PARBOABOA, New York – Pengadilan San Fransisco pada Senin (4/10) menjatuhkan hukuman kepada Tesla harus bayar denda sekitar USD 137 juta atau Rp 1,9 triliiun karena dugaan gagal menghentikan pelecehan terhadap mantan pekerja kulit hitam di pabrik Fresno, Owen Diaz.
Denda tersebut terdiri dari ganti rugi senilai US$130 juta atau Rp1,85 triliun. Sisanya berupa biaya kompensasi atas tekanan emosional yang diterimanya selama ini.
Owen Diaz yang merupakan operator lift dari 2015 hingga 2016, menjadi sasaran lingkungan kerja yang tidak bersahabat secara rasial. Ia mengklaim pekerja kulit hitam secara teratur menghadapi hinaan rasis di lantai pabrik dan grafiti rasis di kamar mandi.
Gugatan Diaz menuduh pekerja Afrika-Amerika menghadapi pemandangan langsung dari era Jim Crow di pabrik pembuat mobil listrik Fremont. Dikatakan rekan-rekannya menggunakan julukan rasial setiap hari dan menyuruh Diaz untuk kembali ke Afrika.
Menurut pengacara Diaz, salah satunya, Lawrence Organ dari California Civil Rights Law Group, mengatakan dia berharap hukuman yang tinggi akan memacu perubahan.
"Sungguh menyenangkan mengetahui bahwa juri bersedia meminta pertanggungjawaban Tesla, salah satu perusahaan terbesar dan terkaya di dunia akhirnya diberi tahu, 'Anda tidak bisa membiarkan hal semacam ini terjadi di pabrik Anda,'" kata Organ.
Sementara Kepala SDM Tesla Valerie Capers Workman mengakui bahwa perusahaan mungkin tidak sempurna. Tapi, tuduhan yang diberikan tidak sepenuhnya benar.
Selain itu, perusahaan sebenarnya telah mendengar keluhan Diaz dengan memecat dua kontraktor yang diduga melakukan tindakan rasis. Perusahaan juga telah melakukan perubahan setelah kasus yang menimpa Diaz.
"Meskipun kami sangat yakin bahwa fakta-fakta ini tidak membenarkan putusan yang diambil oleh juri di San Francisco, kami menyadari bahwa pada tahun 2015 dan 2016 kami tidak sempurna," kata Workman.
"Kami masih belum sempurna. Tetapi kami telah menempuh perjalanan jauh dari 5 tahun yang lalu. Kami terus tumbuh dan meningkatkan cara kami menangani masalah karyawan. Kadang-kadang, kami akan salah, dan ketika itu terjadi kami harus bertanggung jawab," pungkasnya.