PARBOABOA, Jakarta – Ketidakpastian ekonomi sedang membayang-bayangi negara dunia saat ini. Lonjakan harga atau inflasi terjadi di berbagai sektor, terutama sektor pangan dan energi.
Untuk meredam inflasi, bank-bank sentral dunia terpaksa menaikan suku bunga acuan, tak terkecuali Bank Sentral Amerika atau Federal Reserve (The Fed).
Namun, Bank Indonesia (BI) justru mengambil sikap berbeda. Untuk bulan Juni 2022, BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga BI 7 Day Reverse Repo Rate di level 3,5%. Ini menjadi bulan ke 16 bank sentral menahan suku bunganya.
Tak hanya menahan suku bunga acuan, BI juga menahan suku bunga deposit facility di level 2,75% dan suku bunga lending facility di 4,25%.
Keputusan untuk mempertahankan suku bunga acuan ini diambil dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 22 dan 23 Juni 2022 kemarin.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan keputusan ini diambil demi menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, sekaligus untuk mengendalikan inflasi, serta upaya untuk tetap mendorong pertumbuhan ekonomi nasional di tengah tekanan eksternal yang meningkat.
"Keputusan ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan tetap terkendalinya inflasi. Serta sebagai upaya untuk tetap mendorong pertumbuhan ekonomi nasional di tengah tekanan eksternal yang meningkat terutama terkait ketegangan geopolitik Rusia dan Ukraina," ucapnya, Kamis (23/6).
Dia menjelaskan, ketidakpastian ekonomi global diperkirakan masih akan tinggi dengan makin mengemukanya risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan inflasi global, termasuk sebagai akibat dari makin meluasnya kebijakan proteksionisme terutama pangan yang ditempuh oleh berbagai negara.
Namun, dia mengatakan pihaknya akan terus menempuh berbagai langkah untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional.