Prabowo Anggap Negara Barat Double Standard Menyikapi Isu Palestina

Prabowo Anggap Negara Barat Double Standard Menyikapi Isu Palestina
Presiden Prabowo Sebagai Pembicara di Antalya Diplomacy Forum di Turki. (Foto: Instagram/@Presidenrepublikindonesia)

PARBOABOA, Jakarta – Saat didapuk sebagai salah satu pembicara di Antalya Diplomacy Forum, Turki, Presiden Prabowo Subianto seperti menjadikan forum itu ajang untuk ‘menggugat’ sikap negara-negara Barat terhadap isu Palestina.

“Situasi di Gaza sebenarnya sedang mengajarkan dunia bahwa banyak kekuatan besar [negara-negara Barat] yang selama ini menjunjung tinggi nilai-nilai luhur [kemanusiaan], kini — di mata banyak negara di Selatan Global — ternyata gagal memenuhi standar tersebut,” katanya bersemangat.

Antalya Diplomacy Forum merupakan konferensi tahunan tentang diplomasi internasional yang diselenggarakan di Antalya, Turki, sejak 2021. Dalam forum tersebut, ide dan pandangan mengenai diplomasi, kebijakan, dan bisnis dipertukarkan oleh pembuat kebijakan, diplomat, dan akademisi.

Di sela lawatannya selama lima hari ke negara-negara Timur Tengah termasuk Turki, Prabowo menyempatkan diri berbicara di hadapan peserta konferensi pada 13 April 2025 selama kurang lebih 30 menit.

Bernada menggugat, Prabowo mengingatkan bagaimana negara-negara Barat pada 30 tahun lalu datang ke Indonesia mengajari bahkan menggurui soal hak asasi manusia dan demokrasi.

presiden el sisi

Presiden Prabowo Menggelar Pertemuan Bilateral Dengan Presiden Republik Arab Mesir, Abdel Fattah El-Sisi. (Foto: Instagram/@presidenrepublikindonesia)

“Banyak negara Barat datang dan selalu mengajari kami: “Kalian harus begini, kalian harus begitu atau ‘hak asasi manusia [HAM] kalian buruk, kalian tidak cukup demokratis.’ Mereka datang dan menggurui. Dan kami mengikuti mereka, kami mengikuti arahan itu,” tegasnya.

Namun kini menurut Prabowo justru mereka membiarkan bahkan membenarkan pelanggaran HAM yang terang-terangan terjadi di depan mata, setiap hari, setiap malam, dan disiarkan televisi.

“Banyak dari mereka yang dulu datang menggurui Indonesia malah diam. Ini sangat menyedihkan, tapi sekaligus menjadi sebuah peringatan. Membuat kita terbangun,” katanya.

Prabowo menegaskan dirinya ingin melakukan sesuatu. Salah satu misi dalam lawatannya ke UEA, Turki, Mesir, Qatar, dan Jordania, antara lain untuk berkonsultasi dengan para kepala negara soal Palestina.

Setelah dari Uni Emirat Arab (UEA) dan Turki, Prabowo melanjutkan lawatannya ke Kairo untuk berkonsultasi dengan Presiden Mesir Abdel Fatah el-Sisi]. Dia juga mengunjungi Doha, dan ke Amman bertemu Raja [Jordania] Abdullah II.

“Orang-orang bertanya, "Kenapa Anda repot-repot pergi sejauh itu? Anda berada di Indonesia." Tapi saya tidak bisa diam saja, karena rakyat saya merasa bahwa serangan terhadap rakyat tak bersalah di Gaza, Palestina, Lebanon, dan Suriah adalah seperti serangan terhadap mereka sendiri.”

Solusi Dua Negara

Selain bantuan kemanusiaan, upaya diplomatis yang terus dilancarkan Presiden Prabowo adalah meyakinkan semua pihak bahwa satu-satunya cara untuk perdamaian yang nyata dan permanen di Palestina adalah lewat solusi dua negara, yakni mengakui kemerdekaan Palestina. Tentu dengan tetap memperhatikan kekhawatiran pihak Israel terkait hak atas keamanan dan hak untuk eksistensi.

“Mereka juga harus dijamin hak-haknya. Dan saya kira pada akhirnya harus ada kolaborasi damai — menurut saya, itulah kunci menuju perdamaian yang sejati.”

Sebagai negara mayoritas Muslim, Indonesia telah ikut berkontribusi meringankan beban rakyat Palestina, termasuk mengirim tim medis dan membangun rumah sakit lapangan bekerjasama dengan Uni Emirat Arab.

presiden tayyib erdogan

 

Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Recep Tayyip Erdoğan. (Foto: Instagram/@presidenrepublikindonesia)

“Kami juga berkomitmen untuk membangun rumah sakit lainnya di Palestina — mungkin di Tepi Barat, dan juga di Gaza.”

Prabowo menegaskan kembali pernyataannya terkait kesediaan Indonesia menerima warga sipil Palestina yang terluka dan membutuhkan perawatan medis. Pemerintah juga menawarkan beasiswa bagi anak-anak dan pelajar muda yang telah bertahun-tahun tidak bersekolah.

“Kami memang sudah memiliki beberapa mahasiswa asal Palestina di Indonesia, tapi itu belum cukup, dan kami siap untuk menambah jumlahnya. Tentu saja, setelah mereka menyelesaikan pendidikan dan perawatan medisnya, mereka harus kembali ke tanah air mereka.”

Editor: Rin Hindrayati
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS