PON XXI Aceh-Sumut Jadi Ajang Prestasi yang Penuh Kontroversi

Salah satu venue tinju PON Aceh Sumut yang dikeluhkan banyak pihak (Foto: PARBOABOA/Rizal)

PARBOABOA, Jakarta - Perhelatan Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut resmi berakhir pada Jumat (20/09/2024) malam, bertempat di Stadion Utama Sumatera Utara. 

Ajang bergengsi ini diikuti 39 kontingen, termasuk dari Ibu Kota Nusantara (IKN), yang mempertandingkan 65 cabang olahraga dengan melibatkan hampir 13.000 atlet. 

Banyak rekor baru PON yang berhasil diraih para atlet, sebagaimana dilaporkan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat. 

Meski demikian, di balik prestasi gemilang tersebut, terdapat sejumlah peristiwa yang menjadi sorotan publik, khususnya di wilayah Aceh.

Sorotan utama adalah soal permasalahan konsumsi yang mencuat beberapa hari sebelum PON dimulai. Seperti tersebar luas di berbagai platform media, para atlet mengeluhkan masalah konsumsi.

Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Dito Ariotedjo sempat menerima keluhan dari para atlet terkait makanan yang tidak layak, baik dari segi gizi maupun porsi. 

Meski telah diadakan rapat dengan panitia PON Aceh, keluhan tetap berlanjut setelah PON dimulai. 

Atlet cabang olahraga menembak, Rafi Arofah Dirgantari, mengkritik kualitas makanan yang dinilai jauh dari standar nutrisi untuk atlet. 

Raffi yang adalah mahasiswa kesehatan olahraga menyebut bahwa makanan yang disuguhkan jauh dari standar nutrisi yang layak bagi seorang atlet.

"Snack yang diberikan, seperti gorengan dan susu Real Good, sangat tidak memadai. Minimal, susu yang disediakan harus Ultra Milk atau Bear Brand," ujarnya.

Rafi menegaskan bahwa ketidaklayakan konsumsi bagi para atlet sudah dirasakan sejak hari pertama, namun tidak ditanggapi penyelenggara. 

"Saya sempat mengalami radang tenggorokan dan menyampaikan kepada panitia agar ke depannya tidak terlalu banyak gorengan. Sebab sebagai  atlet, kami memerlukan nutrisi yang cukup dan seimbang," tambahnya.

Selain itu, permasalahan keamanan juga mencuat setelah insiden pengeroyokan kapten tim sepak bola Sumatera Utara, Alif Eka Rizky, oleh beberapa pemain Papua Barat. 

Insiden ini terjadi di Banda Aceh, Rabu (11/9/2024) karena dipicu tuduhan kecurangan setelah pertandingan imbang antara Sumut dan Sulteng.

Lebih lanjut, laga perempat final sepak bola antara Aceh dan Sulawesi Tengah diwarnai kericuhan setelah wasit Eko Agus Sugiharto dipukul pemain Sulteng karena dinilai berat sebelah dalam memimpin pertandingan. 

Kejadian ini menyebabkan pemain Sulteng memutuskan walk out (WO) dari lapangan dan pertandingan dimenangkan oleh Aceh. 

Kendala lain soal infrastruktur juga menjadi perhatian serius, terutama setelah atap venue cabang olahraga menembak ambruk saat pertandingan berlangsung di Aceh Besar.

Penyebabnya diketahui karena cuaca buruk dan pengerjaan venue yang belum rampung sebelum dimulainya pertandingan. 

Tak hanya itu, kaca jendela di venue basket juga pecah akibat diterjang angin kencang sehingga menyebabkan beberapa penonton terluka. 

Publik Indonesia menyayangkan sejumlah persoalan yang terjadi selama PON. Beberapa netizen bahkan menyebut bahwa PON XXI adalah ajang terburuk dalam sejarah.

Isu Terbaru

Selain beberapa persoalan tadi, belakangan muncul  diskusi soal perpindahan venue tinju dari gelanggang olahraga (GOR) ke Aula Nommensen yang diduga kuat ada campur tangan pihak ketiga.

Perpindahan lokasi ini justru menyebabkan keluarnya anggaran sebesar Rp 900 juta. Sementara, model penyelenggaraannya justru 'jauh panggang dari api'. 

Aula Nommensen ternyata belum memiliki kelengkapan yang menunjang kebutuhan acara. Air conditioner (AC) dan bilik ganti pakaian atlet sama sekali tidak tersedia.

"Untuk persiapan pertandingan, ruang ganti atlet berada di belakang Aula Nommensen, hanya terdiri dari bilik kecil yang terbuat dari triplek," ungkap Official Pelatih Kalsel, Simeon Tamelab kepada PARBOABOA, Kamis (19/09/2024).

Selanjutnya, mengenai kebutuhan gizi atlet, makanan yang disediakan cukup, tetapi tetap saja tidak ideal. 

"Kami mendapatkan tiga kali makanan dalam sehari, dengan menu yang terbatas pada daging, telur, dan ayam, sementara ikan laut jarang tersedia," tambahnya. 

Humas vendor SMK, Sukoso Winarto kepada PARBOABOA pada Selasa (24/09/2024) lalu memberikan keterangan bahwa persoalan tersebut justru tidak terjadi atas pengetahuan pihaknya.

"Meskipun saya tidak terlalu terlibat, terutama setelah suksesnya pembangunan Suzuya, pemindahan ini tampak di luar kendali Pemko dan panitia PON," ungkap Winarto. 

Ia menduga, Pertina Sumatera Utara menolak venue di GOR dan memilih aula Nommensen karena alasan nasional. 

"Meskipun saya tidak menuduh siapa pun, dari apa yang saya amati, situasinya tampak menunjukkan adanya kepentingan tersembunyi di balik perpindahan ini," terang Winarto.

Terpisah, Sekretaris Daerah Pematangsiantar, Junaedi Sitanggang, menjelaskan bahwa keputusan terkait alokasi anggaran didasarkan pada hasil evaluasi. 

"Ada evaluasi oleh Tim Risk Assessment Mabes Polri dan Polda Sumut yang meminta tambahan fasilitas keamanan dan keselamatan, termasuk CCTV dan jalur evakuasi," ungkapnya kepada PARBOABOA, Jumat (27/09/2024).

Hal ini, lanjut Junaedi, dikarenakan alasan keamanan dan keselamatan sebagai prioritas utama penyelenggaraan PON.

"Risiko kerusuhan dan cedera parah menjadi pertimbangan yang sangat serius. Dalam situasi darurat, kecepatan evakuasi menjadi hal yang krusial."

Meskipun pemindahan venue memberikan beban tambahan pada anggaran Pemkot, Junaedi berharap suksesnya acara dapat meningkatkan pengenalan Pematangsiantar di kalangan atlet. 

Dengan keyakinan akan manfaat jangka panjang, Pemkot Pematangsiantar berniat melanjutkan upaya untuk memfasilitasi pelaksanaan PON dengan sebaik-baiknya.

Editor: Defri Ngo
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS