PARBOABOA, Pematang Siantar - Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite terjadi di Kota Pematang Siantar, Sumatra Utara.
Di enam stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) yang di kota itu, terlihat antrean panjang, baik kendaraan roda dua maupun roda empat. Sebagian besar dari mereka mengantre untuk BBM jenis pertalite.
Pantauan PARBOABOA, Senin (30/10/23), antrean mulai terjadi sepanjang hari. Mulai pukul 08-00 hingga 11.00 WIB, pukul 12.30 hingga 14.30 WIB, dan 15.30 hingga 16.20 WIB.
Salah satu warga kelurahan Tomuan, Kecamatan Siantar Timur yang ikut mengantri, A. Tampubolon (56) mengeluhkan antrean panjang BBM di SPBU.
Menurutnya, kelangkaan ini mengganggu aktivitas warga Pematang Siantar.
"Mengganggu aktivitas masyarakat saja kalau begini dengan kelangkaan ini, antriannya panjang kali," keluhnya saat ditemui PARBOABOA di SPBU 14-211201 Jalan Melanthon Siregar, Kecamatan Siantar Selatan, Senin (30/10/2023).
Tampubolon mengaku, kelangkaan BBM jenis pertalite ini sudah terasa sejak Minggu (29/10/2023). Saat itu, hampir setiap SPBU di Pematang Siantar kosong.
"Entah apa penyebabnya. Kelangkaan pertalite sangat terasa di setiap pom (SPBU)," ungkapnya.
Ia berharap Pemerintah Kota Pematang Siantar segera mengatasi kelangkaan pertalite ini.
"Semoga keluhan masyarakat didengar, jangan dibiarkan saja," pinta A. Tampubolon.
Keluhan senada juga diungkapkan Jefersson Tamba (32), warga Kelurahan Mekar Nauli, Kecamatan Siantar Marihat yang telah mengantri pertalite selama 30 menit di SPBU 14-211203 Jalan Siantar-Parapat, Kawasan Simpang Dua, Pematang Siantar.
"Saya sudah mengantri sekitar 30 menit, tetapi kalau tidak ada stoknya lagi, terpaksa saya hanya bisa beli di penjual-penjual eceran. Itupun kalau pakai Pertamax yang harganya berbeda jauh dengan harga Pertalite yang biasanya kami beli," keluhnya kepada PARBOABOA, Senin (30/10/2023).
Jefersson mengaku resah dengan kelangkaan BBM jenis pertalite, karena jika harus membeli BBM jenis pertamax, maka ongkos yang dikeluarkan akan meningkat, sementara pendapatan pas-pasan.
Ia pun mengaku tak punya pilihan jenis BBM jika terpaksa membeli di pengecer, karena sebagian besar pengecer di Pematang Siantar hanya menjual BBM jenis pertamax seharga Rp15 ribu per liter.
“Yang paling dominan itu meresahkan masyarakat yang mempunyai pekerjaan sebagai tukang ojek online lah dan supir angkot (angkutan kota), sangat dilema, antara mau menaikkan harga tarifnya. Tetapi di satu sisi mereka juga memikirkan masyarakat juga. Jangan sampai mereka menaikkan harga tarif, masyarakat resah lagi dengan tarif ini,” jelas Jefferson.
Ia juga meminta Pemko Pematang Siantar bertindak cepat dan merespons kelangkaan pertalite agar tidak berlarut-larut.
"Semoga jangan sampai ke minggu depan masyarakat harus mengantrinya, kalau bisa besok sudah selesai, jangan berlarut-larut," kesal Jefferson.
Beda Tanggapan Pengelola SPBU dan Pertamina
Menanggapi antrean kendaraan di SPBU, Foreman atau Pengawas SPBU 14-211201 Jalan Melanthon Siregar, Desmon Sidauruk mengungkapkan antrean panjang yang terjadi bukan karena kelangkaan, tapi adanya pengurangan jumlah tangki BBM yang diberikan dari PT Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal Pematang Siantar untuk BBM jenis pertalite.
"Biasanya itu 6 tangki per seminggu yang masuk ke sini. Saat ini ada pengurangan, sekitar 3 hingga 5 tangki saja," katanya kepada PARBOABOA, Senin (30/10/2023).
Desmon menjelaskan, pengurangan kuota ini karena PT. Pertamina (Persero) berencana menghapus jenis bahan bakar minyak khusus penugasan (JBKP) atau BBM subsidi pertalite dan menggantikannya dengan Pertamax Green 92 di 2024 mendatang.
"Kuota pengurangan juga berpengaruh atas ada rencana dari (Pertamina) pusat untuk penghapusan pertalite pada tahun depan. Coba dikonfirmasi ke pusat saja," katanya.
Meski begitu, Desmon membenarkan antrean panjang terjadi karena kelangkaan akibat menipisnya stok BBM jenis pertalite di SPBUnya.
"Antrian panjang ini dimulai hari Sabtu kemarin (28/10/2023), dikarenakan stok untuk di tempat kami hampir menipis," tuturnya.
Desmon juga menegaskan, SPBU 14-211201 akan tetap mendistribusikan pertalite tanpa mengganggu aktivitas masyarakat dalam waktu yang panjang.
"Kita tetap akan melayani keluhan masyarakat, sesuai regulasi dan ketentuan berlaku," imbuhnya.
Area Manager Communication, Relation & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sumatra Bagian Utara (Sumbagut), Susanto August Satria berdalih tidak ada pengurangan jumlah tangki BBM jenis pertalite yang disalurkan ke SPBU di Pematang Siantar.
Menurutnya, antrean kendaraan terjadi karena SPBU terlambat mengambil kuota BBM pertalite maupun biosolar dari terminal.
"Masyarakat jangan panik, Pertamina tetap menyalurkan pertalite dan biosolar sesuai kuota yang ditentukan pemerintah hingga akhir tahun ini," ucapnya melalui sambungan telepon kepada PARBOABOA, Senin (30/10/2023).
Satria kembali menegaskan tidak ada pengurangan kuota maupun gangguan operasional terhadap distribusi BBM pertalite di Pematang Siantar.
Pertamina Patra Niaga, lanjutnya, terus melakukan koordinasi dengan pemerintah setempat dan aparatur penegak hukum (APH) terkait dengan alokasi dan penyaluran JBKP pertalite di Kota Pematang Siantar.
"Tidak ada pengurangan kuota dan gangguan operasional di wilayah Kota Pematang Siantar, semua aman," ungkapnya
Saat ini, kuota JBKP pertalite di Pematang Siantar tahun ini sebesar 59.127 Kilo Liter (KL) dan telah terealisasikan hingga 24 Oktober 2023 sebesar 44.837 KL.
Sedangkan produk jenis BBM Tertentu (JBT) bio solar dengan kuotanya sebesar 26.563 KL dan hingga 24 Oktober 2023 sudah terealisasikan sebesar 22.820 KL.
"Saat ini proses pengiriman BBM ke lembaga penyalur sedang berlangsung, dan Pertamina berkomitmen menyalurkan BBM subsidi bio solar dan pertalite sesuai dengan kuota dan aturan yang berlaku," ungkap Satria.
Disinggung soal penghapusan pertalite yang direncanakan di 2024 mendatang, Satria mengaku belum ada arahan dan putusan terkait isu tersebut.
"Belum ada keputusan yang pasti dari pusat, masih merupakan kajian internal perusahaan dan bukan itu yang mempengaruhi kelangkaan dan antrian tersebut," pungkas dia.
Editor: Kurniati