PARBOABOA, Bekasi – Dalam kurun waktu Januari-Agustus 2022 terdapat 554 orang terjangkit virus Human Immunodeficiency Virus (HIV) di wilayah Kota Bekasi. Data tersebut didapatkan melalui hasil tes yang dilakukan kepada warga berdomisili atau KTP Kota Bekasi.
"Data kasus tahun ini ditemukan melalui hasil tes kepada warga berdomisili atau KTP Kota Bekasi maupun luar Bekasi yang tinggal di sini. 431 jiwa berjenis kelamin pria dan 123 wanita," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi Tanti Rohilawati, Jumat (16/09/2022), dilansir dari antaranews.com.
Tanti menjelaskan sebanyak 65 kasus HIV tersebut terdeteksi pada Januari, 69 pada Februari, 67 pada Maret, 62 pada April, 45 pada Mei, 71 pada Juni, 55 Juli, dan 120 pada Agustus.
Penderita HIV di Kota Bekasi didominasi warga berusia 25-49 tahun dengan total 475 kasus, lalu 113 kasus yang menjangkit warga berusia umur 20-24 tahun, usia di atas 50 tahun dengan 44 kasus, dan 15-19 dengan 14 kasus, serta 4 kasus usia di bawah 4 tahun.
Hal inilah menjadi perhatian serius Pemerintah Kota Bekasi (Pemkot Bekasi), sehingga pemerintah setempat akan mengalokasikan 16.560 alat kontrasepsi ke rumah sakit dan puskesmas yang melayani pengobatan HIV, meliputi RSUD Cashbullah Abdul Madjid, RS Elisabeth, dan RS Ananda Bekasi.
Kemudian, Puskesmas Karang Kitri, Pukesmas Pengasinan, Puskesmas Kali Abang Tengah, dan Puskesmas Jati Sampurna. Alat kontrasepsi ini akan didistribusikan khususnya kepada pasangan diskordan HIV (pasangan salah satunya penderita HIV).
"Adapun tujuan pemberian kondom kepada pasangan diskordan HIV tersebut sebagai pencegahan penularan HIV pada pasangan diskordan untuk memutuskan rantai penularan HIV," kata Tanti.
Tanti mengatakan, langkah tersebut dinilai dapat mengurangi risiko penyebaran HIV hingga 95 persen. Namun, ia tetap menghimbau masyarakat untuk tetap waspada dan memperhatikan alat kontrasepsi saat berhubungan seksual. Sebab, penggunaan alat kontrasepsi yang salah juga berisiko dalam penyebaran HIV.
Dinas Kesehatan juga melakukan sejumlah langkah pencegahan penuluran HIV selain penggunaan alat kontrasepsi anatara lain percepatan koordinasi dan pelapor kasus pada seluruh tim puskesmas dan rumah sakit.
Kemudian melaksaanakan agenda workshop bagi petugas dirumah sakit, tripel eliminasi bagi ibu hamil, serta skrining kelompok berisiko yang masuk sasaran standar pelayanan minimal bidang kesehatan progam HIV.
“Kami juga melakukan skrining dan edukasi terkait HIV setiap Ahad (Minggu), saat pelaksanaan Car Free Day. Edukasi ini melibatkan aktivis ataupun pegiat HIV,” ujarnya.