PARBOABOA, Pematangsiantar - Masyarakat Indonesia pasti sudah tidak asing dengan penyakit demam berdarah. Penyakit akibat virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti ini tidak boleh diabaikan, karena dapat menyebabkan kematian. Terlebih lagi karena penyakit ini bisa menyerang siapa saja, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.
DBD ini dapat terjadi setelah nyamuk menggigit dan menghisap darah seseorang yang sudah terinfeksi virus dengue, kemudian virus akan ditularkan nyamuk tersebut setelah menggigit orang lain. Sehingga perlu diingatkan jika virus ini tidak dapat menular karena kontak langsung dengan pasien, namun harus dengan perantara nyamuk.
Nyamuk Aedes aegypti memiliki ciri-ciri tubuh berukuran lebih kecil, badannya berwarna hitam pekat dengan dua garis vertikal putih di punggung dan garis-garis putih horizontal pada kakinya.
Virus Dengue terbagi menjadi empat tipe, yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4. Ketika seseorang terinfeksi salah satu tipe virus Dengue dan berhasil pulih, maka tubuhnya akan membentuk kekebalan seumur hidup terhadap tipe virus tersebut. Akan tetapi, kekebalan terhadap salah satu virus tidak menutup kemungkinan terjadinya infeksi oleh tipe virus Dengue yang lain.
Gejala DBD
Gejala demam berdarah ini tidak muncul langsung setelah gigitan, namun muncul setelah empat hingga tujuh hari setelah infeksi awal. Gejala yang paling umum dari penyakit ini adalah demam, sehingga DBD kerap dianggap sebagai flu biasa. Penderita demam berdarah umumnya sembuh sekitar 1 minggu kemudian. Namun, pada beberapa kasus, kondisi penderita dapat memburuk dan menyebabkan kondisi yang fatal jika telat mendapat penanganan.
Dikutip dari laman halodoc, berikut ini beberapa gejala demam berdarah, yaitu:
- Demam tinggi mencapai 40 derajat Celsius;
- Sakit kepala berat;
- Nyeri pada sendi, otot, dan tulang;
- Nyeri pada bagian belakang mata;
- Nafsu makan menurun;
- Mual dan muntah;
- Pembengkakan kelenjar getah bening;
- Ruam kemerahan sekitar 2–5 hari setelah demam;
- Pembengkakan pada kelenjar getah bening
- Perdarahan dari hidung, gusi, atau di bawah kulit.
Langkah pencegahan demam berdarah
Ada pepatah yang mengatakan jika mencegah lebih baik daripada mengobati. Jadi sebelum terkena penyakit DBD ini, ada sejumlah langkah pencegahan yang dapat dilakukan yaitu:
- Anak usia 9–16 tahun seharusnya divaksinasi dengue, sebanyak 3 kali dengan jarak 6 bulan;
- Memberantas sarang nyamuk yang dilakukan dalam dua kali pengasapan insektisida atau fogging dengan jarak 1 minggu;
- Menguras tempat penampungan air, seperti bak mandi, minimal setiap minggu;
- Menutup rapat tempat penampungan air;
- Melakukan daur ulang barang yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti;
- Mengatur cahaya yang cukup di dalam rumah;
- Memasang kawat anti nyamuk di ventilasi rumah;
- Menaburkan bubuk larvasida (abate) pada penampungan air yang sulit dikuras;
- Menggunakan kelambu saat tidur;
- Menanam tumbuhan pengusir nyamuk;
- Menghentikan kebiasaan menggantung pakaian;
- Menghindari wilayah daerah yang rentan terjadi infeksi;
- Mengenakan pakaian yang longgar; dan
- Menggunakan krim anti-nyamuk yang mengandung N-diethylmetatoluamide (DEET), tetapi jangan gunakan DEET pada anak di bawah 2 tahun.
Pengobatan DBD
Sampai saat ini belum ada obat khusus untuk mengobati demam berdarah. Namun ada sejumlah cara yang dapat dilakukan untuk meredakan gejala dan menghindari komplikasi.
Tindakan yang dapat dilakukan penderita adalah beristirahat yang cukup dan menjaga keseimbangan cairan tubuh dengan banyak minum air. Penderita juga dapat mengonsumsi obat penurun panas, seperti parasetamol. Namun pasien harus menghindari konsumsi obat-obatan pereda nyeri. Hal ini dikarenakan obat-obatan tersebut dapat menimbulkan komplikasi perdarahan.
Namun jika kondisi penderita DBD semakin memburuk, pastikan untuk langsung membawa pasien ke rumah sakit, agar penanganan medis dapat segera dilakukan, guna mencegah kondisi pasien semakin memburuk dan menyebabkan kematian.