PARBOABOA, Jakarta - Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menangkap terduga teroris di Kota Dumai, Riau, Rabu (14/09/2022).
Penangkapan tersebut terkonfirmasi dengan adanya pernyataan dari Kepala Bagian Bantuan Operasi Densus 88 Antiteror Mabes Polri Kombes Aswin Siregar.
“Benar ada penangkapan (terduga teroris). Ada beberapa orang (yang ditangkap),” kata Aswin di Jakarta, Kamis (15/9/2022).
Namun Aswin masih belum bisa menguraikan lebih rinci mengenai jumlah terduga teroris yang ditangkap, serta barang apa saja yang disita oleh tim Densus 88 Antiteror.
Lebih lanjut, Aswin mengungkapkan pihaknya masih harus melakukan pemeriksaan mendalam atas temuan yang Densus 88 Antiteror dapatkan dari terduga terorisme di Dumai tersebut.
“Nanti kami lengkapi infonya sebelum rilis. Mohon waktunya ya,” ujarnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Kepala Kepolisian Resor Dumai AKBP Nurhadi Ismanto pada Rabu (14/09/2022). Ia membenarkan adanya penangkapan tersebut.
“Iya, kemarin tim Densus 88 Antiteror melakukan penindakan di Dumai,” ucap Nurhadi dikutip dari kompas.com, Kamis ( 15/09/2022).
Sama seperti Aswin, Nurhadi saat dikonfirmasi lebih lanjut mengenai penangkapan tersebut ,juga tidak menjelaskan secara rinci mengenai jumlah terduga teroris yang ditangkap serta barang apa saja yang berhasil disita dari penangkapan tersebut.
"Untuk lebih jelasnya nanti ada rilis dari Humas Polda Riau maupun Mabes Polri," tutup Nurhadi.
Sebagai informasi, beberapa waktu lalu tim gabungan dari Densus 88 Antiteror, Polda Jawa Timur, dan Polres Lumajang juga berhasil menangkap tersangka teroris berinisal (FI) di Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Selasa (06/09/2022) lalu.
Kepala Satgaswil Densus 88 Antiteror Polri Bali Kombes Ketut Widhiarto FI merupakan anggota dari jaringan teroris JAD.
Widhiarto menambahkan, FI yang sudah ditetapkan sebagai tersangka diduga terpapar paham radikalisme yang dikonsumsi melalui sosial media, hingga akhirnya direkrut sebagai anggota JAD secara daring.
"Mereka (dia FI) terpapar radikalisme melalui media sosial, dan terekrut secara online," kata dia.