PARBOABOA, Jakarta – Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP, Hasto Kristiyanto menanggapi kabar mengenai dukungan kepada Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) untuk menggantikan Megawati Soekarnoputri menjadi Ketua Umum (Ketum) partai berlambang banteng hitam itu.
"Saya nyatakan itu hanya sekadar provokator politik," kata Hasto di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Jumat (04/11/2022).
Menurut Hasto, setiap partai politik mempunyai konstitusi dan mekanisme tersendiri dalam menentukan pemimpin partai mereka. Seperti halnya PDIP, menetapkan ketum berdasarkan kesadaran kader di tingkat bawah.
"Itu (isu) yang mau memecah belah, karena partai kan punya konstitusi dan mekanisme di dalam penetapan ketum itu kan oleh kesadaran arus bawah," ucap Hasto.
Sementara itu, Ketua DPP PDIP Bambang Pacul menilai Jokowi tak mungkin menjadi Ketum PDIP menggantikan Megawati Soekarnoputri.
"Orang tak paham alam pikirannya Pak Jokowi, alam pikirannya Ibu Ketua Umum, dan kultur Jawa. Tidak mungkin Pak Jokowi, nggak mungkin lah," kata Bambang Pacul dalam suatu acara yang disiarkan detikcom, Rabu (02/11/2022).
Bambang menyebut, Jokowi tak mungkin mengkudeta sosok yang telah membesarkannya.
"Teori dari mana? Mana ada air susu dibalas dengan air tuba. Pak Jokowi itu dibesarkan oleh PDI Perjuangan, oleh Ibu Ketum. Putranya pun masuk PDI Perjuangan dan jadi wali kota," katanya.
"(Jokowi) Dikawal dari wali kota, gubernur, presiden oleh PDIP atas keputusan Ibu Ketum. Kemudian akan mengambil alih Ibu Ketum? Itu nggak paham kultur. Pak Jokowi tahu balas budi," imbuhnya.
Untuk diketahui, isu ini mencuat saat relawan yang menamai dirinya KAMI Ganjar mendoakan agar Presiden Jokowi menjadi Ketum PDIP untuk tahun 2024 mendatang.
Adapun Koordinator Nasional KAMI Ganjar menyebut bahwa Jokowi cocok menduduki kursi Ketua Umum PDIP.
"Untuk PDI Perjuangan, kita tahu bahwa fatsun partai itu adalah demokrasi, bukan partai kerajaan, maka kami berharap Pak Jokowi mau dan bisa terpilih kelak menjadi Ketua Umum di Kongres PDIP Tahun 2024," ucap Joko.