Paus Fransiskus, Masjid Istiqlal, dan Bhinneka Tunggal Ika

Paus Fransiskus tiba di Indonesia pada Selasa (03/09/2024) siang (Foto: vaticannews.va)

PARBOABOA, Jakarta - Kota Roma di Bulan Mei selalu menyimpan cerita tersendiri bagi para wisatawan dan turis mancanegara.

Mei merupakan waktu yang ideal untuk menjelajahi keindahan Roma, menikmati jalan-jalan di taman dan kebun, serta mengunjungi alun-alun dan piazza yang penuh pesona.

Namun demikian, Mei 2016 lebih indah dari sekedar pesona alam. Di perpustakaan istana apostolik Vatikan, Paus Fransiskus menjamu Syekh Ahmed al-Tayeb, Imam Besar Al-Azhar dan otoritas tertinggi dalam keagamaan Sunni.

Setelah perayaan awal, kedua pemimpin agama duduk berhadapan di meja yang biasa digunakan Fransiskus untuk menerima kepala negara dan pejabat tinggi lainnya. 

Mereka lalu berbicara tentang pentingnya komitmen terhadap perdamaian, penolakan kekerasan dan terorisme, serta perlindungan umat Kristen di tengah konflik dan ketegangan di Timur Tengah.

Pertemuan keduanya merupakan langkah maju dalam mempererat hubungan antara umat Kristen dan Muslim, sekaligus mendorong dialog budaya, perjumpaan, dan perdamaian di antara masyarakat. 

Gerard O'Neill, seorang wartawan terkemuka Amerika menyebut bahwa pertemuan ini memiliki arti khusus dalam upaya menciptakan perdamaian di tengah dunia yang dilanda perang dan terorisme.

"Termasuk kelompok seperti ISIS yang mengatasnamakan Islam untuk membenarkan kekerasan," tulis O'Neill dalam artikelnya di America Magazine , Senin (23/05/2016). 

Bagi Gerard, pertemuan keduanya menandai sebuah terobosan dalam dialog antara Al-Azhar dan Takhta Suci, setelah adanya ketegangan yang dipicu oleh ceramah Benediktus XVI di Regensburg pada September 2006. 

“Beberapa frase dalam ceramah tersebut dianggap oleh Muslim dunia sebagai penghinaan terhadap Nabi Muhammad karena tampaknya melibatkan Islam dengan kekerasan,” lanjut Gerard.

Direktur Kantor Pers Vatikan, Federico Lombardi, menyebut situasi pertemuan selama 30 menit itu terasa 'hangat' dan penting dalam konteks dialog antara Gereja Katolik dan Islam. 

Lombardi menjelaskan bahwa selama diskusi, keduanya menekankan komitmen bersama untuk perdamaian dunia.

Juga menolak segala bentuk "kekerasan dan terorisme, serta perlindungan umat Kristen di konflik tengah dan ketegangan yang melanda Timur Tengah,” pungkas Lombardi.

Pertemuan terjadi dalam situasi keakraban dan persaudaraan yang mendalam. Pada pertemuan Usai tersebut, Paus Fransiskus yang tampak santai dan gembira memberikan tiga hadiah kepada Imam.

Mengapa Indonesia?

Delapan tahun setelah pertemuannya dengan Syekh Ahmed al-Tayeb, Paus Fransiskus akhirnya mengunjungi negara Indonesia.

Duta Besar Indonesia untuk Takhta Suci Vatikan, Michael Trias Kuncahyono, mengungkapkan kesan Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik itu terhadap Indonesia. 

Menurut Trias, Paus Fransiskus tertarik mengunjungi Indonesia karena melihat negara ini sebagai contoh keberagaman umat beragama yang harmonis. 

“Bagi Paus Fransiskus, meskipun mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, umat Katolik dapat hidup dengan baik di sini,” jelas Trias, Kamis (29/08/2024) lalu.

Trias juga menambahkan bahwa Paus Fransiskus memperhatikan perkembangan gereja di Indonesia, yang setiap tahun mengirimkan misionaris ke seluruh dunia, termasuk Eropa. 

“Berhenti sejenak melihat gereja-gereja di Indonesia berkembang pesat, terutama di tengah stagnasi yang terjadi di Eropa. Saat ini, gereja yang berkembang pesat berada di Asia, Afrika, dan kawasan lainnya,” kata Trias.

Sementara itu, Staf Dikasteri untuk Dialog Antar-Agama Takhta Suci Vatikan, Markus Solo Kewuta, mengungkapkan bahwa Paus Fransiskus sangat peduli terhadap isu-isu lingkungan. 

Dalam dokumen Laudato Si yang diterbitkan pada tahun 2015 lalu, Paus menyoroti masalah perubahan iklim dan kerusakan alam global yang semakin parah.

“Melalui utusannya di Indonesia, Paus tentu menerima laporan tentang kondisi lingkungan hidup di negara ini. Ia ingin menyampaikan pesan penting mengenai hal tersebut,” kata Markus.

Masjid Istiqlal dan Bhinneka Tunggal Ika

Paus Fransiskus dan rombongannya telah mendarat di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta menggunakan pesawat komersial ALITALIA pada pukul 11.25 WIB tadi. 

Dalam kunjungan apostoliknya ke Indonesia, Paus Fransiskus akan menandatangani sebuah dokumen kemanusiaan penting. 

Dokumen ini akan ditandatangani bersama Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar, yang mencerminkan komitmen mendalam terhadap kerukunan hidup beragama.

Niat Paus untuk menandatangani dokumen kemanusiaan bersama pimpinan lintas agama sebetulnya mencerminkan keselarasan dengan paham Bhinneka Tunggal Ika.

Sebagai bangsa yang memiliki keanekaragaman suku, agama, ras, dan golongan (SARA), Paus ingin memantik kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya persaudaraan sejati.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pada Senin (02/09/2024) menjelaskan bahwa dokumen yang ingin ditandatangani keduanya telah dipersiapkan sejak lama.

“Dokumen kemanusiaan yang akan ditandatangani Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Istiqlal merupakan hasil dari proses persiapan yang cermat, melibatkan kolaborasi antara komunitas agama dari Vatikan, Konferensi Waligereja Indonesia, serta pihak Masjid Istiqlal.”

Paus Fransiskus sebelumnya menandatangani dokumen serupa saat kunjungannya ke Abu Dhabi pada tahun 2019. Dokumen tersebut menekankan perlunya peran aktif para pemimpin agama dalam menjaga persatuan dunia serta mengatasi isu-isu lingkungan dan hak asasi manusia.

Retno menambahkan bahwa Paus Fransiskus memiliki kebiasaan bertemu dengan tokoh agama utama di negara yang dikunjunginya. 

Perjumpaan dengan mereka memiliki misi untuk membangun dialog, persaudaraan, kekeluargaan, dan kerukunan antar umat beragama.

Ia juga mengungkapkan bahwa kedatangan Paus Fransiskus menjadi titik penting dalam memperkuat hubungan antar-agama guna menjaga perdamaian. 

“Di tengah situasi global yang masih diliputi konflik antar-negara, semangat ini seharusnya menjadi dasar bagi setiap interaksi antar-manusia dan antar-negara,” kata Retno.

Seperti diketahui, Paus Fransiskus sendiri telah mengesahkan penetapan Ensiklik Fratelli Tuti pada Sabtu (05/09/2024) lalu.

Dokumen gereja ini menekankan pentingnya kerja keras sebagai kunci utama dalam mencapai perdamaian sosial, dengan kasih sebagai dasar ajaran Gereja Katolik.

Terpisah, Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Anton Subianto, mengungkapkan selain bertemu dengan Imam Besar, Paus juga akan melakukan pertemuan dengan para tokoh lintas agama. 

“Permintaan ini langsung datang dari Vatikan,” ujar Anton, Senin (26/08/2024) lalu. 

Penandatanganan dokumen akan terjadi pada Kamis, (05/09/2024) di Masjid Istiqlal. Setelah itu, Paus Fransiskus akan memimpin misa akbar untuk umat Katolik di Gelora Bung Karno.

Editor: Defri Ngo
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS