PARBOABOA, Simalungun- Populasi babi di Kabupaten Simalungun sempat hanya 13 ribu ekor, angka itu menurun drastis di banding 2018 yang mencapai 174 ribu ekor setelah diserang wabah demam babi Afrika (Africa Swine Fever), namun pada 2023 jumlahnya kembali naik.
Kepala Bidang (Kabid) Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kabupaten Simalungun, Resna Siboro mengatakan, populasi ternak babi menurun karena wabah ASF. Untuk menekan penyebaran, desinfektan diberikan ke peternak.
"Terkait kasus wabah pada ternak babi di 2020 dan 2021 yang menyebabkan kematian ternak babi yang sangat banyak. Bahkan 2022 kematian ternak juga masih ada dari laporan masyarakat," kata Resna, Rabu (15/03/2023).
Ia merinci pada 2018 ada sebanyak 174.045 ekor babi, pada 2019 menjadi 163.578, kemudian 2020 menurun drastis di angka 13.944 ekor.
"Pada 2021 meningkat lagi di angka 20.430., kemudian 2022 ada peningkatan namun tidak terlalu signifikan hanya sebanyak 34.243," jelas Resna.
Ia mengatakan pihaknya hanya memberikan desinfektan kepada ternak masyarakat. Pada tahun ini, masyarakat juga sudah mulai beternak.
"Vaksin dan obat untu ASF tidak ada pak sampai sekarang. Hanya biosekuriti aja. Bantuan dari pemerintah hanya desinfektan," tambahnya.