PARBOABOA, Medan – Pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah Sumatera Utara atau akrab disebut Pilgubsu akan berlangsung pada bulan November 2024 mendatang. Nama-nama calon Gubernur dan Wakil Gubernur semakin santer beredar di masyarakat.
Wacana terbaru adalah adanya koalisi antara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan Partai Keadilan Sosial (PKS). Kedua partai ini diduga akan menggabungkan kedua kadernya untuk berkompetisi menjadi calon Gubernur dan Wakil Gubernur dalam pemilihan mendatang.
Nama yang akan diusung oleh kedua partai ini diduga kuat adalah Ketua DPD PDI Perjuangan, Rapidin Simbolon dan kader PKS Salman Al Farisi. Bahkan, jargon RASA (Rapidin dan Salman) mulai mengemuka di kalangan kader PDIP.
Walaupun sebelumnya, Sekretaris DPD Banteng Muda Indonesia (BMI) Sumut, Maruli Purba SH menyatakan apresiasinya kepada eks Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi untuk maju dalam Pilgubsu 2024.
Menurutnya, bila benar adanya Edy Rahmayadi maju menjadi calon Gubernur Sumatera Utara, maka sikap itu adalah sangat berani. Mengingat, lawan terberat adalah politik dinasti keluarga Presiden Joko Widodo yaitu Bobby Nasution yang saat ini menjabat Wali Kota Medan.
Menurutnya, Edy Rahmayadi memiliki catatan kerjasama yang baik dengan PDIP Sumatera Utara selama masa kepemimpinannya. Hal ini menunjukkan tidak ada resistensi terhadap kepemimpinan Edy Rahmayadi, meskipun pada Pilgubsu 2018 PDIP mengusung Djarot Saiful Hidayat dan Sihar Sitorus.
Justru, selama masa kepemimpinan Edy Rahmayadi, PDIP dinilai banyak mendukung berbagai kebijakan pembangunan pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Walau begitu, Maruli Purba mengaku tetap menunggu keputusan dari DPP PDI Perjuangan di Jakarta.
Sementara itu, Pengamat Politik Sumatera Utara, Shohibul Anshor Siregar mengatakan wacana duet antara PDIP dan PKS di Sumut memiliki beberapa catatan penting. Pertama, elit dan pendukung di tataran grassroot partai mana nantinya yang akan paling resisten untuk koalisi ini.
“Perlu juga dilihat bagaimana akibatnya terhadap obsesi untuk berkuasa di Sumut,” katanya kepada PARBOABOA, Kamis (28/03/2024).
Menurut Shohibul Anshor, konstituen kedua partai ini tidak mudah untuk digerakkan oleh apa yang mereka sebut sebagai RASA yang dibangun untuk menjadi magic words. Bahkan, untuk internal kedua partai maupun di luarnya, RASA adalah pilihan magic words yang bisa diasosiasikan kepada terminologi lain yang berusia lama di Indonesia yaitu SARA.
Shohibul menjelaskan, dari jumlah perolehan kursi di Sumut, PDIP di bawah kepemimpinan Rapidin Simbolon memang mendapat sedikit keuntungan. Walaupun kehilangan beberapa bintang lapangan yang selama ini bermain di senayan.
Namun, dalam pemilihan presiden lalu, justru jauh ketinggalan meskipun secara nasional terjadi bukan hanya di Sumatera Utara.
Sedangkan Salman Al Farisi adalah calon Wakil Walikota pada Pilkada Medan 2020 lalu. Salman Alfarisi yang saat itu bersanding dengan Akhyar Nasution kalah dalam pemilihan Pilkada Medan melawan Bobby Nasution dan Aulia Rahman.
Sementara Rapidin Simbolon diketahui kalah dalam Pilkada Samosir 2020 melawan Vandiko yang kini menjadi Bupati.
Shohibul memaparkan, baik PDIP maupun PKS sama-sama memiliki tokoh yang mumpuni lainnya yang tentu akan dievaluasi oleh pimpinan masing-masing partai.
“Mungkin di antaranya ada yang kapasitasnya cocok diajukan sebagai calon Wakil untuk Pilgubsu 2024,” ucapnya.
Walau begitu, baik PDIP dan PKS dinilainya tidak pernah alergi dengan figur mantan militer. Oleh karena itu, DPP kedua partai dinilai tidak atau belum pernah menutup pintu kemungkinan untuk Edy Rahmayadi.
Namun, di kalangan Generasi Z dan Millennial, nama Rapidin Simbolon, Salman Alfarisi dan Edy Rahmayadi justru tidak akrab, bahkan ada yang tidak kenal sama sekali. Kalangan Gen Z dan Milenial masih berharap akan pemimpin muda dalam kepemimpinan Sumatera Utara ke depan.
