Apa Itu Leptospirosis? Berikut Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan, dan Cara Mencegahnya

Penyakit leptospirosis (Foto: vetcare pet hospital)

PARBOABOA – Leptospirosis adalah penyakit langka yang disebabkan oleh bakteri Leptospira onterrogans. Bakteri tersebut dapat ditularkan lewat urine atau darah hewan yang telah terinfeksi.

Beberapa hewan yang bisa menularkan penyakit Leptospirosis adalah tikus, kuda, anjing, sapi, dan babi. Penyakit ini harus diwaspadasi, khususnya pada saat memasuki musim penghujan.

Umumnya, terdapat beberapa gejala Leptospirosis yang bisa terjadi, seperti demam, nyeri otot, sakit kepala, menggigil, muntah, hingga diare.

Jika dibiarkan tanpa penanganan yang tepat, Leptospirosis bisa menimbulkan komplikasi yang berbahaya, seperti kerusakan ginjal, meningitis, hingga gagal hati.

Melansir dari laman resmi World Health Organization, seseorang dapat terjangkit bakteri Leptospira onterrogans melalui hidung, mulut, mata, dan kulit yang bersentuhan langsung dengan urine dari hewan yang terinfeksi.

Diperkirakan lebih dari 1 juta orang di seluruh dunia terkena penyakit leptospirosis setiap tahunnya. Hampir 60.000 di antaranya meninggal dunia.

Agar lebih memahaminya, berikut Parboaboa telah merangkum tentang apa itu Leptospirosis, mulai dari gejala, penyebab, diagnosis, pengobatan, dan langkah pencegahannya. Simak sampai habis ya!

Apa Itu Leptospirosis?

Leptospirosis (Foto: Pexels/Edward Jenner)

Mengutip dari Journal Centers for Disease Control and Prevention, Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira yang dapat ditularkan kepada manusia dan hewan.

Bakteri leptospira memiliki ciri khusus seperti (membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup), dapat bergerak sendiri, memiliki sifat gram negatif, dan memiliki bentuk yang berkerut-kerut.

Ukuran bakteri ini berkisar antara 6-20 µm panjangnya dan 0,1-0,2 diameter. Beberapa hewan, seperti anjing, hewan pengerat seperti tikus, dan kelompok hewan ternak seperti sapi atau babi, dapat menyebarkan penyakit ini.

Bakteri ini mampu bertahan hidup di dalam organ ginjal hewan yang mengalami infeksi. Penularan leptospirosis dapat terjadi ketika seseorang terpapar urin hewan yang terinfeksi atau berinteraksi dengan air atau tanah yang terkontaminasi oleh bakteri ini.

Risiko penularan akan meningkat pada musim hujan ketika genangan air sering terjadi di sekitar lingkungan, yang dapat menjadi tempat sumber penularan leptospirosis.

Jika tidak diobati, leptospirosis dapat menyebabkan kerusakan ginjal, meningitis (radang selaput di sekitar otak dan sumsum tulang belakang), gangguan hati, masalah pernapasan, dan bahkan dapat berakibat fatal yang berujung kematian.

Gejala Leptospirosis

Leptospirosis (Foto: hcamag.com)

Pada dasarnya, tidak semua orang yang terjangkit penyakit ini langsung menunjukkan gejala yang berarti.

Biasanya gejala akan muncul dalam rentang waktu 2 hari hingga 4 minggu setelah terinfeksi bakteri. Gejala yang dirasakan terbagi atas dua fase, di antaranya:

1. Fase Pertama

Pada fase ini, orang yang terjangkit penyakit ini akan merasakan beberapa gejala seperti demam tinggi, mata merah, sakit kepala, suhu tubuh yang naik turun, nyeri otot, dan nyeri perut.

Selain itu, para penderitanya juga akan mengalami mual dan muntah, diare, perubahan warna kulit atau mata yang menguning, hingga munculnya ruam kulit.

2. Fase Kedua

Pada fase kedua, penderita penyakit Leptospirosis biasanya akan mengalami beberapa gejala lanjutan, seperti batu berdarah, nyeri di dada, kesulitan bernafas, hingga feses yang berwarna hitam dan lengket.

Beberapa pertanda lainnya adalah timbulnya darah dalam urin (hematuria), berkurangnyaa frekuensi buanag air kecil, dan muncul bintik merah datar pada kulit yang mirip dengan ruam atau petechiae.

