Ukraina Porak-poranda, Rusia Mengalami Kerugian Signifikan

Ukraina Porak-poranda, Rusia Mengalami Kerugian Signifikan
seorang prajurit Ukraina berjalan di atas sebuah tank Rusia yang hancur di Bucha, Ukraina, Kamis (7/4/2022). Tentara Merah telah mundur dan meninggalkan kerusakan parah dan korban jiwa yang memilukan di kota itu dan beberapa kota lainnya. (Foto: AP)

PARBOABOA, Pematangsiantar - Perang hanya membawa kehancuran, duka, dan air mata. Itulah yang saat ini terjadi di Ukraina. 

Seiring mundurnya pasukan Rusia dari kota di bagian utara Ukraina, tampaklah bangunan-bangunan yang hancur, jalanan yang dipenuhi kendaraan rusak, juga penduduk yang kelaparan dan membutuhkan obat-obatan. 

Kekejaman Tentara Merah di Kota Bucha semakin memperkuat alasan Barat untuk membantu Ukraina. Kota yang terletak di pinggiran ibu kota Kyiv itu menjadi saksi kekejaman Moskow yang membunuhi warga tak berdosa. 

Puluhan orang di Kota Chernihiv mengantre guna mendapatkan roti, popok, dan obat-obatan dari sebuah sejumlah mobil van yang diparkir di depan sebuah sekolah. Bangunan itu sementara beralihfungsi menjadi lokasi distribusi bantuan. 

Chernihiv sebelumnya digempur oleh militer Rusia selama berminggu-minggu, sebagai bagian dari usaha mereka menerobos ke selatan menuju ibu kota sebelum akhirnya mundur. 

Pesan yang berbunyi "Rabu 23 Februari - tugas sekolah" masih terpampang di sebuah papan tulis sekolah itu. Dan tepat keesokan harinya Rusia mengobarkan perang yang memaksa 4 juta warga Ukraina mengungsi. 

Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba pada Kamis memperingatkan, meski pasukan Rusia telah mundur, namun negaranya masih rentan. 

Ia juga telah mengajukan permohonan persenjataan kepada Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk menghadapi serbuan Rusia yang akan datang dari timur. 

Negara-negara anggota NATO telah setuju untuk menambah pasokan persenjataan bagi Ukraina. Itu karena kekejaman Rusia di beberapa wilayah sekitar Kyiv dianggap sudah keterlaluan. 

"Tragedi bagi Rusia*
Sementara itu, Dmitry Peskov, juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin, mengakui telah kehilangan pasukannya secara signifikan sejak invasi dimulai. Ia menyebut kematian mereka sebagai "tragedi".

Dalam wawancara pertamanya dengan media Barat, Peskov juga menyampaikan bahwa Rusia berharap operasi militer di Ukraina akan mencapai tujuannya dalam beberapa hari mendatang.

Kepada jurnalis Sky News ia mengatakan bahwa, "kita hidup di hari-hari yang penuh kepalsuan dan kebohongan". Komentar itu mengacu pada pembantaian di Kota Bucha. 

Menurut dia, foto serta gambar satelit yang diverifikasi tentang warga sipil yang tewas di jalan-jalan kota Ukraina adalah sangat palsu.

"Kami menyangkal militer Rusia memiliki kesamaan dengan kekejaman ini dan mayat-mayat diperlihatkan di jalan-jalan Bucha," katanya.

Akan tetapi, Peskov enggan menjawab jumlah pasti berapa banyak warga sipil yang tewas sejak dimulainya perang. Ia beralasan bahwa jumlahnya tidak dikonfirmasi ganda (double check). 

Peskov tetap bersikeras jika ini bukanlah perang, melainkan operasi militer khusus yang diperlukan karena Ukraina telah menjadi pusat anti-Rusia sejak 2014, ketika Rusia mencaplok Crimea.

Namun, dia mengakui, "Kami mengalami kerugian pasukan yang signifikan dan ini adalah tragedi besar bagi kami".

Kremlin selama bertahun-tahun telah khawatir tentang keinginan Ukraina untuk bergabung dengan NATO. Dan itu adalah salah satu alasan mengapa Rusia menyerbu.

Editor: -
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS