WHO: 15 Ribu Orang di Eropa Meninggal Akibat Gelombang Panas

Ilustrasi tanah retak dan kering akibat gelombang panas. (Foto: Istock/Roman)

PARBOABOA, Jakarta – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan setidaknya 15.000 orang meninggal dunia akibat gelombang panas yang melanda benua Eropa pada tahun ini.

Seperti dilansir dari AFP, Selasa (08/11/2022), gelombang panas menerjang Eropa selama tiga bulan yakni dari mulai bulan Juni hingga Agustus. Suhu yang sangat tinggi menyebabkan kekeringan terburuk di Eropa sejak abad pertengahan.

“Berdasarkan data negara yang disampaikan sejauh ini, diperkirakan setidaknya 15.000 orang meninggal secara khusus karena panas pada tahun 2022,” kata Direktur Regional WHO Hans Kluge dalam sebuah pernyataan.

Kluge juga menyatakan bahwa Spanyol dan Jerman menjadi negara yang terkena dampak paling buruk.

“Di antara itu, hampir 4.000 kematian di Spanyol, lebih dari 1.000 di Portugal, lebih dari 3.200 di Inggris, dan sekitar 4.500 kematian di Jerman dilaporkan oleh otoritas kesehatan selama 3 bulan musim panas,” ujar Kluge.

Menurut Kluge, diperkirakan jumlah korban meninggal dunia akan meningkat. Hal ini didasari karena semakin banyak negara yang melaporkan peningkatan angka kematian akibat gelombang panas tersebut.

Kluge menjelaskan, suhu di Eropa telah memanas secara signifikan selama periode 1961-2021, dengan rata-rata sekitar 0,5 derajat celcius per dekade.

“Ini adalah wilayah dengan pemanasan tercepat, menurut laporan yang dikeluarkan minggu ini oleh Organisasi Meteorologi Dunia (WMO). Suhu ekstrim menyumbang lebih dari 148.000 nyawa hilang di Kawasan Eropa dalam 50 tahun sebelumnya. Hanya dalam 1 tahun sejak itu, kami kehilangan setidaknya 15.000 nyawa lagi,” jelasnya.

Gelombong panas berturut-turut antara Juni dan Juli, di mana suhu di atas 40 derajat celcius di Inggris untuk pertama kalinya.

“Stres panas, ketika tubuh tidak dapat mendinginkan dirinya sendiri, adalah penyebab utama kematian terkait cuaca di kawasan Eropa,” ucapnya.

Kemudian Kluge menambahkan, suhu ekstrim dapat menjadi berbahaya bagi orang yang menderita penyakit jantung kronis, masalah pernapasan, dan diabetes.

Editor: -
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS