PARBOABOA - Konser The Eras Tour Taylor Swift berhasil meningkatkan perekonomian Singapura sebagai satu-satunya negara di Asia yang menjadi tuan rumah. Hal ini merupakan dampak dari para Swifties, terutama yang datang dari luar negeri seperti Indonesia, Malaysia, dan negara-negara tetangga lainnya.
Yun Liu, seorang ekonom dari HSBC mengatakan bahwa acara musik global seperti ini memberikan keuntungan besar bagi sektor pariwisata Singapura, dengan potensi meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) hingga 10%.
Kehadiran Taylor Swift di Singapura diprediksi akan mendongkrak perekonomian pariwisata negara tersebut sebesar Rp 5,8 triliun.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno menyoroti keputusan Singapura yang menjadi satu-satunya tujuan konser Taylor Swift di Asia.
Dalam wawancaranya dengan Bloomberg Television yang tayang di Youtube, Sandiaga menyatakan pentingnya bagi Indonesia untuk mengadopsi model ekonomi yang terinspirasi dari Taylor Swift, yang dikenal dengan sebutan "swift nomics", untuk meningkatkan sektor pariwisata.
Langkah ini mengikuti jejak negara-negara seperti Singapura dan Australia yang sukses mendatangkan Taylor Swift untuk memicu pertumbuhan ekonomi.
"Kami perlu mengadopsi 'swift nomics' ke dalam pariwisata Indonesia, dan saya yakin kita akan memulainya dengan Indonesia Tourism Fund. Dengan dana pariwisata ini, kami berharap dapat mengajukan tawaran untuk acara-acara berkualitas di tahun-tahun mendatang," ungkap Sandiaga dalam wawancaranya.
Swift-nomics sendiri merupakan istilah yang muncul setelah kehadiran konser Taylor Swift bertajuk The Eras Tour di berbagai kota di Amerika Serikat yang diyakini mampu meningkatkan ekonomi dan pendapatan daerah.
Kendati demikian, pandangan berbeda justru datang dari pengamat ekonomi, Anthony Budiawan.
Menurutnya, jika Taylor Swift memilih Indonesia sebagai salah satu pemberhentian The Eras Tour, dampaknya mungkin tidak akan sebesar yang diharapkan. Terutama karena Taylor Swift sudah menggelar konser di Singapura, yang memiliki perbedaan signifikan dengan Indonesia.
"Indonesia hanya ikut-ikutan istilah ‘nomics’. Tidak ada namanya swift-nomics," kata Anthony kepada PARBOABOA, Senin (04/03/2024).
Ia juga menyampaikan prediksi kunjungan wisatawan asing untuk konser ini pun mungkin tidak akan sebanding dengan Singapura.
“Tidak akan ada lonjakan kunjungan wisatawan asing untuk menonton Taylor Swift di Jakarta. Ini hanya mimpi. Apalagi kalau Swift juga bermain di Singapore,” tegasnya.
Anthony menambahkan, meskipun event semacam ini mungkin meningkatkan pengeluaran lokal, seperti di sektor hotel dan restoran, dampaknya secara keseluruhan pada pertumbuhan ekonomi akan minim, terutama jika pengeluaran untuk event tersebut menggantikan pengeluaran untuk keperluan lain.
Lebih jauh lagi, menurutnya, strategi membawa artis internasional ke Indonesia untuk tujuan ekonomi mungkin tidak efektif.
Dia menganggap kehadiran artis asing di Indonesia mirip dengan impor, di mana devisa yang dikeluarkan akan mengalir keluar negeri. Meskipun ekonomi lokal mungkin akan terdorong oleh peningkatan belanja, dampak secara keseluruhan pada ekonomi nasional mungkin tidak terasa.
“Tetapi, untuk ekonomi lokal (misalnya Jakarta), belanja meningkat, ekonomi meningkat. Tetapi secara agregat, belum tentu ada manfaat ekonomi”, jelasnya.
Hal serupa berlaku untuk konser artis asing di Jakarta, yang tidak secara signifikan meningkatkan jumlah wisatawan asing kecuali tim dan kru mereka. Biaya untuk mereka harus ditanggung oleh promotor lokal, yang berarti secara keseluruhan, defisit devisa terjadi.
Anthony meragukan efek positif dari kunjungan artis internasional seperti Taylor Swift ke Indonesia terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Meskipun konser semacam itu dapat memicu pengeluaran lokal dan menarik perhatian wisatawan domestik, dampaknya pada ekonomi nasional terbatas dan tidak signifikan dalam skala besar.
Devisa yang dibayarkan kepada artis dan tim manajemennya berpotensi menciptakan defisit, sementara peningkatan belanja lokal tidak mampu menutupi keseluruhan biaya yang dikeluarkan.
Oleh karena itu, Anthony mempertanyakan efektivitas strategi membawa artis internasional ke Indonesia sebagai sarana untuk meningkatkan perekonomian negara.
Editor: Ester