Rakornas PB 2023, Jokowi: Perubahan Iklim Hal yang Paling Ditakuti Dunia

Presiden Joko Widodo saat membuka Rakernas Penanggulangan Bencana 2023. (Foto: BNPB)

PARBOABOA, Jakarta - Perubahan iklim menjadi hal yang paling ditakuti di seluruh dunia. Hal itu menyebabkan frekuensi bencana alam mengalami kenaikan yang sangat drastis secara global dan berdampak signifikan terhadap keselamatan manusia.

Ini disampaikan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dalam pembukaan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Penanggulangan Bencana (PB) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun 2023 yang digelar di Jakarta International Expo (JiExpo) Kemayoran, Jakarta Pusat.

"Apa yang ditakuti oleh dunia saat ini bukan lagi pandemi, bukan lagi perang, tetapi yang lebih mengerikan yang ditakuti oleh semua negara adalah perubahan iklim dan perubahan iklim itu menyebabkan frekuensi bencana alam di dunia naik drastis," ujar Jokowi diterima Parboaboa melalui siaran pers BNPB, Jumat (03/03/2023).

Menurutnya, dalam satu dekade terakhir ini Indonesia menempati peringkat ketiga teratas di dunia sebagai negara yang paling rawan becana.

Sebagai catatan, sepanjang 2010 jumlah kejadian bencana di Indonesia sebanyak 1.945 kali dan di 2022 menjadi 3.544.

"Indonesia menempati 3 teratas paling rawan bencana cara kita ingin naik 81 persen frekuensi bencana alamnya sejak 2010 mencapai 1945 bencana. Kemudian 2022 melompat menjadi 3544," jelasnya.

Melihat adanya peningkatan kejadian bencana itu, Jokowi meminta agar segenap komponen penanggulangan bencana agar selalu siaga dan waspada, baik dalam pra bencana, tanggap darurat maupun pascabencana.

"Siaga dan waspada menjadi kunci baik tahap pra bencana pada tahap tanggap darurat maupun pasca bencana," jelasnya.

Di samping itu, Jokowi juga meminta segenap unsur pegiat kebencanaan, baik yang di pusat maupun di daerah agar memperkuat kesiapsiagaan dan mitigasi sebelum terjadi bencana. Kepala Negara tidak ingin semua komponen hanya sibuk pada saat tanggap darurat saja.

"Semuanya harus disiapkan, semuanya harus dikelola dengan baik dan saya lihat kita ini masih sering sibuk di tahap tanggap darurat pas terjadi bencana. Padahal, yang namanya pra bencana tahap pra bencana itu jauh lebih penting," katanya.

Di samping kesiapsiagaan dan mitigasi, Jokowi juga menitikberatkan tentang pentingnya meningkatkan kapasitas masyarakat agar lebih tangguh dalam menghadapi dan mengantisipasi potensi bencana.

Ia berharap bahwa dalam konsep penanggulangan bencana, kerugian jiwa maupun materi harus dapat diminimalisir.

"Bagaimana menyiapkan masyarakat, bagaimana mengedukasi masyarakat, bagaimana memberikan pelatihan-pelatihan kepada masyarakat untuk langkah-langkah antisipasi harus menjadi prioritas untuk meminimalisasi korban maupun kerugian," pungkasnya.

Editor: Betty Herlina
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS