PARBOABOA, Jakarta – Kurikulum Merdeka yang diluncurkan Menteri Pendidikan, kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim beberapa waktu lalu, di klaim dapat meningkatkan fleksibilitas dalam kegiatan belajar mengajar.
Kurikulum merdeka ini juga menjadi sorotan ketika Nadiem mengatakan keunggulan dari kurikulum ini tidak memakai program peminatan pada jenjang SMA seperti IPA dan IPS.
“Dia tidak terkotak-kotak kepada misalnya IPA atau IPS saja. Mereka bisa memilih sebagian IPA, materi pelajaran IPA, sebagian IPS,” ucap Nadiem.
Kebebasan memilih juga tidak hanya diberikan kepada siswa saja, melainkan juga kepada guru serta sekolah.
Selain itu, Nadiem juga mengungkapkan keunggulan lain dari kurikulum merdeka ini. Sekolah bisa memilih dalam mengembangkan kurikulum merdeka menyesuaikan dengan karakteristik sekolah masing-masing.
Kebebasan memilih membuktikan bahwa kurikulum merdeka tidak akan mengganggu otonomi sekolah.
“Jadinya level otonomi, level kemerdekaan, bagi sekolah, guru dan peserta didik itu sangat tinggi. Ini bukan kurikulum yang ingin membelenggu sekolah-sekolah. Ini kurikulum yang paling merdeka yang memberikan kemerdekaan kembali kepada sekolah, hak-hak memilih bagi murid, guru dan sekolah,” tutur Nadiem.
Beberapa opsi yang ditawarkan Nadiem dalam kurikulum merdeka ini, yaitu:
- Opsi pertama, sekolah akan diberikan kebebasan dalam menentukan kurikulum sesuai dengan kesiapannya masing-masing. Sekolah diperbolehkan tetap menggunakan kurikulum 2013 bila belum merasa nyaman dengan kurikulum yang baru.
- Opsi kedua, Nadiem mengimbau sekolah yang ingin melakukan transformasi namun belum siap dengan perubahan besar, diperkenankan memilih kurikulum darurat
- Opsi ketiga, sekolah yang sudah siap dengan berbagai perubahan besar diizinkan menggunakan kurikulum merdeka.
“Kurikulum ini adalah opsi, pilihan. Karena kita sudah sangat sukses dengan kurikulum darurat, kita menggunakan filsafat yang sama, ini pilihan bagi sekolah mengikuti pilihannya masing-masing,” ujar Nadiem.