Akbar, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di salah satu universitas negeri di Medan, kepada PARBOABOA mengaku dari ketiga nama yang disebutkan hanya mengenal Edy Rahmayadi.
Nama itupun diketahuinya karena sebelumnya Edy Rahmayadi adalah Gubernur Sumatera Utara periode 2018-2023. Walaupun ia mendukung Eramas pada Pilgubsu 2018, namun bukan karena sosok Edy Rahmayadi, melainkan Musa Rajekshah atau akrab dikenal Ijeck.
Soal calon pemimpin Sumatera Utara dalam Pilgubsu 2024 nantinya, ia dan teman-teman komunitasnya di kampus maupun di lingkungan lain sudah pernah mendiskusikan sebelumnya. Menurutnya, nama ketiga itu tidak masuk dalam daftar kalangan Gen Z.
“Kalau nama yang tiga itu kami nggak mau boleh? Kami suka bang Ijeck dan bang Sihar. Kalau mereka berdua gabung kami oke,” ucapnya.
Menurut Akbar, Musa Rajeckshah (Ijeck) dan Sihar Sitorus merupakan perpaduan yang sangat baik untuk kalangan Gen Z. Pada tahun 2018 misalnya, jelas Ijeck adalah pemenang Pilgubsu mendampingi Edy Rahmayadi. Akan tetapi sosok Sihar Sitorus juga tidak luput dari perhatian mereka.
“Keduanya itu, kombinasi yang pas gitu. Intinya, kalau bang Ijeck plus Sihar kami oke!” tegasnya.
Sementara itu, seorang mahasiswi di salah satu kampus di Medan, Putri Agustin mengatakan sosok Musa Rajekshah selain tampan juga ramah. Sehingga tidak akan memalukan untuk menjadi simbol kepemimpinan Sumut.
Sedangkan Sihar Sitorus adalah sosok yang dinilainya pintar dan pengusaha yang mampu melengkapi Musa Rajekshah dalam kepemimpinan Sumut ke depan.
Bahkan, gadis yang akrab disapa Puput ini mengaku sudah menjadi followers dari media sosial keduanya. “Kalau pak Ijeck awak follow, tapi pak Sihar akun IG nya kayaknya udah mati atau gimana, ga nampak lagi. Kayaknya pun orang itu dua akrab. Pernah aku lihat postingannya,” jelasnya.
Sementara dipertanyakan nama Rapidin Simbolon, Salman Al Farisi dan Edy Rahmayadi ia hanya mengenal nama mantan Gubernur Sumut. Menurutnya, Edy Rahmayadi sosok yang tegas dan kebapakan. Akan tetapi ketiganya tidak menjadi pilihan baginya.
Sedangkan ketika nama Bobby Nasution diajukan, ia hanya tersenyum. “Aku no komen lah soal dia. Kalau pak Ijeck dan pak Sihar aku gini (sambil menunjukkan jari jempol ke atas),” ujarnya.
Warga Jalan Sunggal Medan yang ditemui saat sedang berbelanja, Santa Sibuea mengatakan soal Pilgubsu 2024 dia belum terlalu tertarik. Ia mengaku trauma dengan pilpres 2024 karena jagoannya kalah.
Namun, dari nama-nama yang sudah beredar seperti Rapidin Simbolon, Salman Alfarisi, Edy Rahmayadi dan Bobby Nasution tidak ada yang dipilihnya. Di samping ia tidak mengenal beberapa nama, ia juga mengaku tidak mendukung dua nama lainnya.
“Dari yang empat tadi, dua aku nggak kenal siapa itu, dua lagi aku nggak suka,” katanya singkat.
Namun, ketika disebutkan nama Musa Rajekshah atau Ijeck dan Sihar Sitorus, senyumnya mengembang.
“Kayaknya ada nama yang menurutku lebih bagus lah. Mudah-mudahan mau maju lagi bapak itu,” ucapnya tanpa mau menyebutkan nama yang didukungnya.
Warga Sunggal lainnya, Rika justru mengaku mengenal sosok Salman Alfarisi sebagai ustaz di grup pengajiannya. Menurutnya, Ustaz Salman Alfarisi yang sebelumnya maju sebagai calon Wakil Wali Kota Medan pada Pilkada 2020 lalu adalah sosok yang sangat baik dan berjiwa muda.
Ia mengaku sangat mendukung Salman Alfarisi bila nantinya akan maju menjadi kontestan Pilgubsu 2024. Akan tetapi ia menyayangkan apabila pilihan koalisinya adalah PDI Perjuangan.
“Kalau ustaz Salman aku oke, tapi maunya nggak usah gabung sama PDIP lah,” tandasnya.
Editor: Fika