Penyebab Leptospirosis

Seperti yang telah kita ketahui, leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira. Terdapat sejumlah penyebab penyakit Leptospirosis, seperti:

  • Berinteraksi secara langsung dengan urine atau darah hewan yang terinfeksi oleh bakteri leptospira merupakan risiko berbahaya.
  • Sementara itu, bersentuhan dengan air atau tanah yang telah tercemar oleh bakteri leptospira.
  • Konsumsi makanan atau minuman yang telah terkontaminasi oleh bakteri leptospira.

Faktor Risiko Penyakit Leptospirosis

Leptospirosis (Foto: pediatric oncall)

Penyakit leptospirosis dapat ditemukan di seluruh dunia, tetapi lebih sering terjadi di daerah yang memiliki iklim tropis.

Hal ini akan berdampak pada kesehatan pekerja yang melakukan aktivitas di luar ruangan atau memiliki kontak dengan hewan, seperti:

  • Petani
  • Pekerja tambang
  • Pekerja saluran pembuangan
  • Pekerja di rumah potong hewan
  • Dokter hewan dan perawat hewan
  • Pekerja di industri perikanan
  • Peternak sapi perah
  • Personil militer

Diagnosis Leptospirosis

Langkah tepat untuk mendeteksi penyakit leptospirosis adalah dengan tindakan diagnosis, di antaranya:

1. Pemeriksaan Darah atau Urine

Dokter akan mengambil sampel darah dari lengan kamu dengan jarum kecil atau bisa membuang air kecil ke dalam gelas untuk sampel urine.

Sampel-sampel tersebut selanjutnya akan diuji ke laboratorium untuk mengetahui tanda-tanda keberadaan bakteri Leptospira.

2. CT Scan

Jika mengalami gejala penyakit leptospirosis yang parah, dokter akan menggunakan sinar-X dada, CT scan, atau pemeriksaan gambar lainnya.

 Mereka akan menggunakan mesin untuk mengambil gambar bagian dalam tubuh kamu untuk mencari kerusakan pada organ-organ yang dijangkiti bakteri.

Pengobatan Leptospirosis

Leptospirosis (Foto: medical today)

Penderita penyakit ini membutuhkan penanganan yang tepat agar bisa sempuh secara total. Beberapa perawatan leptospirosis yang disarankan para medis adalah sebagai berikut:

1. Konsumsi Antibiotik

Jenis antibiotik yang digunakan untuk mengobati penyakit leptospirosis termasuk doxycycline, amoxicillin, ampicillin, penicillin-G, dan ceftriaxone.

Para penderitanya disarankan mengkonsumsi obat yang diresepkan oleh dokter berdasarkan seberapa parah sakit dan riwayat medis.

2. Ventilasi Mekanis

Jika paru-paru terinfeksi bakteri, kamu mungkin akan kesulitan bernapas dan memerlukan bantuan dari mesin untuk bernapas. Dokter akan meresepkan obat untuk menjaga kamu tetap tertidur selama kamu terhubung dengan mesin ini.

3. Plasmapheresis

Plasmapheresis atau yang dikenal dengan sebutan pertukaran plasma bisa menjadi solusi saat para penderitanya berisiko mengalami kerusakan organ akibat bakteri tersebut.

Selama prosedur ini, dokter akan mengeluarkan darah menggunakan tabung yang terhubung ke vena. Mesin akan memisahkan plasma dari darah kamu dan menggantinya. Lalu, darahmu kemudian akan dikembalikan ke dalam tubuhmu melalui tabung lain.

Cara Mencegah Leptospirosis

Cara terbaik untuk mencegah penyakit leptospirosis adalah dengan tidak berenang atau berjalan di genangan air seperti banjir yang terkontaminasi oleh urine hewan.

Selain itu, beberapa hal yang dspat dilakukan sebagai upaya pencegahan adalah sebagai berikut:

  • Jika kamu sedang bepergian dan berisiko tinggi terkena leptospirosis, tanyakan kepada dokter tentang penggunaan obat untuk mencegah penyakit Leptospirosis.
  • Menghindari hewan yang bisa terinfeksi bakteri.
  • Menggunakan pakaian dan sepatu pelindung jika kamu bekerja di sekitar hewan.
  • Menghindari genangan air dan banjir.
  • Minum air yang sudah diolah. Jangan minum air dari danau, sungai, dan saluran tanpa mendidihkannya terlebih dahulu.
  • Menggunakan sarung tangan jika kamu harus menyentuh hewan mati. Jangan menyentuhnya dengan tanganmu dan cuci tanganmu dengan baik.
  • Menutup luka dengan perban tahan air.

Demikian penjelasan tentang apa itu penyakit Leptospirosis, lengkap dengan gejala, penyebab, diagnosis, pengobatan, dan cara mencegahnya. Selamat membaca dan semoga bermanfaat.

Editor: Juni
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS