Curah Hujan Mematikan: Bencana Hidrometeorologi Basah yang Menghantui Negeri

Curah hujan ekstrem yang mengakibatkan bencana Hidrometeorologi Basah. (Foto: Pinterest)

PARBOABOA, Jakarta - Musim hujan sangat ditunggu oleh para petani, karena dapat memberikan kesejukan dan menyuburkan tanah. Namun hujan juga dapat menimbulkan bencana besar.

Salah satunya adalah bencana hidrometeorologi basah yang disebabkan oleh curah hujan berlebihan. 

Hidrometeorologi basah adalah jenis bencana alam yang disebabkan oleh kondisi cuaca ekstrem dan berkaitan erat dengan air, baik yang berasal dari atmosfer (meteorologi), air permukaan (hidrologi), maupun air laut (oseanografi). 

Di Indonesia yang memiliki iklim tropis dengan dua musim utama yaitu kemarau dan hujan, bencana hidrometeorologi basah sering terjadi, terutama saat musim hujan.

Pada tahun 2023, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis data yang menunjukkan bahwa terdapat 5.400 bencana di Indonesia, dengan 99,35% diantaranya merupakan bencana hidrometeorologi. 

Dampak dari bencana ini menyebabkan 275 orang meninggal dunia, 5.795 orang mengalami luka-luka, dan 8.491.288 orang terdampak serta harus mengungsi. 

Sementara itu, pada tahun November 2024, Kepala BNPB, Suharyanto, melaporkan telah terjadi 1.756 bencana, dengan sebagian besar berupa bencana hidrometeorologi basah.

Angka ini kemungkinan masih akan bertambah, mengingat Indonesia baru saja memasuki musim hujan.

Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Indonesia sedang memasuki puncak musim hujan, yang diperkirakan berlangsung dari November 2024 hingga Februari 2025.

Namun, pola hujan di Indonesia bervariasi tergantung wilayah. Seperti puncak musim hujan di Indonesia bagian Barat,  terjadi sekitar November hingga Desember 2024, sementara Indonesia bagian Timur, puncaknya pada Januari hingga Februari 2025.

Variasi ini menunjukkan pentingnya kesiapsiagaan daerah dalam menghadapi intensitas hujan yang berbeda-beda selama periode tersebut.

Kepala BNPB meminta untuk meningkatkan kesiapsiagaan dari seluruh pihak untuk meminimalisir dampak dari bencana dan menghimbau untuk menetapkan status siaga darurat bencana, khususnya di daerah yang berpotensi terjadi bencana.

Jenis-Jenis Bencana Hidrometeorologi Basah.

Jenis-jenis bencana ini berkaitan erat dengan tingginya curah hujan serta kondisi cuaca yang ekstrem, yang berdampak luas pada kehidupan masyarakat dan lingkungan. 

Berikut adalah beberapa jenis bencana hidrometeorologi basah menurut BMKG:

Banjir merupakan salah satu bencana hidrometeorologi basah yang sering terjadi. Ketika hujan deras mengguyur suatu wilayah, terutama di daerah perkotaan yang padat, air tidak dapat terserap dengan cepat oleh tanah atau sistem drainase. 

Akibatnya, air jadi meluap sehingga menggenangi jalan, rumah, dan lahan pertanian. Banjir merusak properti, infrastruktur, dan bahkan mengancam keselamatan jiwa.

Selain itu, genangan air yang berkepanjangan juga meningkatkan risiko penyakit yang ditularkan melalui air, seperti diare, leptospirosis, dan demam berdarah.

Tanah longsor sering kali terjadi di daerah dengan kemiringan curam dan struktur tanah yang tidak stabil. 

Hujan deras dalam waktu singkat membuat tanah menjadi jenuh dengan air, sehingga kekuatan tanah untuk menahan beban diatasnya menurun.

Kondisi ini menyebabkan longsoran tanah yang dapat menimbun rumah, jalan, dan lahan pertanian di bawahnya.

Daerah-daerah yang telah mengalami deforestasi atau penggalian tanpa perencanaan yang baik sangat rentan terhadap longsor, karena akar pohon yang biasanya menahan tanah sudah hilang.

Angin puting beliung merupakan fenomena cuaca ekstrem yang sering menyertai badai atau hujan lebat.

Meskipun durasinya singkat, angin puting beliung memiliki daya rusak yang luar biasa. Angin kencang ini dapat menerbangkan atap rumah, merobohkan pepohonan, dan merusak fasilitas umum seperti jaringan listrik dan telekomunikasi. 

Dalam hitungan menit, angin puting beliung bisa mengubah suatu daerah menjadi puing-puing.

Badai tropis adalah ancaman utama bagi wilayah pesisir. Ketika badai tropis melanda, angin kencang, hujan deras, dan gelombang laut tinggi menghantam garis pantai.

Badai ini sering kali menyebabkan banjir pesisir atau rob, di mana air laut menggenangi daratan dan merusak pemukiman, pelabuhan, serta fasilitas publik di sepanjang pesisir.

Selain itu, badai tropis juga dapat merusak kapal-kapal dan menyebabkan gangguan besar pada aktivitas perikanan serta transportasi laut.

Bencana-bencana ini menunjukkan betapa pentingnya perencanaan dan mitigasi untuk menghadapi dampak hidrometeorologi basah.

Pembangunan infrastruktur yang kuat, sistem peringatan dini, serta penanaman pohon untuk mencegah erosi dan longsor adalah beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko dan dampak dari bencana ini.

Dengan beberapa bencana diatas hidrometeorologi basah adalah ancaman yang nyata, terutama di negara seperti Indonesia yang memiliki intensitas curah hujan tinggi selama musim penghujan.

Meski tidak dapat dihindari sepenuhnya, dampaknya bisa diminimalkan melalui langkah-langkah mitigasi yang tepat, kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga terkait, serta kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan.

Dengan kesiapsiagaan yang baik, masyarakat dapat lebih tangguh dalam menghadapi risiko bencana yang diakibatkan oleh cuaca ekstrem.

Editor: Rista
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS