PARBOABOA, Pematang Siantar - Di deretan rak kayu setinggi orang dewasa, terlihat mekar jamur putih siap panen berjejer. Di antara sela-sela itu, ada beberapa pria sedang memetiknya kemudian diletakkan di sebuah wadah. Waktu masih menunjukkan pagi hari, ruangan sepetak itu terlihat sibuk.
Di antara kesibukan memetik tangkai jamur yang sudah mekar itu, ada Aidil Fitriamuda Pane, sang pemilik. Dia sudah sembilan tahun membangun bisnisnya dari nol dan masih bertahan hingga sekarang.
Saat ditemui di tempat bisnisnya Jalan Sudirman No. 9, Kelurahan Teladan, Kecamatan Siantar Barat, Pematang Siantar, Sumatra Utara belum lama ini, Aidil kepada Parboaboa mengatakan, saat awal memulai karir bisnis, uang yang dihabiskannya hanya Rp25 juta. Itu dipakai untuk modal membeli bibit jamur, sekam, kayu untuk membuat rak dan lainnya.
Aidil belajar ilmu tentang budidaya jamur secara otodidak. Berbekal keyakinan, dia tetap konsisten bertahan walau di awal memulai, menemui banyak kegagalan.
“Pernah tidak laku sama sekali jamurnya di pasaran pas awal dahulu,” cerita Aidil mengenang.
Apakah Aidil menyerah? Dia justru semakin semangat untuk membuatnya menjadi sukses. Berbagai teknik pemasaran dipelajarinya, termasuk keilmuan menjaga tanaman jamurnya tetap produktif.
“Saya yakin, tidak ada usaha mengkhianati hasil,” katanya bersemangat.
Memilih Keluar dari Perusahaan Multinasional
Aidil sebelum merintis karir bisnis jamur adalah seorang karyawan perusahaan multinasional Unilever. Dia memutuskan keluar (resign) dan banting setir menjadi pengusaha.
Waktu yang dia habiskan sebagai karyawan multinasional saat itu sudah 40 tahun. “Bukan waktu yang sebentar memang itu, tapi saya punya tekad lain,” jelasnya.
Ari fitriany— Istri Aidil melanjutkan cerita, pada 2013 menjadi titik awal suaminya memulai berbisnis. Dimulai dengan proses beli, kemudian 2014 sudah memiliki baglog tanaman jamur.
”Dulu suami saya bekerja sebagai sales di perusahaan Unilever, sedangkan saya tidak bekerja,” ungkapnya.
Jika dihitung maju, sudah sembilan tahun bisnis jamur suaminya berjalan. Berawal dari omzet hanya Rp3 juta perbulan, sekarang mencapai Rp40 juta perbulan, di mana kerajaan bisnisnya diberi nama Rumah Jamur Qorry.
Ciri khas bisnisnya khusus menjual beragam menu berbahan jamur. Tidak hanya dalam bentuk jamur fresh juga olahan turunannya. “Khasnya semua serba jamur,” kata Ari.
Disebutkan Ari, beberapa menu yang tersedia di rumah jamurnya yakni jamur crispy tiram, stick jamur tiram, dan paket souvenir jamur crispy dan stick jamur.
“Itu di antaranya dan masih banyak lagi. Harga dari masing-masing menu makanan mulai dari Rp15 ribu sampai Rp100 ribu,” terangnya.
Membuka Lapangan Usaha dan Jadi Agrowisata
Lewat tanaman jamur, pasangan suami istri ini membuka lapangan usaha dan menghadirkan variasi makanan yang enak dan bergizi. Saat ini, lokasi budidayanya jadi tempat agrowisata yang terbuka untuk masyarakat umum.
Ari mengatakan, peluang dijadikan agrowisata memiliki peluang besar. Banyak pengunjung saat datang ke rumah jamurnya selalu penasaran dengan hamparan jamur yang ditanamnya.
Lewat itulah, inspirasinya muncul. “Pengunjung bisa melihat secara detail proses produksi jamur, panen, pengolahan hasil masakan sudah jadi. Pengunjung juga dapat membeli jamur mentah yang telah dipanen untuk dibawa pulang dan diolah sendiri,” terangnya.
Adapun pelanggan rumah makan atau pengunjung agrowisata budidaya jamur yang dimiliki Aidil tidak hanya berasal dari Pematang Siantar, namun dari kota lain yang kebetulan sedang berwisata.
"Pengunjung dari luar kota banyak juga, di anntaranya ada dari Tarutung dan Jakarta,” ucapnya.
Saat ini Ari memiliki dua karyawan. Lantas dengan pencapaian nya saat ini, ia menjalin kemitraan dengan berbagai petani jamur yang ada di daerahnya agar saling terintegrasi dan bisa saling menguatkan untuk bertahan.
“Kami juga kerjasama dek sama petani jamur di sini, namanya KUB jamur Qorry,” kata dia.
Bukan hanya itu, Ari mengungkap, suaminya sering membagikan ilmu tentang bagaimana cara merintis usaha jamur ke rekan sesama purna pekerja migran.
“Membagi ilmu dan memotivasi kepara pekerja migran Indonesia (PMI) yang sudah purna, atau ke pekerja di tempat usahanya untuk belajar, supaya kelak mereka bisa sukses memulai usaha di negeri sendiri," pungkasnya.
“Pesan dari kakak, kalau mau cari usaha yang belum orang punya, karena dampak nya jauh lebih baik walaupun merintis awal itu cukup sulit karena butuh proses pengenalan yang panjang,” tutupnya.
Pandemi Bisnis Jamur Tetap Moncer
Saat banyak bisnis yang goyang akibat pandemi COVID-19 melanda seluruh dunia termasuk Indonesia, justru usaha jamur tiram pasangan suami istri ini tetap moncer. Tidak terganggu sama sekali dan melejit.
“Selama pandemi kemaren itu ga berpengaruh sama kami dek. Bahkan penjualan semakin meningkat dan banyak juga yang mesan," ucapnya.
Bisnis Rumah Jamur Qorry yang awalnya hanya berjualan dari pintu ke pintu kini sudah memiliki banyak pelanggan dari banyak daerah. Pencapaian itu akan tetap dijaga pasangan suami istri itu. Mereka akan terus melakukan inovasi dengan menu-menu baru.
Keseriusan dan ketekunan menjadi modal utama membangun kerajaan bisnis. Tidak ada usaha mengkhianati hasil juga kata kunci yang harus diyakini agar sukses menjadi pengusaha.