PARBOABOA – “It’s my dream, not her. My dream Mas. Cappadocia itu impianku Mas,” ucap pemeran Kinan kepada suaminya dalam film berjudul Layangan Putus.
Salah satu kalimat dalam adegan film itu membuat para penonton mencari tahu tentang Cappadocia.
Sebuah lokasi wisata menarik yang berada di salah satu negara di Eropa, tepatnya di Turki. Cappadocia merupakan wilayah kuno yang terletak di Turki tengah selatan atau tenggara Ankara.
Cappadocia berada di dataran tinggi yang terjal di utara Pegunungan Taurus. Dilansir dari laman Go Turkiye, kondisi geologis Cappadocia yang unik membuat wilayah ini disebut cerobong peri.
Cappadocia terkenal dengan hamparan batuan vulkanik lunak yang terbentuk oleh erosi dari gunung berapi selama jutaan tahun.
Bebatuan itu menjadi ragam bentuk yang unik seperti menara, kerucut, lembah dan gua. Beberapa batuan terbuat bahkan memiliki tinggi hingga 45 meter.
Sebagai kota kuno, Cappadocia melewati beragam masa mulai dari Romawi, era Bizantium hingga masuknya peradaban Islam. Sehingga banyak bangunan bersejarah seperti kastil, gereja dan masjid di Cappadocia.
Terdapat banyak lokasi wisata yang bisa didatangi saat berkunjung ke Cappadocia. Mulai dari menaiki balon udara hingga bertualang bersama kuda. Bahkan, Cappadocia dijuluki ‘the land of beautiful horses’ atau tanah kuda yang indah.
Akan tetapi, bukan hanya Cappadocia lokasi wisata yang kini mulai ditinggalkan. Beberapa lokasi wisata lainnya di Turki juga mulai ditinggalkan oleh wisatawan.
Inflasi yang melonjak di Turki dalam beberapa bulan terakhir mencapai hingga 75.4 persen pada bulan Mei 2024 lalu. Hal ini mendorong naiknya tarif hotel, kafe dan restoran.
Akhirnya, wisatawan mancanegara beramai-ramai mengalihkan tujuannya ke negara Eropa lain seperti Yunani. Pasalnya, biaya perjalanan di Turki menjadi terlalu mahal.
Dilansir dari Euronews, Sabtu (27/07/2024), Ketua Dewan Perwakilan Regional Izmir dari Asosiasi Agen Perjalanan Turki (TURSAB), Kivanc Meric mengatakan masalah ini sebenarnya sudah dimulai sejak tahun lalu.
Tepatnya ketika pemerintah Turki mengambil beberapa langkah untuk menekan mata uang asing. Hal ini menyebabkan nilai yang berlebihan terhadap lira Turki dalam kondisi inflasi.
“Oleh karena itu, di pasar dalam negeri, warga punya kesempatan pergi ke luar negeri dengan biaya yang lebih murah. Mengingat, tarif hotel di dalam negeri masih tinggi,” ucapnya.
Kivanc Meric mengungkapkan, pelaku bisnis perhotelan menaikkan tarifnya bukan semata untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi. Namun, tarif naik karena tingginya biaya operasional.
Krisis yang terjadi di Turki ini bukan hanya berdampak pada perjalanan domestik. Namun, masalah yang lebih serius lainnya adalah jumlah turis asing di Turki yang menurun secara signifikan.
Meric mengungkapkan, meskipun Turki berada di posisi terdepan di Eropa dengan layanan dan kualitas hotelnya. Namun, Turki telah kehilangan posisi ini karena kelemahan dalam harga.
Biasanya, pada bulan Juli atau Agustus tidak mungkin wisatawan bisa mendapatkan kamar hotel di resor liburan utama Turki.
Pada destinasi populer di sepanjang pantai Aegean dan Mediterania, tingkat pekerjaan biasanya mencapai 90 hingga 95 persen.
Namun, di tahun ini hotel-hotel itu justru masih beruntung jika tingkat okupansinya mencapai 80 persen.
Tingginya tarif hotel di Turki bukanlah satu-satunya masalah yang menghalangi wisatawan untuk datang.
Akan tetapi, tiket masuk ke situs arkeologi yang dikelola oleh Kementerian Kebudayan dan Pariwisata Turki juga menaikkan harganya.
“Dulu, masuk ke kota kuno Efesus hanya mengeluarkan biaya 15 euro. Sekarang biayanya 40 euro,” kata Meric.
Kini, wisata budaya di Turki dinilai cukup sekarat. Pengunjung wisata budaya, terutama turis dari mancanegara sudah memilih lokasi di negara lain misalnya Mesir dan beberapa negara di Asia.