PARBOABOA – Pendekatan pola asuh orang tua terhadap anak-anak telah menjadi topik yang cukup hangat diperbincangkan selama bertahun-tahun. Salah satu pendekatan yang kini sedang menjadi perhatian adalah pendekatan tiger parenting, yang muncul dari budaya Tionghoa.
Tiger parenting adalah sebuah konsep yang mengacu pada pendekatan asuhan yang sangat ketat dan disiplin, di mana orang tua bertanggung jawab penuh atas pendidikan dan masa depan anak-anak mereka.
Pendekatan ini mempertimbangkan keberhasilan akademis dan pencapaian anak-anak dalam berbagai bidang sebagai hal yang sangat penting, dan memperhatikan nilai-nilai seperti disiplin, kerja keras, dan kepatuhan.
Banyak orang yang mendukung pendekatan ini dengan alasan bahwa tiger parenting dapat menciptakan anak-anak yang cerdas, mandiri, dan sukses di masa depan.
Namun, banyak pula yang menentangnya dengan alasan bahwa pendekatan ini dapat menimbulkan efek negatif pada anak-anak, seperti kurangnya empati, ketergantungan pada orang tua, kecemasan yang tinggi, dan kurangnya keterampilan sosial.
Oleh karena itu, pembahasan tentang Tiger Parenting menjadi sangat penting untuk memahami pendekatan asuhan yang kontroversial ini dengan lebih baik.
Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang konsep Tiger Parenting, efek positif dan negatif dari pendekatan ini pada anak-anak, serta upaya mengatasinya.
Apa itu Tiger Parenting?
Tiger parenting adalah istilah yang merujuk pada pola asuh yang sangat ketat dan tuntutan yang tinggi dari orang tua terhadap anak-anak mereka. Konsep ini pertama kali dijelaskan oleh Amy Chua dalam bukunya yang berjudul "Battle Hymn of the Tiger Mother" yang diterbitkan pada 2011.
Dalam pola asuh tiger parenting, orang tua cenderung memperkenalkan kebiasaan yang sangat disiplin, seperti belajar sepanjang waktu, menghindari hiburan yang dianggap tidak penting, dan menekankan pada pencapaian akademik yang tinggi.
Anak-anak ditekan untuk meraih kesuksesan dalam segala hal, dan hukuman yang keras diberikan jika mereka tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh orang tua.
Meskipun metode ini kadang-kadang bisa membuahkan hasil yang positif, tetapi juga bisa menyebabkan tekanan yang berlebihan pada anak-anak, bahkan dapat mengakibatkan kecemasan, depresi, dan kehilangan motivasi pada anak.
Sebagai orang tua, penting untuk mencari keseimbangan dalam membesarkan anak-anak dan tidak melampaui batas dengan caratiger parenting.
Ciri-ciri Tiger Parenting
Beberapa ciri pola asuh tiger parenting adalah sebagai berikut:
-
Menuntut
Adapun ciri tiger parenting adalah orang tua yang mengadopsi pola asuh ini sangat menuntut dari anak-anak mereka untuk mencapai tingkat kesuksesan yang tinggi dalam bidang akademik, olahraga, atau bidang lainnya. Mereka memiliki harapan yang sangat tinggi terhadap prestasi anak-anak mereka, dan biasanya menetapkan standar yang tinggi untuk mereka.
-
Disiplin yang Ketat
Orang tua tiger parenting memiliki aturan yang ketat yang harus diikuti oleh anak-anak mereka. Mereka cenderung memberikan jadwal belajar yang terstruktur dan konsisten, serta menghindari hiburan dan aktivitas yang tidak terkait dengan belajar.
-
Kontrol yang Kuat
Orang tua tiger parenting cenderung memantau anak-anak mereka dengan ketat dan sering kali mengevaluasi kemajuan mereka. Mereka juga cenderung mengambil keputusan untuk anak-anak mereka, seperti memilih kursus yang mereka ambil atau kegiatan ekstrakurikuler yang mereka ikuti.
-
Penekanan pada Prestasi Akademik
Berikut ciri tiger parenting adalah cenderung menekankan pada pencapaian akademik anak-anak mereka. Mereka mengharapkan anak-anak mereka untuk meraih nilai yang tinggi di sekolah dan masuk ke universitas yang terkemuka.
-
Hukuman yang Keras
Orang tua yang menerapkan pola asuh tiger parenting artinya memberikan hukuman yang keras, seperti memotong akses ke hiburan atau menarik privilleges lainnya jika anak-anak mereka tidak memenuhi harapan mereka.
Meskipun pola asuh ini dapat menghasilkan hasil yang positif dalam beberapa kasus, tetapi juga dapat memicu tekanan yang berlebihan pada anak-anak dan dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan mental dan emosional mereka.
Dampak Positif Tiger Parenting
Beberapa dampak positif dari tiger parenting adalah yang mungkin terlihat pada anak-anak:
-
Prestasi Akademik yang Tinggi
Pola asuh ini biasanya menempatkan penekanan yang kuat pada prestasi akademik anak-anak. Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh ini mungkin memiliki kecenderungan untuk meraih nilai yang tinggi di sekolah dan dapat diterima di universitas yang terkemuka.
-
Disiplin yang Kuat
Tiger parenting adalah sering kali mendorong disiplin yang kuat pada anak-anak. Anak-anak dapat belajar tentang pentingnya memiliki jadwal yang terstruktur dan konsisten, serta disiplin dalam menyelesaikan tugas-tugas mereka.
-
Kemandirian
Adapun dampak postif tiger parenting adalah pola asuh ini dapat mengajarkan anak-anak untuk menjadi mandiri dan mengambil tanggung jawab atas tindakan mereka sendiri. Anak-anak mungkin terbiasa mengambil keputusan sendiri, merencanakan jadwal studi mereka sendiri, dan memilih kegiatan ekstrakurikuler yang menarik bagi mereka.
-
Kepercayaan Diri
Anak-anak yang tumbuh dengan pola asuh ini mungkin membangun rasa percaya diri yang tinggi karena mereka telah mencapai banyak kesuksesan dalam hidup mereka.
Mereka juga dapat belajar untuk mengatasi rintangan dan kegagalan dengan lebih baik, karena mereka telah diberi kesempatan untuk menghadapi tekanan yang tinggi.
Namun, perlu diingat bahwa dampak positif ini tidak selalu terjadi pada semua anak yang tumbuh dengan pola asuh ini, dan dampak negatif juga dapat terjadi pada anak-anak yang merasa terlalu tertekan oleh tuntutan yang tinggi.
Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk menemukan keseimbangan dalam mendidik anak-anak mereka dan mempertimbangkan kebutuhan individu anak dalam proses tersebut.
Dampak Negatif Tiger Parenting
Adapun dampak negatif tiger parenting adalah sebagai berikut:
1. Kesehatan Mental yang Buruk
Tekanan yang konstan untuk mencapai prestasi yang tinggi dapat menyebabkan stres dan kecemasan pada anak-anak, dan dapat meningkatkan risiko gangguan mental seperti depresi dan kecemasan.
2. Hubungan Keluarga yang Buruk
Pola asuh ini sering kali menciptakan lingkungan keluarga yang tegang, karena orang tua mungkin terlalu menekankan prestasi dan tidak memberikan ruang untuk anak-anak mereka untuk bersantai atau mengejar hobi mereka sendiri.
3. Ketergantungan pada Orang Tua
Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh ini mungkin cenderung mengandalkan orang tua mereka untuk membuat keputusan untuk mereka, dan mungkin tidak mampu membuat keputusan sendiri ketika mereka tumbuh dewasa.
4. Rendahnya Kreativitas
Pola asuh ini dapat membatasi kreativitas anak-anak karena orang tua cenderung menekankan keberhasilan akademik dan tidak memberikan kesempatan untuk mengeksplorasi hobi dan minat mereka sendiri.
5. Rendahnya Empati dan Keterampilan Sosial
Orang tua yang menggunakan pola asuh ini cenderung memfokuskan pada kesuksesan akademik anak-anak mereka, bukan pada pengembangan keterampilan sosial dan empati. Anak-anak mungkin kekurangan kemampuan untuk membentuk hubungan interpersonal yang kuat atau empati terhadap orang lain.
Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk menemukan keseimbangan dalam mendidik anak-anak mereka dan memperhatikan kebutuhan individu anak. Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh tiger parenting masih membutuhkan waktu untuk bersantai, bereksplorasi, dan mengeksplorasi minat dan bakat mereka sendiri.
Upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi Tiger Parenting
Adapun upaya mengatasi dampak negatif tiger parenting adalah sebagai berikut:
1. Menemukan Keseimbangan
Orang tua perlu menemukan keseimbangan antara menuntut prestasi tinggi dari anak-anak mereka dan memberi mereka ruang untuk mengeksplorasi minat dan hobi mereka sendiri. Orang tua juga harus memperhatikan kesejahteraan emosional anak dan membantu mereka mengelola stres dan kecemasan.
2. Berkomunikasi dengan Anak
Orang tua perlu berbicara dengan anak-anak mereka dan memperhatikan kebutuhan dan keinginan mereka. Orang tua harus terbuka terhadap gagasan dan pendapat anak-anak mereka dan memberikan mereka ruang untuk berbicara.
3. Memberikan Kesempatan untuk Berkembang
Orang tua dapat memberikan kesempatan pada anak-anak mereka untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka sendiri. Anak-anak perlu diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler yang mereka sukai dan mengembangkan keterampilan sosial mereka.
4. Memperhatikan Kesehatan Mental
Orang tua harus memperhatikan kesehatan mental anak-anak mereka. Mereka harus memberikan dukungan dan bantuan ketika anak-anak mereka mengalami stres atau kecemasan, dan mencari bantuan profesional jika diperlukan.
5. Mengadopsi Pola Asuh yang Berbeda
Orang tua dapat mengadopsi pola asuh yang lebih positif dan adaptif, seperti pola asuh otoritatif yang memberikan dukungan dan dorongan pada anak-anak mereka tanpa menekan atau memberikan tekanan yang berlebihan.
Dalam mengatasi tiger parenting, perlu diingat bahwa setiap anak dan keluarga memiliki kebutuhan dan situasi yang berbeda. Orang tua perlu memperhatikan kebutuhan dan keinginan anak-anak mereka dan berusaha menciptakan lingkungan keluarga yang positif dan seimbang.
Dari pembahasan di atas, dapat kita simbulkan bahwa tiger parenting adalah sebuah metode asuh yang cenderung controversial dan kerap menjadi bahan perbedabatan orang tua. Untuk itu, sebagai orang tua hendaknya mempertimbangkan kembali perkembanga dan apa yang dibutuhkan anak.
Editor: Lamsari Gulo