parboaboa

Huru-Hara Selepas Magrib: Di Balik Insiden Keracunan Warga Sekitar Pembangkit Geotermal

TIM Parboaboa | Liputan Unggulan | 11-03-2024

Penampakan Wellpad V PT. SMGP di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatra Utara. (Foto: Walhi Sumut)

PARBOABOA - Kekalutan menyelimuti penduduk Desa Sibanggor Julu, Mandailing Natal, Sumatra Utara. Azan magrib belum lewat terlalu lama, Kamis (22/2/2024) dua pekan lalu itu.

Orang-orang mendadak panik di rumah masing-masing. Di tengah kekacauan, lewat pengeras suara, warga diminta berkumpul di halaman masjid. 

"Ribut semua, huru-hara semua di kampung," kata Laila, sebutlah demikian, salah satu warga Sibanggor Julu, mengingat peristiwa hari itu.  

Ia masih sempat mendengar pengumuman dari masjid. Tapi belum sampai di pintu keluar rumah, badannya lemas tak karuan.

Ia sudah hampir pingsan. Banyak orang mengalami hal serupa. Situasi tambah kacau karena tiba-tiba aliran listrik padam. 

Tak berapa lama kemudian cahaya dari lampu kendaraan membelah jalanan Desa Sibanggor Julu yang gelap gulita. Mobil-mobil milik warga setempat menyisir setiap rumah.   

Mereka menjemput warga yang kepayahan untuk dievakuasi. Salah satunya membawa Laila ke Rumah Sakit Permata Madina. 

Pada malam nahas itu, 106 orang dilarikan ke rumah sakit. Ada yang dibawa ke RS Permata Madina, sebagian sisanya ke RSUD Panyabungan.  

Mereka diduga keracunan gas dari Well-pad V milik PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP). Well-pad adalah lokasi sumur tapak bor yang digunakan untuk eksplorasi panas bumi. Pada setiap well-pad bisa terdapat lebih dari satu sumur. 

Keluhan kesehatan warga muncul berselang beberapa jam dengan well testing—aktivitas pembukaan sumur untuk menguji potensi kandungan—di Well-pad V pada hari yang sama. Laila, misalnya, mengalami mual yang luar biasa. 

"Kalau bisa muntah masih mendingan, ini kan nggak bisa, nahan di sini tuh, sesak," katanya sambil menunjuk ke dadanya. 

Ia menuturkan, bau aneh mulai tercium ketika azan magrib berkumandang. Baunya terasa menyengat.

Ia baru saja pulang dari menjemput kakaknya ketika bau itu menyergap. Tidak ada asap yang tampak, tapi napasnya sesak tiap kali bernapas.

Ditambah lagi, kepala Laila mendadak merasakan pusing yang hebat. Laila sudah sejak lahir tinggal di Desa Sibanggor Julu yang merupakan kawasan penghasil belerang. 

Ia sudah akrab betul dengan bau belerang. Tapi baginya, bau udara malam itu benar-benar tidak biasa. Ia bahkan kesulitan mendeskripsikannya dengan pasti.  

"Kayak bau kedaluarsa.. Kayak bau durian yang busuk.. Kayak aspal yang gosong.. Kayak gitu," ia mencoba mengingat-ingat.

Laila baru diizinkan pulang dari rumah sakit sore keesokan harinya. Semalaman dia diinfus.

Sebelum kembali ke rumah, dokter juga memberinya obat untuk dikonsumsi. Ia diizinkan pulang begitu saja tanpa mendapat tagihan dari rumah sakit. 

Siapa yang membiayai perawatan, Laila sama sekali tidak tahu. Semua warga yang dibawa ke rumah sakit tak mengeluarkan uang sepeser pun. 

Keracunan gas di sekitar instalasi PT SMGP bukan kali ini saja terjadi. Setidaknya sudah ada enam kali insiden serupa dialami warga.  

Kejadian pertama pada 25 Januari 2021 adalah yang paling tragis. Saat itu 44 orang harus dirawat di rumah sakit. Sementara lima orang meninggal dunia. 

Berdasarkan hasil investigasi, insiden pada 2021 disebabkan keluarnya gas hidrogen sulfida (H2S) dari salah satu well-pad PT SMGP. 

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menjatuhkan sanksi kepada PT SMGP karena kelalaian itu. 

Pemandangan asap buangan dari PT. SMGP dari rumah penduduk di Desa Sibanggor Julu. (Foto: Parboaboa/Susanna Hutapea)

Dihitung dengan kejadian teranyar, Laila sudah dua kali mengalami keracunan. Saat pembukaan sumur di Well-pad T pada 2021, ia juga harus dilarikan ke rumah sakit. 

Riani, bukan nama sebenarnya, yang juga warga Desa Sibanggor Julu, punya pengalaman serupa. Keracunan pada 2021, menurut dia, paling parah. 

Saat insiden itu, Riani tengah berada di ladang. Ia mendadak tak sadarkan diri.

“Entah gimana, sudah diangkat orang ke rumah sakit,” ia menuturkan kejadian yang ia ingat.

