PARBOABOA, Jakarta – Penyandang disabilitas seringkali dianggap sebagai individu yang tidak mampu berwirausaha dan mandiri. Namun, kenyataannya di lapangan justru berbeda.
Mereka bahkan memiliki peran penting dalam menciptakan ekonomi yang berkelanjutan serta melawan segala bentuk diskriminasi.
Menurut Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2022, jumlah penyandang disabilitas di Indonesia mencapai 22,97 juta jiwa atau sekitar 8,5% dari jumlah penduduk Indonesia.
Angka ini tentunya cukup banyak sehingga memerlukan upaya nyata untuk menciptakan kemandirian dalam berbagai aspek, termasuk pendidikan, sosial, dan ekonomi, serta untuk menghapus diskriminasi terhadap mereka.
Upaya mencapai kemandirian ekonomi juga menjadi sorotan utama dari kelompok penyandang disabilitas. Salah satu contohnya adalah "Mata Hati Koffie," sebuah usaha coffee shop yang berlokasi di wilayah Pondok Cabe, Tangerang Selatan.
Usaha ini didirikan oleh seorang tunanetra bernama Ahmad Hilmy Almusawa. Melalui coffee shop ini, Ahmad Hilmy Almusawa membuka kesempatan bagi teman-teman penyandang disabilitas lainnya untuk menjadi barista.
Sebagai barista tunanetra, Ahmad Hilmy Almusawa menggunakan alat pewaktu dan alat audio khusus, serta sendok takar yang dirancang khusus untuk tunanetra.
Hal ini menunjukkan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang bagi mereka untuk berusaha dan meraih kesuksesan.
Selain Mata Hati Koffie, ada juga contoh lain seperti Mandiri Craft, sebuah usaha di bidang pembuatan mainan kayu yang berbasis di Bantul, Yogyakarta.
Usaha ini didirikan oleh para penyandang disabilitas pada 2003 dan telah bertahan selama dua dekade. Di sana, sebagian besar pekerja merupakan orang-orang dengan kebutuhan khusus atau penyandang disabilitas.
Disabilitas Merdeka
Pada 1 September 2023 lalu, UNIQLO Indonesia dan Kitaoneus.asia baru saja menggelar acara ‘Disabilitas Merdeka’ di Jakarta.
Acara ini bertujuan untuk mendorong penyandang disabilitas agar dapat mandiri secara ekonomi dan memulai usaha mereka sendiri.
Dalam acara tersebut, lebih dari 100 pelajar disabilitas bersama dengan para guru dari wilayah Jabodetabek turut hadir, bersama dengan 11 pengusaha penyandang disabilitas yang berperan penting dalam menyumbangkan kontribusi mereka.
Kegiatan ini berisi pembekalan untuk usaha mikro kecil menengah (UMKM) disabilitas. Selain itu, terdapat pula diskusi mengenai perjuangan disabilitas dalam merintis usaha dan mengembangkan karya mandiri mereka.
Sebagai informasi, Kitaoneus.asia adalah sebuah organisasi yang secara khusus berfokus pada advokasi disabilitas, dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran akan eksistensi penyandang disabilitas.
Upaya advokasi ini mencakup penyediaan informasi tentang hak-hak asasi mereka, identifikasi contoh-contoh diskriminasi yang terjadi, serta memberikan dukungan untuk pemberdayaan penyandang disabilitas dan pengusaha di kalangan mereka.