentang tujuh orang putri kayangan yang turun ke bumi untuk mandi di sebuah telaga di puncak gunung Pusuk Buhit. Dan pada waktu yang bersamaan, datanglah piso sipitu sasarung atau pisau tujuh sarung.
Tari Tortor sipitu cawan ini biasanya akan dipentaskan pada saat adanya penobatan raja Batak.
2. Tari Tortor Pangurason atau Pembersihan
Tari Tortor pangurason ini memiliki arti pembersihan. Dimana tarian ini diakukan sebelum pesta atau acara besar dimulai dengan menggunakan jeruk purut. Tujuannya sebagai permohonan dan pembersihan tempat acara agar pesta dapat berjalan lancar dan terhindar dari bahaya serta bencana.
3. Tari Tortor Tunggal Panaluan
Tarian ini umumnya diselenggarakan sebagai sebuah ritual yang digelar ketika suatu daerah tertimpa musibah. Kata tunggal panaluan diambil dari nama tongkat perpaduan kesaktian Debata Natulo yaitu dewa benua atas, benua tengah dan benua bawah.
Musik Pengiring
Tarian Tortor pun dilakukan dengan iringan dari alat musik khas tanah Batak. Nama alat musik yang mengiringi tarian Tortor adalah Magondangi.
Magondangi ini biasanya terdiri dari 9 jenis alat yang dimainkan seperti gondang, gordang, doal, hesek, ihuton, oloan, ogung, panggora, taganing dan sarune. Alat-alat ini dimainkan dalam tempo yang sudah ditentukan. Jadi dapat menghasilkan suara yang harmonis serta merdu untuk mengiringi tarian Tortor.
Itulah ulasan tentang tarian Tortor khas Batak Toba yang menyimpan banyak cerita dibalik setiap gerakan.