Dasar Hukum Implementasi e-KYC di Indonesia, Lengkap Pengertian, Fungsi, Manfaat, dan Contohnya

KYC Adalah (Foto: Freepik/mohdizzuanbinroslan)

PARBOABOA – Know Your Customer atau KYC adalah proses verifikasi dan identifikasi yang digunakan oleh lembaga keuangan, seperti bank dan perusahaan investasi, untuk mengumpulkan informasi tentang nasabah.

Hal ini dilakukan pihak lembaga keuangan sebagai upaya untuk mencegah aktivitas ilegal dan memahami profil risiko setiap nasabah.

Namun, penting untuk diingat bahwa proses KYC juga harus memperhatikan privasi dan perlindungan data nasabah.

Lembaga keuangan harus mematuhi peraturan dan hukum terkait perlindungan data pribadi dan hanya menggunakan informasi yang dikumpulkan untuk tujuan yang sah.

Lalu, bagaimana penerapan KYC di Indonesia? Pembahasan selengkapnya dapat Anda lihat pada ulasan di bawah ini.

Dasar Hukum Implementasi e-KYC di Indonesia

e kyc adalah

KYC Adalah (Foto: Freepik/mohdizzuanbinroslan)

Dalam menjalankan kegiatan usahanya, bank di Indonesia diwajibkan untuk menerapkan prinsip Know Your Customer (KYC). Prinsip ini diatur secara jelas dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (UU Perbankan). Pasal tersebut telah mengalami perubahan melalui Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 dan juga Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja:

“Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.”

Dalam rangka menjaga keamanan dan integritas sistem keuangan, penerapan prinsip KYC menjadi semakin penting. Bank-bank harus melakukan identifikasi, verifikasi, dan pemahaman mendalam terhadap setiap nasabah yang menggunakan jasa perbankan.

Prinsip ini bertujuan untuk mencegah dan mengurangi risiko terkait dengan aktivitas ilegal seperti pencucian uang, penipuan, dan pembiayaan terorisme.

Dengan kemajuan teknologi dan pembatasan aktivitas tatap muka pada masa pandemi COVID-19 beberapa waktu lalu, penerapan prinsip KYC telah bertransformasi melalui pendekatan elektronik atau yang dikenal sebagai e-KYC.

Teknologi ini memungkinkan bank untuk mengumpulkan dan memverifikasi informasi nasabah secara elektronik.

E-KYC menggabungkan kecepatan dan akurasi dalam mengumpulkan data, sehingga memudahkan proses verifikasi identitas dan meminimalkan risiko human error.

Perusahaan fintech melakukan verifikasi dengan cara meminta nasabah untuk mengambil swafoto dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP). Saat ini telah banyak pula bank yang menerapkan e-KYC dengan video call kepada nasabah.

Lalu bagimana proses tanda tangan nasabah? Merujuk dari Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 (UU ITE).

Undang-undang ini memberikan landasan hukum yang jelas terkait dengan tanda tangan elektronik.

Dalam perspektif hukum, tanda tangan elektronik memiliki kedudukan yang setara dengan tanda tangan manual. Kedua jenis tanda tangan ini memiliki kekuatan hukum dan dampak hukum yang sama, selama memenuhi syarat-syarat sah yang ditetapkan dalam Pasal 11 ayat (1) UU ITE. Dengan kata lain, tanda tangan elektronik diakui sebagai bentuk yang sah untuk mengesahkan transaksi elektronik.

Apa Itu KYC?

kyc adalah

KYC Adalah (Foto: Parboaboa/Sarah)

Dalam menjalankan operasional perusahaan atau lembaga keuangan, penerapan prinsip-prinsip kehati-hatian dan Good Corporate Governance (GCG) memainkan peran sentral. Prinsip-prinsip ini memiliki relevansi yang sama baik dalam konteks pemberian kredit (lending) maupun aktivitas lain dalam sektor keuangan.

Dalam menjalankan operasional perbankannya, terdapat beberapa langkah kunci yang harus diterapkan oleh petugas dan manajemen bank. Diantaranya adalah penerapan prinsip Know Your Customer (KYC) dan Customer Due Diligence (CDD). Konsep ini menjadi fundamental dalam memastikan integritas operasional dan meminimalkan risiko.

