Cakupan Imunisasi Turun Akibat COVID-19, Kemenkes: Fokus di Provinsi yang Capaiannya Rendah  

Kementerian Kesehatan akan meningkatkan cakupan imunisasi yang menurun imbas pandemi COVID-19. (Foto: Diskominfo Tebing Tinggi)

PARBOABOA, Jakarta - Kementerian Kesehatan akan meningkatkan cakupan imunisasi yang menurun imbas pandemi COVID-19.

"Kemenkes akan fokus pada provinsi-provinsi dengan cakupan imunisasi rutin yang rendah selama masa pandemi," kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, dr. Maxi Rein Rondonuwu.

Maxi mengakui, COVID-19 membuat imunisasi rutin anak menurun, termasuk  terhadap layanan perawatan kesehatan esensial.

Penurunan di Indonesia, kata dia, berdampak pada target imunisasi nasional. Cakupan anak yang diimunisasi lengkap untuk bayi usia 0 hingga 11 bulan adalah 84,2 persen pada tahun 2020 dan 84,5 persen pada tahun 2021.

Sementara jumlah anak yang belum mendapat imunisasi meningkat dari 10 persen pada tahun 2019 menjadi 26 persen pada tahun 2021.

"Kemunduran ini membuat anak-anak berisiko tertular penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti difteri, tetanus, campak, rubella, pertusis, hepatitis, dan polio," jelasnya.

Laporan terbaru UNICEF dalam State of the World Children, mengungkapkan secara global, ada 67 juta anak yang tidak diimunisasi selama tiga tahun terakhir.

"Hal ini merupakan kemunduran terbesar dalam imunisasi rutin anak dalam 30 tahun terakhir," kata Maxi.

Kemenkes, lanjutnya, akan menaikkan cakupan imunisasi dan terutama mengurangi jumlah anak yang belum mendapatkan imunisasi sama sekali di provinsi-provinsi prioritas, dengan dukungan dari WHO, UNICEF, dan para mitra pembangunan, dalam dua tahun ke depan.

Maxi menambahkan, di 2022, cakupan imunisasi dasar lengkap Indonesia mencapai 94,6 persen, melebihi target nasional sebesar 94,1 persen.

Namun, selama enam bulan terakhir telah terjadi beberapa wabah penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin di daerah yang masih memiliki cakupan imunisasi yang rendah.

Kemenkes, ungkap Maxi, mengembangkan tiga strategi untuk meningkatkan cakupan imunisasi rutin.

Pertama dengan menambah 3 jenis imunisasi rutin pada anak yang sebelumnya 11 vaksin menjadi 14 vaksin.

Vaksin yang ditambahkan adalah vaksin Rotavirus untuk anti diare dan vaksin PCV untuk anti pneumonia yang ditargetkan untuk anak, serta vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks yang diberikan untuk anak perempuan kelas 5 dan 6 SD untuk mencegah potensi kanker serviks saat anak menjadi dewasa.

Kedua, digitalisasi data imunisasi. Melalui Aplikasi Sehat IndonesiaKu (ASIK). Tidak ada lagi pencatatan manual di buku, semua data imunisasi anak akan langsung dimasukkan di ASIK yang terintegrasi ke platform SatuSehat.

"Ketiga, nantinya imunisasi anak akan dilakukan melalui undangan di aplikasi” lanjut dr. Maxi

Selain itu, Kemenkes juga melakukan kampanye imunisasi kejar dan imunisasi tambahan melalui Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) yang menjangkau 26,5 juta anak dengan vaksin campak dan rubella, 1,3 juta dengan vaksin polio, dan 2 juta dengan vaksin DTP-HB-Hib.

Kemenkes, tambah Maxi, juga akan meningkatkan manajemen vaksin dan sistem rantai pasokan imunisasi serta membangun kepercayaan terhadap vaksin.

"Keragu-raguan terhadap vaksin di antara orang tua dan pengasuh, terutama dengan suntikan ganda yang diperlukan untuk vaksinasi rutin, penerimaan vaksin selama pandemi, bersama dengan misinformasi dan hoaks vaksin," pungkas dia.

Editor: Kurnia Ismain
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS