Setelah bendera putih, terbitlah bendera hitam. Sama hal nya dengan di Indonesia, Kasus Covid-19 di Malaysia kian meningkat. Sebuah bendera hitam tergantung di luar rumah Laila Mohd di kota Subang Jaya, Selangor. Ini adalah tanda solidaritas melawan pemerintah Malaysia yang dianggap berkinerja buruk.
Wargaberusia 32 tahun itu mengatakan kepada The Straits
Times: "Sudah waktunya kita mengusir pemerintah ini, orang Malaysia pantas
mendapatkan yang lebih baik".
Warga Malaysia akan menggelar aksi mengibarkan bendera hitam untuk mendesak Perdana Menteri Muhyiddin Yassin mundur karena dianggap gagal menangani pandemi Covid-19. Malaysiakini melaporkan bahwa aksi yang diprakarsai Sekretariat Solidaritas Rakyat (SSR) ini akan digelar selama tiga hari terhitung mulai Sabtu (10/7). SSR menyatakan bahwa mereka menyerukan aksi protes ini karena sudah jengah dengan kegagalan pemerintahan Muhyiddin menangani pandemi.
"Karena kegagalan-kegagalan pemerintah saat ini, Sekretariat Solidaritas Rakyat menuntut Tan Sri Muhyiddin Yassin melepaskan jabatan perdana menteri, buka kembali parlemen, dan akhiri status darurat," demikian pernyataan SSR.
SSR kemudian mengajak warga yang ingin ikut serta untuk mengibarkan bendera hitam di rumah dan kendaraan. Mereka juga mengajak warga untuk membawa bendera hitam jika ada keperluan di luar rumah.
Raja Malaysia Sultan Abdullah Ahmad Shah telah mengabulkan permintaan PM Muhyiddin untuk menetapkan keadaan darurat guna membantu Malaysia mengatasi wabah COVID-19 yang semakin memburuk. Tetapi krisis menjadi lebih buruk selama periode darurat.
Selain itu, SSR juga menyerukan warga Negeri Jiran untuk
memotret bendera hitam yang mereka pasang kemudian mengunggah hasil jepretannya
di media sosial secara serentak pukul 15.00 waktu setempat. Dalam pernyataan di
berbagai media sosial itu, SSR menyatakan bahwa rakyat harus bergerak demi
menunjukkan amarah karena pemerintah tak becus menangani pandemi. "Setelah
hampir tujuh bulan dalam Status Darurat dan sebulan penerapan lockdown
nasional, pemerintah masih tetap gagal mengendalikan penyebaran Covid-19,"
demikian pernyataan SSR.