PARBOABOA, Jakarta - Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, baru saja membelot dari gerbong politik Prabowo Subianto.
Awalnya, PKB menjadi partai pertama yang menyatakan dukungannya kepada Ketua Umum Partai Gerindra itu sebagai calon presiden (capres).
Cak Imin punya kalkulasi politik. Di bawah Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR), mantan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi itu disebut bermanuver untuk merebut kursi cawapres.
Sayangnya, dalam perjalanan waktu peta politik berubah. Bergabungnya Golkar dan PAN ke KKIR memadamkan ambisi Cak Imin untuk menjadi cawapres Prabowo.
Hal ini kembali diperkuat dengan perubahan nama koalisi dari KKIR menjadi Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang merupakan hasil rembuk Prabowo bersama petinggi partai Golkar dan PAN tanpa kehadiran Cak Imin.
Tak lama berselang, Cak Imin pun membelot setelah dipinang Anies Baswedan sebagai cawapres. Kehadirian Cak Imin rupanya membawa petaka politik bagi Koalisi Perubahan.
Demokrat akhirnya menarik diri dari koalisi setelah AHY yang digadang-gadang sebagai cawapres Anies batal dipinang.
Sejumlah nama pengganti Cak Imin kini mulai beredar ke publik. Tiga partai koalisi pengusung Prabowo yang tersisa, yakni Golkar, PAN dan PBB, mulai menyodorkan nama cawapres.
Airlangga Hartarto menjadi salah satu sosok kuat yang disebut bisa menggantikan posisi Cak Imin sebagai cawapres Prabowo.
Sebagai Ketua Umum Golkar, Airlangga tentu mempunyai segudang prestasi di dunia politik. Apalagi, pria kelahiran Surabaya 1 Oktober 1962 silam itu cukup lama menjadi bagian dari Golkar.
Hal ini yang membuat partai berlambang Pohon Beringin ini tetap ngotot memasang Airlangga sebagai cawapres Prabowo.
Jika melihat hasil survei sejumlah lembaga, elektabilitas Airlangga sebagai kandidat wapres memang tidak terlalu besar.
Dalam survei yang dilakukan Lembaga Survei Jakarta (LSJ) pada 20 hingga 29 Juni 2023, misalnya, Airlangga menempati posisi ketujuh dari 10 kandidat cawapres Prabowo. Ia hanya meraih elektabilitas sebesar 5,2%.
Selain Airlangga, sosok yang digadang-gadang sebagai cawapres Prabowo adalah Yusril Ihza Mahendra. Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) ini punya pengalaman segudang di kancah nasional.
Pada pemilih presiden tahun 1999, pakar Hukum Tata Negara ini sempat mengajukan diri ke MPR untuk menjadi calon presiden. Ia kemudian memutuskan mundur setelah Megawati Soekarnoputri dan Abdurrahman Wahid ikut mencalonkan diri.
Oleh Gusdur selaku presiden, Yusril diberikan mandat menjabat sebagai Menteri Hukum dan Perundang-undangan pada tahun 1999. Sejak 2001, nomenklatur jabatannya diubah menjadi Menteri Hukum dan HAM.
Bahkan, di era kepemimpinan SBY pada 2004, pria kelahiran Bangka Belitung 5 Februari 1956 ini dipercaya mengisi posisi penting dalam kabinet, yakni Menteri Sekretaris Negara.
PBB, sebagai salah satu partai koalisi yang tergabung dalam KIM menyodorkan nama Yusril sebagai cawapres Prabowo. Sayangnya, nama Yusril hampir tak pernah muncul dalam sejumlah survei cawapres. Meski demikian, Yusril tetap percaya diri menjadi cawapres Prabowo.
Sosok terakhir yang sangat populer adalah Erick Thohir. Menteri BUMN ini diajukan PAN sebagai cawapres Prabowo, meski dirinya bukan kader partai.
Sebelum menjadi menteri dan terjun ke dunia politik, pria kelahiran Jakarta, 30 Mei 1975 ini lebih dikenal sebagai pengusaha sukses. Berdasarkan laporan ke KPK tahun 2022, harta kekayaan Erick mencapai Rp2,3 triliun.
Di pusaran survei, Erick menjadi salah satu kandidat wakil presiden yang memperoleh elektabilitas yang cukup tinggi.
Dalam survei terbaru yang dikeluarkan Lembaga Survei Indonesia(LSI), Erick menempati urutan pertama dengan elektabilitas 14,3 persen pada simulasi 24 nama cawapres.
Sejumlah hasil survei tersebut, setidaknya menjadi pertimbangan sekaligus menjadi rujukan untuk menghitung ulang peluang para kandidat menjadi cawapres Prabowo.