PARBOABOA, Jakarta - Anggota Komisi IV DPR RI, Yohanis Fransiskus Lema, meminta Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan untuk serius mengurus Vaksin African Swine Fever (ASF) atau Demam Babi Afrika yang saat ini menyebar di berbagai daerah di Indonesia, seperti saat mengurus penyakit mulut dan kuku pada sapi. .
Lema menyebut, ASF sudah terjadi di beberapa provinsi, termasuk di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Bali, Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan.
“Kalau persoalan penyakit mulut dan kuku yang menimpa sapi republik ini ribut, mestinya urusan ASF ini juga harus ditangani secara serius,” ucapnya dikutip dari laman Parlementaria, Sabtu (20/05/2023).
Menurutnya, pengembangan vaksin menjadi solusi untuk mengatasi masalah ini, karena serum konvalens yang saat ini di uji coba tidak memberikan hasil yang signifikan, dengan tingkat keampuhannya hanya sekitar 40 persen. Padahal penyakit demam babi Afirka ini menyebabkan kematian 100 persen pada ternak.
“Tetapi serum ini kesahihannya, keampuhannya, itu belum bisa mencapai angka di atas 80 persen, bahkan uji coba ini masih jauh di bawah itu hanya sekitar 40 persen,” jelasnya
Lebih lanjut, Lema menjelaskan, babi merupakan hewan ternak yang memiliki nilai ekonomis dan memiliki nilai kultural bagi sebagian masyarakat di tanah air.
Hewan ini erat kaitannya dengan aktivitas-aktivitas kultural mulai dari kelahiran, acara-acara keagamaan perkawinan, dan pernikahan, bahkan sampai acara kematian bagi masyarakat di Toraja, di NTT, di Bali di Sumatera Utara.
Oleh karenanya, masalah ini harus segera diselesaikan, agar tidak menyebabkan kerugian kepada masyarakat peternak.
“Ini punya nilai ekonomis dan ini terkait dengan kepentingan rakyat pada level akar rumput, para peternak-peternak rakyat kita,” jelasnya.
Ansy Lema juga meminta Menteri Pertanian segera menurunkan tim ke Luwu, Sulawesi Selatan untuk mencari akar persoalan dari kasus tersebut.
Kemudian dia mendesak pemerintah memberikan bantuan-bantuan secara cepat, misalnya membagikan vitamin, disinfektan ya. Memisahkan ternak- ternak yang sakit, dengan pernah ternak yang masih sehat.
Dalam kesempatan yang sama, Lema mengingatkan, setiap peternakan rakyat harus memiliki SOP (standard operational procedure) yang baik, dijalankan secara higienis, bersih, dan mempunyai sistem pembuangan limbah yang jelas. Kemudian juga didukung dengan biosecurity untuk mencegah hewan tertular penyakit.
“Karena kalau peternakan ini dijalankan tidak memenuhi standar SOP yang benar, maka kemudian yang terjadi ini adalah aspek biosecurity-nya tidak baik maka virus dan penyakit itu akan bisa menyerang babi dan kemudian mati,” katanya