PARBOABOA, Jakarta - Imunisasi polio kini gencar dilakukan diberbagai daerah usai ditemukannya tiga kasus lumpuh layu akut.
Tiga kasus lumpuh layu akut atau acute flaccid paralysis (AFP) akibat virus Polio Tipe 2 di Indonesia ditemukan pada 4 Januari 2024.
Penyakit ini terjadi karena imunisasi polio yang tidak lengkap dan kondisi malnutrisi.
Dua di antaranya terjadi di Jawa Timur, sementara satu kasus lainnya terjadi di Jawa Tengah.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Maxi Rein Rondonuwu, menjelaskan bahwa pemerintah bersama Komite Imunisasi Nasional merekomendasikan imunisasi tambahan sebagai respons terhadap Kejadian Luar Biasa (KLB) polio ini.
Adapun imunisasi polio tambahan diselenggarakan di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Kabupaten Sleman Yogyakarta.
Kabupaten Sleman DIY juga dilibatkan karena berbatasan langsung dengan Kabupaten Klaten, tempat ditemukannya kasus polio beberapa waktu lalu.
Meskipun DIY tidak memiliki kasus, imunisasi tambahan dilakukan untuk mencegah penyebaran virus dari kabupaten tetangga, sesuai dengan prinsip yang sama diterapkan di Aceh dan Sumatera Utara.
Proses imunisasi polio tambahan akan dilaksanakan dalam 2 putaran, dimulai pada 15 Januari dan 19 Februari 2024. Setiap putaran berlangsung selama satu minggu dengan jarak minimal satu bulan antara putaran.
Sasaran utama Sub PIN Polio ini adalah anak-anak usia 0 hingga 7 tahun, tanpa memandang status imunisasi sebelumnya.
Selain itu, imunisasi menarget cakupan 95% untuk setiap putaran, program ini akan mencakup semua tingkatan, dari desa hingga kabupaten.
Jenis vaksin yang digunakan adalah Novel Oral Polio Vaksin tipe 2 (nOPV2), diberikan sebanyak dua tetes dengan interval minimal satu bulan.
Imunisasi ini dapat diakses secara gratis di berbagai fasilitas layanan kesehatan, termasuk puskesmas, posyandu, dan institusi pendidikan seperti PAUD, TK, SD, atau sejenisnya di bawah koordinasi puskesmas.
Editor: Wenti Ayu