PARBOABOA, Pematangsiantar - Pengadilan Ukraina menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup kepada seorang tentara Rusia yang tertangkap karena membunuh seorang warga sipil.
Dilansir Associated Press, Selasa (24/5/2022), hukuman itu memicu reaksi Kremlin yang mengatakan bakal mengadili para pejuang Ukraina yang mereka tahan dari pabrik baja Kota Mariupol.
Sersan Vadim Shishimarin (21) dijatuhi hukuman karena menembak mati seorang pria berusia 62 tahun di bagian kepala saat berada di sebuah desa wilayah Sumy pada awal meletusnya perang.
Shishimarin, yang merupakan anggota sebuah unit tank, mengaku jika ia hanya menjalankan perintah atasan dan meminta maaf kepada istri korban di pengadilan.
Pengacara Shishimarin, Victor Ovsyanikov, berargumen bahwa kliennya saat itu dalam kondisi yang tidak siap untuk "melakukan konfrontasi militer" dan ia akan mengajukan banding.
Para jaksa penuntut Ukraina saat ini sedang menyelidiki ribuan kejahatan perang yang dilakukan Rusia.
Beberapa di antaranya adalah ketika militer Moskow mengebom sebuah teater di Kota Mariupol yang dijadikan tempat perlindungan warga sipil dan menewaskan sedikitnya 600 orang. Belum lagi serangan udara yang mengancurkan sebuah rumah sakit bersalin di kota yang sama.
Usai penarikan mundur pasukan Rusia dari ibu kota Kyiv beberapa pekan lalu, sejumlah kuburan massal ditemukan, sementara banyak jenazah bergelimpangan di jalanan kota-kota di sekitar Kyiv, seperti Bucha.
Sebelum Shishimarin dijatuhi hukuman, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan Rusia tidak dapat membelanya. Tetapi ia bakal berusaha untuk "mencari jalan lain".
Mary Ellen O’Connell, seorang ahli hukum internasional dari University of Notre Dame mengatakan jika hukuman atas Shishimarin dapat mengancam nyawa tentara Ukraina yang ditawan Rusia.
Menurutnya, Rusia mungkin saja menggelar pengadilan bagi pasukan Ukraina guna meningkatkan moral pasukan mereka di medan perang serta menyebarkan informasi yang salah.
Otoritas Rusia mengancam akan menggelar pengadilan kepada pejuang Ukraina yang mereka tawan.
Badan investigasi pusat Ruaia mengaku telah menginterogasi para pejuang Ukraina agar dapat "mengidentifikasi anggita nasionalis" serta memastikan apakah mereka terlibat dalam kejahatan kepada warga sipil.
Sementara itu, seorang diplomat veteran Rusia mundur dari jabatannya setelah mengirimkan surat pengunduran diri yang berbunyi, " Tak pernah saya merasakan malu kepada negara sendiri untuk 24 Februari (hari di mana Rusia pertamakali melakukan invasi di Ukraina)."
Di lain kesempatan, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyerukan sanksi-sanksi "maksimum" untuk Rusia saat berbicara kepada para pemimpin internasional di Forum Ekonomi Dunia yang berlangsung di Davos, Swiss.
Melalui tayangan video, Zelenskyy menampilkan sebuah serangan mematikan Rusia yang menewaskan sedikitnya 90 orang di satu desa dekat Kyiv.
Saat ini pertempuran masih terus berlangsung di Donbas, yang merupakan pusat wilayah perindustrian. Moskow terus meningkatkan gempurannya.
Seorang pejabat Ukraina mengatakan jika Rusia tak henti-hentinya menyerang kota-kota yang belum mereka kuasai.
Ia juga menambahkan jika pasukan Rusia berusaha menyerang warga sipil yang mengungsi menjauhi medan pertempuran.