Suami Riani malah sampai tidak sadarkan diri selama 64 jam. Dia sempat harus dirawat di instalasi perawatan intensif (ICU). 

Menurut Riani, keracunan kerap terjadi pascapembukaan sumur baru di PT SMGP. Warga menduga, aktivasi sumur menyebabkan gas keluar dari perut bumi. 

Kemudian gas itu turun ke permukiman warga yang letaknya di bawah. Warga memperkirakan kini ada lebih dari 30 sumur yang tersebar di sekitar desa mereka. 

Sebelum keracunan massal terjadi 22 Februari itu, warga sebenarnya sudah tahu ada rencana aktivasi sumur di Well-pad V. Informasi tersebut, menurut sejumlah warga, dikabarkan melalui pengeras suara di masjid-masjid. 

Hal itu dibenarkan Panusunan, salah satu pengurus masjid di Sibanggor Julu. Ia ingat seorang pengurus bernama Syahrial mengumumkannya sekitar pukul 07.00 WIB. 

Harapannya, kata Panusunan, warga tidak beraktivitas dalam radius dekat sumur. Sebab, banyak penduduk yang punya ladang di sekitar lokasi. 

Kabar soal pembukaan sumur di Well-pad V juga beredar di desa tetangga. Menurut Mulyadi, Kepala Desa Sibanggor Tonga, sempat beredar kertas pengumuman dari PT SMGP perihal pembukaan sumur. 

"Ada pengumuman yang ditempel di warung-warung," katanya. 

Setelah pengumuman beredar di kalangan warga desa, barulah Mulyadi mendapat surat pemberitahuan resmi. Ketika Parboaboa menyambangi Desa Sibanggor Tonga pekan lalu, pengumuman yang ditempel itu sudah tidak tampak. 

"Pasti sudah rusak atau ada juga yang dirobek sama anak-anak atau warga," Mulyadi menjelaskan. 

Seingat dia, pengumumannya kurang lebih begini: Tanggal 22 Februari, PT. SMGP akan melakukan well test di Well-pad V-01, pada pukul 09.00 WIB. 

“Selesai (kapan) nggak dikasih tahu,” ucap Mulyadi. 

Sejak awal ada informasi pembukaan sumur, ia berinisiatif mengimbau warga mengungsi. Ia sedapat mungkin mencoba menghindari potensi konflik antara warga dan perusahaan. 

Di Desa Sibanggor Tonga sendiri, 21 orang mengalami keracunan saat kejadian pada 22 Februari. Mulyadi bilang, selepas magrib bau menyengat tercium sekitar 15 menit di Desa Sibanggor Tonga. 

Ia sebenarnya heran. Dalam pengumuman yang beredar, kata dia, warga hanya diminta menjaga jarak di luar radius 300 meter dari sumur. Nyatanya, lanjutnya, warga Desa Sibanggor Tonga yang berjarak sekitar 1 km dari titik Well-pad V juga terkena dampak.

Menurutnya, banyak warga trauma dengan rentetan kejadian keracunan. Setiap ada kabar pembukaan sumur baru, sebagian mereka memilih mengungsi ke desa Sibanggor Jae, yang posisinya lebih jauh ke bawah. 

Sejak awal dibangun pada 2011, pembangkit panas bumi PT SMGP menuai polemik. Kini, posisi warga terbelah. 

Ada pihak yang pro dan kontra. Kubu yang pro umumnya berharap mendapat pekerjaan dari PT SMGP. 

Sementara yang menolak beranggapan kehadiran pembangkit berdampak pada masyarakat sekitar. Selama liputan, Parboaboa tak pernah berhenti mendengar suara dengung dari arah pembangkit. 

Bunyinya mirip deru suara mesin pesawat yang tak berkesudahan. Laila mengatakan, warga sangat terganggu dengan suara itu ketika awal pembangkit berdiri. 

Lokasi yang disebut sebagai Wellpad A, yang mengeluarkan suara sangat bising 24 jam nonstop. (Foto: Parboaboa/Susanna Hutapea)

Sebelum ada proyek pembangkit, Desa Sibanggor Julu lebih didominasi hutan. Suasana yang dulu tenang kini tinggal cerita. Warga hanya bisa pasrah. 

“Sudah kayak musik rasanya kalau mau tidur,” kata Laila berkelakar sinis. 

Sebelum kehadiran pembangkit, warga tak pernah mengalami keracunan. Mereka tak terima bila sumber keracunan disebut berasal dari sumber belerang yang ada di sekitar desa. 

Sawaluddin Tanjung (60), salah satu warga yang menampik kemungkinan itu. Sepanjang umurnya yang lebih dari setengah abad tinggal di Sibanggor Julu, tak pernah warga terganggu dengan belerang.

Tidak ada orang di sini sakit karena belerang, tidak pernah,” tegasnya. 

Investigasi sementara kepolisian belum menemukan indikasi kebocoran gas di Well-pad V sebagai penyebab keracunan warga. Kapolres Mandailing Natal, AKBP Arie Sofandi Paloh, menyatakan belum bisa membuat kesimpulan lebih lanjut. 

"Hasil yang dari labfor kan sebagian belum (keluar)," katanya kepada Parboaboa.

Kepolisian, kata dia, telah melakukan reka ulang pembukaan sumur di Well-pad V. Proses tersebut digelar dua hari, pada 24 dan 25 Februari.  

Reka ulang pertama dilakukan selama 54 menit. Sementara reka ulang kedua dilakukan enam jam. Kejadian dugaan keracunan gas, menurut Arie, membuatnya kerepotan. 

"Kerjaan saya ngurusin pemilu saja belum selesai," ujarnya. 

Gerbang masuk PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) di Desa Sibanggor Julu, Sumut. (Foto: Parboaboa/Susanna Hutapea)

Ketika dikonfirmasi, PT SMGP hanya memberikan pernyataan tertulis terkait insiden keracunan warga. 

Dalam keterangan yang dibuat Corporate Communication PT SMGP, Agung Iswara menjelaskan, aktivasi sumur V-01 dilakukan pada 22 Februari pukul 11.30 WIB. PT SMGP menegaskan tidak terjadi kebocoran saat aktivasi sumur V-01. 

Mereka juga menjamin telah melakukan semua tahapan kegiatan sesuai prosedur. Perusahaan mengaku memasang detektor gas di sekitar perimeter aman dalam radius 300 meter dari sumur. 

"Hasil pembacaan alat deteksi gas H2S terbaca sebesar 0 ppm saat kegiatan pemantauan," seperti yang dinyatakan dalam keterangan tertulis PT SMGP. 

PT SMGP menyatakan tengah berfokus membantu masyarakat untuk mendapatkan perawatan. Aktivitas sumur juga ditangguhkan. 

"Saat ini, kegiatan aktivasi sumur telah dihentikan sementara," tulis PT SMGP. 

Well testing yang dilakukan PT SMGP pada 22 Februari sudah mendapat izin dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Harris Yahya, Direktur Panas Bumi Kementerian ESDM, mengatakan bahwa semua prosedur pelaksanaan telah dipatuhi PT SMGP. 

Ia menjelaskan, jarak berbahaya gas H2S kurang dari 300 meter. Lewat dari radius tersebut, gas dianggap tak lagi beracun karena sudah terurai di udara. 

Ia justru heran kenapa keracunan justru dialami warga yang jarak sumur ke permukiman sekitar 700 meter. Secara logika, menurutnya, hal itu tak mungkin terjadi. 

"Kenapa ada masyarakat yang pingsan? Ada yang mencium bau? Nah, ini adalah pertanyaan saya juga," ia berujar.

Kesimpulan sementara investigasi, menurut Harris, tidak ada korelasi antara kejadian keracunan dan aktivasi sumur. Investigasi terhadap insiden keracunan massal, kata dia, belum final. Ia memperkirakan prosesnya akan rampung dalam satu bulan. 

"Tapi apakah yang dicium itu yang dari sana? Nah itu belum tentu dan kami investigasi," ia menambahkan. 

Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) mencium kejanggalan dalam penanganan insiden keracunan. Pekan lalu, Walhi telah menerjunkan tim ke lokasi. 

Rianda Purba, Direktur Walhi Sumatra Utara, mengungkapkan beberapa temuan yang menunjukkan ketidakselarasan informasi yang disampaikan pihak perusahaan dan otoritas terkait. 

Walhi, sementara ini, memang tidak menemukan indikasi ada kebocoran gas H2S. Namun, berdasarkan penuturan masyarakat setempat, alat deteksi H2S di samping kantor Kepala Desa Sibanggor Julu tidak berfungsi. 

Rianda tidak menutup kemungkinan zat yang meracuni warga adalah H2S. Sebab, insiden terjadi setelah dilakukan aktivasi sumur. 

"Walhi juga menemukan kelalaian perusahaan dalam mengestimasikan dampak aktivasi terhadap masyarakat sekitar," kata Rianda. 

Ia menambahkan, ada persoalan lain yang terungkap di luar konteks insiden keracunan massal. Lokasi operasi PT SMGP sangat berdampingan dengan ruang hidup masyarakat. 

Sementara, kata dia, jalur pipa dari enam well-pad melintang bebas di tepi jalanan umum menuju power house

Hal lain yang disoroti adalah Well-pad V, yang berdasarkan pantauan Walhi, berada dalam Kawasan Taman Nasional Batang Gadis. Menurut Rianda, belum ada informasi jelas terkait hal ini, baik dari perusahaan maupun Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Walhi mendesak Mabes Polri untuk mengevaluasi proses reka ulang yang telah dilakukan oleh Polres Mandailing Natal. Pemerintah, kata Rianda, juga perlu meninjau ulang izin operasi PT. SMGP.

Pemerintah daerah pun diminta mengambil langkah konkret dalam pencegahan, perlindungan, dan pemulihan korban atau masyarakat terdampak aktivitas operasional PT. SMGP. 

Reporter: Susanna Hutapea dan Muazzam 

Editor : Jenar

Tag : #Keracunan    #Mandailing Natal    #Liputan Unggulan    #PT SMGP    #Well pada V PT SMGP    #Berita Sumut   

BACA JUGA

BERITA TERBARU