PON Aceh, Peluang Bagi Pertumbuhan UMKM

Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut Peluang Bagi UMKM. (Foto:Instagram/@ponxxiaceh)

PARBOABOA, Jakarta - Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut sudah di depan mata.

Perhelatan olahraga terbesar di Indonesia ini akan resmi dibuka pada 9 September 2024 di Stadion Harapan Bangsa, Banda Aceh.

Pembukaan yang ditunggu-tunggu ini diharapkan menjadi momentum bersejarah bagi dunia olahraga tanah air, khususnya di Aceh dan Sumatera Utara.

Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Dito Ariotedjo telah menetapkan jadwal pembukaan dan penutupan PON berdasarkan surat resmi Nomor B-PO/8.22.32/MENPORA/VIII/2024.

Surat tersebut tidak hanya menjadi panduan resmi, tetapi juga menjadi dasar untuk semua pihak yang terlibat agar bersinergi demi suksesnya acara ini.

Sementara Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Aceh, M Nasir Syamaun, menegaskan bahwa seluruh persiapan berjalan dengan baik.

Kami berharap acara ini menjadi momentum bersejarah bagi dunia olahraga di Indonesia, “khususnya di Aceh dan Sumatera Utara," ujarnya.

Pembukaan PON pada 9 September nanti akan dimulai pukul 19.00 WIB, dengan harapan bahwa Presiden Joko Widodo bisa hadir untuk meresmikan acara ini.

Penutupan dijadwalkan pada 20 September 2024. Ini bukan sekadar seremoni, tetapi tanda dimulainya kompetisi yang melibatkan ribuan atlet dari seluruh penjuru nusantara.

Persiapan demi persiapan terus dilakukan. Koordinasi antara pemerintah pusat, KONI, dan panitia daerah memastikan semua berjalan lancar.

Masyarakat Aceh juga tambahnya, sangat antusias menyambut kehadiran para atlet dan tamu dari seluruh penjuru nusantara.

Antusiasme ini terlihat dari upaya maksimal yang dilakukan, mulai dari pembenahan infrastruktur hingga penyediaan fasilitas penunjang lainnya.

Dampak Ekonomi

PON bukan hanya soal olahraga. Gelaran besar ini juga membuka peluang ekonomi, terutama bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (Diskop UKM) Aceh telah mengajak para pelaku UMKM untuk memanfaatkan momentum ini.

Plh Kepala Diskop UKM Aceh, Saiful Bahri, menyatakan bahwa pihaknya membuka kesempatan seluas-luasnya bagi UMKM untuk berpartisipasi.

“Panitia Besar PON XXI wilayah Aceh menyediakan stan atau gerai gratis bagi pelaku UMKM untuk menjajakan dagangannya selama perhelatan PON," jelas Saiful.

Tentu saja, para pelaku UMKM harus melalui proses seleksi dan kurasi, mengingat jumlah UMKM di Aceh yang mencapai 423.178 pelaku usaha mikro, 1.470 pelaku usaha kecil, dan 202 pelaku usaha menengah.

Sejauh ini, beberapa UMKM andalan di Aceh telah mulai memproduksi dalam jumlah besar.

Produk-produk unggulan seperti olahan pisang, abon ikan, madu, kue khas Aceh, serta kerajinan seperti tas bordir dan tikar, sudah mulai diproduksi dalam skala yang lebih besar dari biasanya.

Rumah produksi souvenir di Aceh Utara, misalnya, telah membuat tas bordir dengan berbagai corak, termasuk motif logo dan maskot PON 2024.

Selain mendongkrak perekonomian lokal, PON XXI juga diharapkan menjadi ajang promosi pariwisata dan investasi di Aceh.

M Nasir menambahkan, PON ini bukan hanya perhelatan olahraga, tetapi juga sarana untuk memperkenalkan kekayaan budaya dan potensi daerah kepada seluruh tamu dan pengunjung yang datang.

Aceh, dengan keindahan alam dan kekayaan budayanya, diharapkan dapat menarik perhatian investor serta wisatawan.

Kehadiran ribuan atlet dan pengunjung dari seluruh Indonesia tentunya menjadi peluang besar untuk mempromosikan pariwisata lokal.

"Kami berharap semua pihak bisa bersama-sama menyukseskan PON Aceh-Sumut yang juga akan membawa dampak positif bagi promosi pariwisata dan investasi di Aceh," lanjut M Nasir.

Antusiasme Masyarakat

Dukungan masyarakat Aceh terhadap PON XXI sangat besar. Antusiasme ini terlihat dari berbagai persiapan yang dilakukan, baik oleh pemerintah daerah maupun masyarakat.

Mereka berharap agar ajang ini berjalan sukses dan meninggalkan kesan yang baik bagi semua yang terlibat.

Bagi masyarakat Aceh, PON ini bukan hanya sekadar kompetisi olahraga, tetapi juga kesempatan untuk menunjukkan keramahan dan keindahan budaya mereka kepada dunia.

Dukungan dan partisipasi aktif dari masyarakat menjadi kunci suksesnya acara ini.

Sejarahnya bermula jauh sebelum Indonesia merdeka. PON pertama kali digelar pada tahun 1948 di Solo, Jawa Tengah, tepatnya pada 9-12 September. 

Namun, PON bukan sekadar ajang olahraga. Ini adalah simbol perjuangan bangsa.

Sejarah PON

PON dilahirkan dari semangat persatuan. Pada tahun 1948, Indonesia masih muda sebagai sebuah negara.

Setelah proklamasi kemerdekaan, Belanda masih mencoba menguasai Indonesia kembali.

Di tengah suasana tegang ini, PON hadir sebagai upaya menunjukkan eksistensi dan persatuan bangsa di mata dunia.

Pada saat yang sama, Indonesia gagal mengirimkan atlet ke Olimpiade London 1948 karena masalah transportasi dan diplomasi.

Sebagai gantinya, Indonesia memilih untuk menyelenggarakan PON pertama sebagai bentuk perlawanan terhadap penjajahan dan untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia mampu berdiri di atas kaki sendiri.

PON pertama di Solo hanya diikuti oleh 13 kontingen dari berbagai daerah.

Mereka bertanding dalam sembilan cabang olahraga, termasuk sepak bola, atletik, dan bulu tangkis.

Meski sederhana, PON 1948 berhasil menumbuhkan rasa kebanggaan dan persatuan di antara masyarakat Indonesia.

Momentum ini jadi tonggak penting dalam sejarah olahraga nasional.

Setelah PON pertama, ajang ini terus berkembang. PON kedua digelar di Jakarta pada tahun 1951 dengan jumlah peserta dan cabang olahraga yang semakin banyak.

Sejak saat itu, PON diadakan setiap empat tahun sekali, menjadi barometer perkembangan olahraga di setiap daerah.

PON tidak hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga media pengembangan bakat atlet muda.

Beberapa atlet nasional yang kemudian berprestasi di tingkat internasional, seperti Lalu Muhammad Zohri dan Eko Yuli Irawan, memulai karier mereka dari PON.

Editor: Norben Syukur
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS