Minim Pemberitaan, Publikasi di Dunia Pendidikan Berharap Viral

Beberapa konten yang viral dan berseliweran di media sosial dan media online nasional. (Foto:PARBOABOA/Ronald Sibuea

PARBOABOA, Pematangsiantar – Pemberitaan dan publikasi terkait pendidikan di media sosial dan media massa masih tergolong minim.

Sementara topik terkait perselisihan, pembunuhan, dan pemerkosaan lebih mendominasi pemberitaan tanah air, termasuk di Pematangsiantar.

Wakil Rektor II Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar (UNHP), Hendra Simanjuntak, melihat fenomena ini sebagai salah satu alasan mengapa pendidikan masih dipandang sebelah mata.

“Pendidikan masih belum mendapat tempat di pemberitaan media,” ungkap Hendra kepada Parboaboa, Kamis (18/7/2024).

Padahal, menurut Hendra, pendidikan merupakan salah satu pondasi awal dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM).

“Lihat aja yang viral sekarang, yang jadi pemberitaan media sekarang. Kalau nggak pembunuhan, perselisihan, pertikaian, pemerkosaan. Di mana tempat untuk pendidikan?” ucap Hendra.

Media semestinya menjadi salah satu wadah bagi para penulis dan akademisi untuk memperkenalkan dan menyebarluaskan keilmuannya dalam bentuk tulisan.

Kegelisahan Hendra ini disebut menjadi salah satu alasan mengapa masih banyak ketertinggalan dalam bidang pendidikan.

“Kenapa pendidikan dilihat sebelah mata? Apa karena tidak ada duitnya? Berarti pendidikan naik kalau sudah viral saja,” sambungnya.

Menurut Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berjudul, “Membangun Media Massa Publik dalam Menanamkan Pendidikan Karakter” karya Oos M. Anwas, media memiliki peran penting dalam penanaman pendidikan karakter, khususnya terhadap anak-anak dan remaja.

Dalam jurnal tersebut, media massa sejatinya dituntut memiliki idealisme yang kuat dalam menyajikan pesan karakter bangsa secara kontinyu.

Untuk menanamkan pendidikan karakter, substansi media dituntut dapat mendorong dan menciptakan lingkungan masyarakat yang mau dan mampu belajar.

Media juga harus menjadi inspirasi dan acuan masyarakat untuk kemajuan, serta memberikan keteladanan dalam membangun karakter bangsa.

Sementara itu, berdasarkan Survei Penetrasi Internet Indonesia 2024 dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), konten pendidikan dan IPTEK menempati peringkat ke tujuh dari sembilan jenis konten yang disurvei dengan persentase 18,53%.

Konten politik, sosial-hukum, dan HAM menjadi konten favorit dengan persentase 40,56%, dan konten mancanegara di posisi terakhir dengan 4,44%.

Konten internet berita yang paling sering diakses:

1. Politik, sosial-hukum, dan HAM (40,56%)

2. Olahraga (32,50%)

3. Infotainment/gossip (31,25%)

4. Ekonomi, keuangan, dan bisnis (29,32%)

5. Kesehatan (27,79%)

6. Budaya dan pariwisata (21,61%)

7. Pendidikan dan IPTEK (18,53%)

8. Tidak tahu/tidak pernah mengakses (5,50%)

9. Mancanegara (4,44%)

Berdasarkan generasinya, konten internet berita pendidikan dan IPTEK lebih ramai diakses oleh Gen Z (kelahiran 1997-2012) dengan persentase 25,02%, Millennial (1981-1996) 16,89%, Baby Boomers (1946-1964) 12,79%, dan Gen X (12,65%).

Ketua Pengurus Besar Ikatan Mahasiswa Pematangsiantar (IMSTAR) Periode 2018-2020, Satriansyah Den Retno Wardana, pun mengakui diskursus pendidikan saat ini memang sangat minim.

Menurut Satria, minimnya diskursus ini disebabkan oleh peran aktor dalam pembuatan dan publikasi konten pendidikan yang masih kalah secara jumlah dibanding konten lainnya.

“Sebenarnya ada sorotan ke dunia pendidikan, tapi nggak FYP (viral),” ungkap Satria kepada PARBOABOA melalui pesan via Instagram, Selasa (30/7/2024).

Fenomena ini juga, sambungnya, karena kurangnya ketertarikan dari kaum muda kreatif untuk mulai mengekspos dunia pendidikan dan membawanya sebagai fokus inti dalam pembahasan.

“Jadi ya memang harus kita mulai untuk ekspos, harus kita yang bergerak,” sambung Satria.

Satria menambahkan, dalam komunitasnya di IMSTAR, pendidikan menjadi salah satu fokus pembahasan, terutama di tingkat SMA sederajat dan pendidikan tinggi.

“Main issue kami soal pendidikan,” tutup Satria.

Editor: Norben Syukur
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS