PARBOABOA – Salah satu cabang olahraga favorit banyak orang saat ini adalah sepak bola. Selain menyenangkan, sepak bola juga kerap dijadikan wadah bisnis oleh sebagian pengusaha besar yang ada di Indonesia.
Saat ini, beberapa pengusaha besar di Indonesia seperti dari Djarum memang sudah mengakuisisi klub sepak bola dari Italia. Hal itu dilakukan untuk mengambil beberapa keuntungan tertentu dari kedua belah pihak.
Tidak hanya dari Djarum saja, masih banyak lagi pengusaha-pengusaha terkenal yang telah membeli saham klub luar negeri.
Di bawah ini, Parboaboa telah merangkum orang Indonesia yang membeli saham klub luar negeri. Siapa sajakah itu? Simak ulasan di bawah ini untuk mengetahuinya.
Bakrie Group (CS Vise dan Brisbane Roar)
Bakrie Group sempat menguasai klub asal Belgia, CS Vise pada 2011. Beberapa pesepak bola Indonesia seperti Alfin Tuasalamony, Syamsir Alam, Yericho Christiantoko, dan Yandi Sofyan pernah berguru di sana.
Namun, pada 13 Mei 2014, Bakrie Group menjual seluruh sahamnya kepada investor asal Inggris karena masalah finansial.
Bakrie Group menempatkan putra sulung Nirwan Dermawan Bakrie yakni Andika Nuraga Bakrie sebagai Presiden klub. Sedangkan posisi Wakil Presiden klub ditempati oleh Rahim Soekasah.
Selain Vise, Bakrie Group juga sempat mengakuisisi Brisbane Roar, klub asal Australia. Tim tersebut masih dipertahankan hingga saat ini.
"Sebetulnya waktu dibeli 2011 oleh Keluarga Bakrie, posisi saya direktur. Tapi kan saya sakit. Tapi terus terang saya tak mau terlalu banyak tampil di media. Karena, chairman-chairman lain juga begitu. Bukan seperti di sini," kata Rahim yang menjadi CEO Brisbane Roar.
"Jadi pemimpin klub, setiap hari harus wawancara. Tak mau saya. Jadi, ada CEO-kan. Kalau mau wawancara itu di sana, dengan pelatih atau manajer klub. Tak penting kami. Begitu tim jelek, kami yang kena semprot. Tapi kalau wawancara televisi, semua sama manajer klub. Nanti diipilih satu pemain pendamping. Tak pernah saya yang berbicara. Yang punya saham Brisbane Roar itu 100 persen Keluarga Bakrie," imbuhnya.
Erik Thoir (Inter Milan, DC United, Oxford United)
Erick Thohir sempat menggegerkan publik Tanah Air ketika mengakuisisi saham Inter Milan sebesar 70 persen yang sebelumnya dimiliki oleh Massimo Moratti.
Thohir membeli Inter Milan pada 2013. Menurut data dari Forbes, mantan petinggi Persib Bandung itu menggelontorkan dana mencapai 480 juta dolar AS (saat itu kurs masih Rp6,7 triliun).
Namun, kekuasaan Thohir hanya bertahan tiga tahun saja. Pada 2016, ia melepas 39 persen sahamnya ke Suning Group, perusahaan multinasional asal China.
Pada Januari 2019, Thohir menjual seluruh sahamnya yang tersisa 31 persen di Inter Milan kepada perusahaan asal Hong Kong Lion Rock. Haknya di La Beneamata pun sudah tidak ada lagi.
Sebelum membeli saham mayoritas Inter, Thohir juga sempat diakuisisi klub Major League Soccer (MLS) atau Liga Utama Amerika Serikat, DC United pada 2012. Thohir bersama rekannya, Jason Levien, membeli saham DC United sebesar 78 persen.
Kebersamaannya bersama DC United berakhir pada Agustus 2018. Semua sahamnya dipegang oleh Levien, sementara Thohir hanya berstatus co-president bersama Stephen Kaplan.
Namun, Erick Thohir masih memiliki klub di luar negeri. Setelah melepas Inter Milan, Erick bersama Anindya Bakrie plus seorang pengusaha Thailand membeli sebagian saham klub League One, Oxford United. Tak hanya sebagai pemilik, Erick bahkan didapuk sebagai salah satu direktur di klub tersebut.
Sihar Sitorus (Verbroedering Denber FC)
Pengusaha asal Sumatra Utara ini menggerakkan bisnisnya di bidang perkebunan sawit. rumah sakit hingga sekolah-sekolah di seluruh Indonesia. Walau punya latar pengusaha, tetapi nama dan sepak terjangnya di sepak bola nasional sudah cukup dikenal.
Sihar Sitorus pernah menjadi Ketua Komite PSSI pada 2011 dan juga tercatat sebagai anggota Exco PSSI. Tak hanya itu, pengusaha ini juga telah mendirikan empat klub antara lain, Medan United FC, Medan Chiefs, Pro Duta Football Club dan Nusaina FC.
Bisnis sepak bolanya tak berhenti di Indonesia. Pada 2015 silam dia dikabarkan membeli klub di kasta ketiga Liga Belgia, Verbroedering Denber FC. Tak hanya dijadikan bisnis, pembelian saham itu juga untuk mengembangkan sepak bola Tanah Air. Bukti konkritnya dia lakukan dengan mengirim tiga pemain asal Indonesia ke Belgia untuk meniti karier sepak bola di klub miliknya itu.
Djarum Group (Como 1907)
Djarum Group, melalui SENT Entertainment LTD, menginvestasikan manuver bisnisnya dengan membeli klub Serie C, Como 1907. Dikutip dari Laprovincia di Como, perusahaan ini dikuasai oleh Robert Budi Hartono dan Michael Bambang.
Keduanya adalah pemilik Djarum dan masuk deretan orang paling kaya di Indonesia. Menurut kabar yang berhembus di Italia, Hartono dan Bambang sudah melakukan negosiasi sejak April 2019.
Suntikan dana dari duo Djarum itu tak lepas dari usaha Como yang tengah bangkit pada 2017 setelah dinyatakan bangkrut pada 2004. Padahal, pada musim 2002-2003, mereka sempat merasakan atmosfer Serie A.
Como merupakan salah satu klub sepak bola yang berlaga di kasta kedua Liga Italia, Serie B. Klub yang berdiri pada 1907, Como sebelumnya terpuruk di Liga Italia kasta ketiga. Namun, pada musim 2022-2021 berhasil menjuarai kompetisi tersebut dan otomatis promosi ke Serie B.
Keberhasilan Como 1907 tak terlepas dari kontribusi pemilik sahamnya yang berasal dari Indonesia. Dia adalah Robert Budi Hartono, miliarder tembakau perusahaan Djarum. Menurut Forbes, ia dinobatkan sebagai orang terkaya di-86 di dunia dengan total kekayaan sebesar 12,6 miliar AS (Rp182 triliun).
Santini Group (Tranmere Rovers)
Baru-baru ini, jaringan bisnis milik Keluarga Wanandi tersebut dikabarkan telah membeli saham milik klub League One atau tingkat ketiga dalam sistem Liga Inggris, Tranmere Rovers. Pihak klub tak menjelaskan berapa besar saham yang dimiliki Santini Group namun kabarnya mereka akan menjadi salah satu pemilik saham minoritas seperti dikutip dari laman resmi klub Tranmere Rovers.
Rencananya, pendanaan awal yang diberikan keluarga Wanandi tersebut digunakan untuk menambah infrastruktur stadion Prenton Park, salah satunya penguatan sinyal Wi-Fi. Selain itu mereka ikut mengembangkan nilai klub di pasar internasional, termasuk di Asia.
Untuk diketahui, bisnis Santini Group bergerak di bidang otomotif, farmasi, pengembangan properti, sumber daya alam dan jasa. Pemilik Group Santini adalah Sofjan Wanandi yang berdiri sejak 1994 dan diturunkan kepada ketiga anakanya yakni, Wandi, Lukito dan Paulus Wanandi.
Itulah beberapa orang Indonesia yang membeli saham klub Eropa atau luar negeri yang wajib kamu ketahui. Semoga ulasan kami dapat bermanfaat untuk kamu, selamat membaca!