PARBOABOA, Pematangsiantar - Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) telah menjamur di Kota Pematangsiantar, Sumatra Utara (Sumut).
Bahkan hampir di setiap sudut kota terlihat banyak pedagang yang menjalankan usaha mereka.
Tempat yang paling banyak dipilih oleh pelaku UMKM untuk berusaha adalah lokasi di sekitaran Lapangan Merdeka, Jalan Kartini, dan Jalan Radjamin Purba.
Rudi (29), pedagang keliling yang ditemui Parboaboa pada Jumat (26/7/2024) menceritakan alasannya mengapa memilih kota terbesar kedua di Sumut itu untuk berdagang.
"Awalnya diajak teman. Di sini katanya bagus untuk berdagang," ucapnya.
Namun begitu, ia merasa ada yang perlu dibereskan untuk mendukung iklim pasar yang sehat. Salah satunya upaya penataan pedagang.
Menurut dia, para pedagang perlu ditertibkan sekaligus difasilitasi dengan menyediakan sarana dan tempat yang layak untuk menjalankan usahanya.
Hal ini penting agar pemandangan kota tidak semrawut karena para pedagang sering berkerumun.
"Kalau mau buat teratur, bagus. Kita juga mau tempat yang lebih layak, supaya ga keliling-keliling aja," katanya.
Sebelumnya, Putri Rachel, seorang konten kreator dan pelaku UMKM di Kota Pematangsiantar, pernah mengungkapkan kegelisahannya terkait kesemrawutan UMKM di kota itu.
Menurut dia, untuk mengatasi ini diperlukan pengelolaan yang baik dan edukasi dari pemerintah.
Ia menegaskan kemelut pengelolaan UMKM tidak boleh dianggap sepele, terutama agar kehadiran pelaku UMKM tidak menjadi masalah baru seiring dengan pesatnya perkembangan usaha mereka.
"Banyak UMKM yang baru di Pematangsiantar, bahkan sampai menggunakan trotoar, di teras rumah dan di fasilitas umum lainnya," kata Rachel kepada Parboaboa.
Beranjak dari keresahannya, Rachel akhirnya menyediakan lapak berjualan bagi para pelaku UMKM di tempat usaha miliknya di Jalan Sudirman.
"Kalau ditata dengan baik, pasti hasilnya baik. Pemerintah harusnya bisa manfaatkan ini sebagai salah satu penarik wisata. Jadi pemasukan daerah juga bisa," ucapnya.
Ia mengakui beberapa pedagang di Pematangsiantar memang kerap menyalahgunakan fasilitas umum untuk menjajakan barang dagangannya, salah satunya trotoar.
"Hampir sering kita lihat banyak UMKM yang diusir dan diamankan Satpol-PP. Setiap hari gitu, kenapa ga diberi tempat yang layak saja?" katanya.
Kepala Pusat Pengembangan Karir (PPK) Universitas Simalungun (USI), Elidawaty Purba juga mengungkapkan hal serupa.
Ia mengatakan, jika dikelola dengan baik banyaknya pelaku UMKM ini sebenarnya bisa menjadi potensi besar bagi pemasukan daerah.
Namun sayangnya, kata dia, hal itu belum persiapkan secara matang.
"Selama ini mereka berjualan saja, tidak ada yang kelola. Tidak berkontribusi bagi pemasukan daerah," ucap Elidawaty kepada Parboaboa.
Ia menambahkan sudah saatnya Pematangsiantar menerapkan sistem satu pintu untuk UMKM. Nantinya semua UMKM ini didata lalu dibuatkan aplikasi yang terintegrasi.
Sehingga demikian menegaskan, "yang mau jajan bakso tinggal pesan bakso. Yang mau minum jus, pesan jus," tegasnya.
Namun demikian, penerapan system ini harus berbarengan dengan pengawasan langsung oleh pemerintah lewat dinas-dinas terkait.
Ada banyak manfaat jika hal ini benar-benar diterapkan. Salah satunya kualitas produk yang dihasilkan akan sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan.
"Kalau sudah diterapkan, kita tidak ragu lagi dengan gizi dan kebersihan makanan. Jadi ga takut lagi jajan di Kota Pematangsiantar dan tentunya menambah pendapatan daerah," tutupnya.
Editor: Gregorius Agung