PARBOABOA, Pematangsiantar - PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumatera Utara (Sumut) tengah melakukan pemeriksaan terhadap salah satu agen LPG nonsubsidi resmi di Pematangsiantar atas dugaan pengoplosan gas LPG.
Section Head Communication dan Relation PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumut, Agustiawan mengungkap bahwa agen yang diperiksa tersebut ialah PT HTJG.
"Pemanggilan itu dilakukan untuk pemeriksaan dan pendalaman," ujarnya, Selasa (5/4/2022).
Agustiawan menjelaskan, pemeriksaan terhadap agen penyaluran ini terkait dengan tindakan pengoplosan dari LPG subsidi 3 kg ke LPG nonsubsidi 5,5 kg, 12 kg dan 50 kg oleh PT HTJG.
Ia mengatakan, seharusnya agen tersebut mengisi ulang LPG di SPPBE PT Sumber Wijaya di Perdagangan, Kabupaten Simalungun dan SPPBE PT Wanantara Dharma Satria di Kabupaten Deliserdang.
Namun, HTJG malah mengisi ulangnya di gudang yang beberapa waktu lalu berada di Kawasan Industri Medan (KIM) 2, Mabar, Kabupaten Deliserdang. Sumatera Utara (Sumut).
Pengisian ulang diduga dilakukan dengan cara dioplos. Yakni dengan memindahkan isi LPG subsidi 3 kg ke LPG nonsubsidi 5,5 kg, 12 kg dan 50 kg. HTJG sesekali mengisi ulang di SPPBE PT Sumber Wijaya untuk tetap tercatat melakukan ke pengisian ke SPPBE resmi.
Menurut Agustiawan, pemeriksaan tersebut telah dilakukan sejak 24 Maret 2022 dan hingga kini masih berjalan. Namun, dirinya belum dapat memastikan kapan pemeriksaan ini rampung, tetapi ia berjanji akan menginformasikan ke publik hasil dari pemeriksaan tersebut.
"Jika dari pendalaman, agen tersebut terbukti bersalah, maka sanksi sesuai kontrak kerja sama antara PT Pertamina dengan Agen, yakni skorsing dan pembinaan," pungkasnya.
Peredaran LPG oplosan ini juga telah meresahkan masyarakat di Pematangsiantar. Mereka meminta agar Pertamina dan Polisi dapat segere mengusut peredaran LPG oplosan itu sebelum ada korban jiwa.
Seorang warga bernama Elia (41) mengaku resah akan pengoplosan LPG ini. Ia mengatakan, jika sudah di oplos maka isi LPG sudah tidak standar lagi.
"Kalau sudah dioplos, sudah tidak sesuai standar, pasti tingkat keamanannya juga diragukan. Kita tidak tahu siapa yang membeli elpiji oplosan itu, bisa saya, bisa yang lain. Tapi yang pasti itu berbahaya. Jangan sampai ada korban jiwa," kata Elia.
Elia mengatakan, praktik pengoplosan itu harus segera ditindak sebelum masyarakat mengalami kesulitan memeroleh elpiji bersubsidi. Khususnya di tengah naiknya harga kebutuhan pokok saat ini.
"Sekarang semua lagi mahal. BBM naik. Kalau gas elpiji bersubsidi juga naik, makin susah kita. Jangan karena dikorupsi orang-orang rakus, kita semua jadi susah," ucapnya.