PARBOABOA - Ganja sering dikenal sebagai tanaman kontroversial karena kandungan psikoaktifnya. Namun, serat batangnya memiliki manfaat besar dalam konstruksi sebagai bahan bangunan yang disebut hempcrete.
Berbeda dengan beton konvensional, hempcrete menawarkan berbagai manfaat ramah lingkungan yang menjadikannya pilihan menarik untuk pembangunan berkelanjutan.
Perlu diingat, tanaman ganja yang dipakai untuk membuat hempcrete ini bukanlah tanaman ganja biasa yang kita ketahui, melainkan tanaman ganja olahan industri.
Tanaman ganja ini juga dikenal dengan nama hemp, yang bebas zat adiktif sehingga aman digunakan sebagai bahan konstruksi.
Pemanfaatan tanaman hemp hanya dimungkinkan di negara-negara yang telah melegalkan budidaya dan penggunaan ganja industri, seperti Kanada, Italia, Argentina, dan Meksiko.
Beberapa contoh negara tersebut bahkan tidak hanya melegalkan penggunaan ganja untuk kebutuhan medis tetapi juga untuk industri, termasuk konstruksi.
Di Indonesia sendiri, ganja masih dikategorikan sebagai narkotika golongan I berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009, yang berarti penggunaannya dilarang keras, kecuali untuk keperluan penelitian.
Pelanggaran atas aturan ini bisa berakibat pada hukuman pidana yang berat. Ini membuat pemanfaatan hemp dalam konstruksi sulit dilakukan di Indonesia meski di beberapa negara, bahan ini mulai menjadi alternatif yang diminati.
Mengutip jurnal berjudul Kebijakan Pendayagunaan Hemp (Ganja Industri) untuk Kepentingan Industri di Indonesia oleh M. Taufan Perdana Putra, terdapat dua jenis ganja yang umum dimanfaatkan, yaitu hemp (ganja industri) dan marijuana (ganja konsumsi), yang keduanya berasal dari tanaman Cannabis sativa L.
Perbedaan utamanya terletak pada penggunaannya dan kandungan zat psikoaktifnya, yaitu tetrahydrocannabinol (THC).
Hemp umumnya digunakan dalam industri untuk memproduksi tekstil, makanan, kertas, produk perawatan tubuh, deterjen, plastik, dan bahan bangunan, dengan kandungan THC rendah (sekitar 0,3% hingga 1,5%).
Sementara itu, marijuana lebih sering dimanfaatkan untuk kebutuhan medis, rekreasi, atau spiritual, dengan kandungan THC yang jauh lebih tinggi, sekitar 5% hingga 10% atau lebih.
Jadi Alternatif Ramah Lingkungan?
Hempcrete adalah material konstruksi yang terbuat dari campuran serat hemp, kapur, dan air. Bahan ini memiliki karakteristik mirip beton dengan beberapa keunggulan, seperti fleksibilitas, isolasi termal yang baik, serta ketahanan terhadap api dan jamur.
Material ini lebih ringan dari beton konvensional, sehingga mengurangi beban pada struktur bangunan. Selain itu, hempcrete juga mampu menyerap karbon dioksida dari udara dan berkontribusi dalam mengurangi emisi karbon.
Keunggulan lain dari hempcrete adalah kemampuannya menyimpan panas yang tinggi, sehingga ideal sebagai bahan isolasi untuk meningkatkan efisiensi energi bangunan.
Berkat sifat isolasinya, hempcrete dapat menjaga suhu ruangan tetap stabil, memberi kehangatan di musim dingin, dan menghalau panas di musim panas.
Berdasarkan laporan BBC (20/09/2023), hempcrete dianggap sebagai material yang terbarukan dan berkontribusi dalam menyerap karbon sepanjang umurnya.
Dari sisi keberlanjutan, tanaman hemp tumbuh cepat, membutuhkan sedikit air dan pupuk, serta dapat tumbuh tanpa pestisida atau herbisida.
Selain memperbaiki kualitas tanah, hemp juga bisa ditanam bergantian dengan tanaman lain. Tanaman ini mampu menghasilkan serat empat kali lebih banyak per hektar dibandingkan pohon pinus, dan kertas dari hemp bisa didaur ulang hingga tujuh kali, sementara kertas dari pinus hanya tiga kali.
Potensi Konstruksi Berkelanjutan
Penggunaan hempcrete sejatinya telah berlangsung sejak 1990-an, terutama di negara-negara seperti Prancis dan Kanada.
Di Inggris, hempcrete telah digunakan untuk membangun rumah ramah lingkungan seperti Flat House di Cambridgeshire. Rumah ini tetap terlihat seperti bangunan biasa, namun memiliki efisiensi energi yang jauh lebih tinggi.
Dengan kualitas yang ramah lingkungan, hempcrete berpotensi membantu negara-negara mencapai target nol emisi karbon.
Namun, hempcrete tidak dapat digunakan sebagai material struktural utama; ia perlu dikombinasikan dengan material lain seperti kayu atau batu untuk menahan beban.
Sebagai bahan insulasi, hempcrete lebih hemat karbon dibandingkan material seperti fiberglass atau papan busa yang berbasis petrokimia.
Hempcrete merupakan pilihan yang menjanjikan bagi konstruksi berkelanjutan, menawarkan efisiensi, ketahanan, dan ramah lingkungan.
Meski Indonesia belum memungkinkan penggunaan hemp dalam industri konstruksi, negara-negara yang telah menerapkan regulasi hemp menemukan berbagai manfaat untuk lingkungan dan efisiensi energi.
Ke depannya, hempcrete memiliki potensi untuk berkembang sebagai bahan konstruksi alternatif dalam upaya menciptakan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.
Editor: Wanovy