PARBOABOA, Simalungun- Dinas Kesehatan Simalungun mencatat 57.225 warga di kabupaten ini mengidap penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Kasus penularan tertinggi berada di desa (nagori) Panei Tongah dan Serbelawan.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Simalungun, Rosman Saragih mengatakan, penularan ISPA di kabupaten ini yang mencapai 57.225 orang tersebut dipengaruhi perubahan musim yang signifikan (pancaroba). Penyakit ini menempati peringkat pertama dari sepuluh penyakit umum lainnya yang diderita masyarakat sepanjang 2022.
Rosman menerangkan, dari sisi kesehatan penyakit ISPA menyerang saluran pernapasan atas yang dipicu kondisi udara tercemar oleh partikel debu yang beterbangan, kemudian terhirup ke rongga pernapasan.
"Tapi kita tidak bisa menyalahkan pihak pelaksanaan pekerjaan jalan, karena masalah alam, baik hujan atau panas, dan pelaksanaan kegiatan butuh proses waktu," jelasnya kepada Parboaboa. Rabu (01/03/2023)
Ia menjelaskan, temuan kasus penyakit ISPA terbanyak berada di Nagori Panei Tongah dan Nagori Serbelawan, jumlahnya mencapai 12.784 kasus di Simalungun.
"Dari dua daerah itu saja sudah tinggi sekali," katanya.
Untuk menghindari tertular penyakit ISPA, Rosman mengimbau masyarakat di saat musim panas, tidak terlalu sering membuka ventilasi rumah untuk meminimalisasi debu masuk ke rumah.
"Kemudian gunakan masker saat di luar rumah agar meminimalisasi debu terhirup," ucapnya.
Rosman melanjutkan, kasus penyakit terbanyak kedua yang paling banyak diderita warga Simalungun adalah diare. "Ini menjadi top kedua untuk penyakit yang menyerang masyarakat Simalungun. Biasanya terjadi saat musim kemarau yang dipicu karena kekurangan air bersih," terangnya.
Pengamat Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara, Sorimuda Sarumpaet mengatakan, tingginya angka ISPA di Simalungun disebabkan organ saluran pernapasan yang merupakan organ aktif diserang kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit tersebut.
"Apalagi cuaca sekarang tidak bisa ditebak sehingga bisa menimbulkan potensi penyakit ini. Seperti, batuk, pilek, dan demam," ungkapnya.
Ia menjelaskan masyarakat secara mandiri harus bisa menjaga dirinya dengan menerapkan gaya hidup sehat, mengkonsumsi makanan bergizi dan menjaga kebersihan.
Di samping itu, lanjutnya, peningkatan kepadatan penduduk dan pembangunan sarana serta prasarana yang tidak terkendali, ditambah kurang terorganisirnya masyarakat dari segi sosial, budaya, dan kesehatan menjadikan angka kesakitan dan kematian pada masyarakat di lingkup Pemkab Simalungun relatif tinggi.
"Intinya, bagaimana masyarakat bisa menerapkan gaya hidup bersih dan sehat," pungkasnya.