PARBOABOA, Jakarta – Ecological Observation and Wetland Conservation (ECOTON) meneliti 63 sungai di Indonesia. Ada lima sungai tingkat pencemaran mikroplastiknya parah. Tertinggi di Provinsi Jawa Timur dan Sumatra Utara.
Peneliti Ecological Observation and Wetland Conservation (ECOTON), Rafika mengatakan, pencemaran tersebut terbukti dari ditemukannya partikel mikroplastik dari beberapa komponen kehidupan mulai dari air, udara, ikan bahkan mikroplastik telah teridentifikasi dalam darah, air susu ibu (ASI) dan paru-paru manusia.
"Sejumlah sungai di Indonesia tercemar mikroplastik atau potongan plastik kecil berukuran kurang dari 5 milimeter yang dapat mencemari lingkungan dan makhluk hidup di dalamnya," kata Rafika dalam keterangan tertulis yang diterima Parboaboa, Kamis (29/12/2022).
Rafika menjelaskan, temuan mikroplastik berdasarkan data tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) 2022 menguji kandungan mikroplastik 63 sungai di Indonesia. Lima provinsi di antaranya yang paling tinggi tercemar yakni Jawa Timur 63 partikel per100 liter, Sumatra Utara 520 partikel per100 liter.
Disusul Sumatra Barat 508 partikel per100 liter, Bangka Belitung 497 partikel per100 liter, Sulawesi Tengah 417 per100 liter.
“Hal ini yang menjadi sumber dari adanya kontaminasi mikroplastik, yaitu partikel plastik yang berukuran kurang dari 5 mm,” sebutnya.
Rafika menjelaskan, air sungai yang tercemar mikroplastik akan mengancam kesehatan manusia, salah satunya penduduk Indonesia dimana 84 persen bahan baku air minum berasal dari air permukaan.
"Oleh karena itu, dibutuhkan upaya pengendalian sumber mikroplastik yang dibuang ke sungai berasal dari sampah plastik dan limbah Industri terutama pabrik kertas dan tekstil," jelasnya.
Rafika menyebut, jenis Partikel Mikroplastik di Sungai Indonesia 2022 didominasi oleh:
1. Fiber 49.20 persen, sumbernya dari degradasi kain sintetik akibat kegiatan rumah tangga pencucian kain, laundry dan juga limbah industri tekstil. Fiber juga disebabkan oleh sampah kain yang tercecer di lingkungan yang terdegradasi karena proses alam.
2. Filamen 25.60 persen, berasal dari degradasi sampah plastik sekali pakai (kresek, botol plastik, kemasan plastik Single layer SL dan jaring nelayan).
3. Fragmen 18.60 persen, berasal dari degradasi sampah plastik sekali pakai dari jenis (kemasan sachet multilayer ML, tutup botol, botol shampo dan sabun).
4. Pellet 4 persen, merupakan mikroplastik primer yang langsung diproduksi oleh pabrik sebagai bahan baku pembuatan produk plastik.
5. Foam 0,4 persen, berasal dari degradasi setiap jenis plastik dengan struktur foam (berbusa), misalnya dari Styrofoam atau plastik lainnya meliputi polistirena (PS), polietilena (PS) atau polivinil klorida (PVC).
Berdasarkan data Kementerian PUPR 2020 yang dikelola Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) mengklaim bahwa tata kelolaan sampah di Indonesia belum merata, terutama di tiap daerah.
Tercatat dari 514 Kabupaten dan kota Indonesia Indonesia hanya 45 persen yang sudah memiliki Perda Persampahan dan Perda Retribusi Persampahan.
Editor: -