Dikutip dari buku Bank & Lembaga Keuangan Indonesia, yang ditulis oleh Antonius Pradhendratno, dkk, KYC adalah sebagai suatu proses yang diadopsi oleh institusi keuangan untuk mengidentifikasi dan memverifikasi identitas pelanggan, serta menilai tingkat risiko yang terkait saat memberikan layanan keuangan kepada mereka.

Di sisi lain, CDD mengacu pada proses yang melibatkan pengumpulan dan analisis informasi yang relevan tentang pelanggan, dengan tujuan mengevaluasi risiko yang terkait dengan menjalin hubungan bisnis dengan mereka.

Langkah ini membantu bank atau lembaga keuangan untuk memahami dengan lebih baik profil dan tujuan transaksi dari pelanggan mereka.

Keduanya, KYC dan CDD, merupakan pijakan penting dalam menjaga integritas sistem keuangan dan mencegah penyalahgunaan serta risiko yang mungkin timbul. Melalui pendekatan ini, bank dan lembaga keuangan dapat mengidentifikasi potensi pelanggaran, seperti pencucian uang atau pembiayaan terorisme, sekaligus menjaga kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku.

Fungsi KYC

e-kyc adalah

Fungsi KYC Adalah (Foto: Parboaboa/Sarah)

KYC adalah sebuah pendekatan yang mengharuskan lembaga keuangan untuk mengenal dan memverifikasi identitas lengkap dari nasabah mereka sebelum memberikan layanan atau produk keuangan.

KYC memiliki beberapa fungsi penting yang menyangkut keamanan, perlindungan serta kepatuhan terhadap peraturan. Adapun beberapa fungsinya, seperti:

1. Identifikasi Pelanggan

Fungsi utama KYC adalah mengidentifikasi dengan jelas siapa pelanggan atau nasabah yang ingin bertransaksi dengan lembaga keuangan. Identifikasi ini dilakukan dengan meminta informasi pribadi, seperti nama, alamat, tanggal lahir, nomor identitas dan informasi lainnya. 

Dengan demikian, lembaga keuangan dapat memahami siapa sebenarnya orang di balik transaksi yang dilakukan.

2. Verifikasi Identitas

Setelah informasi pelanggan diperoleh, langkah selanjutnya KYC adalah memverifikasi keaslian informasi tersebut. 

Proses verifikasi dilakukan dengan membandingkan data yang diberikan oleh pelanggan dengan dokumen identitas resmi yang sah, seperti kartu identitas atau paspor. Verifikasi identitas ini penting untuk memastikan bahwa nasabah adalah orang yang ia klaim dan bukan menggunakan identitas palsu.

3. Evaluasi Risiko

Lembaga keuangan juga menggunakan proses KYC untuk menilai risiko potensial yang terkait dengan nasabah tertentu. Evaluasi risiko ini membantu lembaga keuangan untuk menentukan apakah pelanggan memiliki profil risiko tinggi atau rendah.

Dengan mengetahui tingkat risiko dari masing-masing nasabah, lembaga keuangan dapat mengambil langkah-langkah pencegahan dan pengawasan yang sesuai.

4. Pemantauan Transaksi

Dengan memiliki informasi yang lengkap tentang nasabah, lembaga keuangan dapat melakukan pemantauan terhadap transaksi yang dilakukan oleh nasabah. Pemantauan ini bertujuan untuk mendeteksi transaksi mencurigakan yang mungkin terkait dengan aktivitas kejahatan keuangan. Misalnya, jika ada transaksi besar yang tiba-tiba dilakukan oleh nasabah yang memiliki profil risiko tinggi, maka lembaga keuangan akan dapat mengidentifikasi hal ini dan mengambil tindakan lebih lanjut.

Manfaat Penerapan KYC

proses kyc adalah

Manfaat KYC Adalah (Foto: Parboaboa/Sarah)

KYC adalah sebuah pendekatan yang mengharuskan lembaga keuangan untuk mengenal dan memverifikasi identitas lengkap dari nasabah mereka sebelum memberikan layanan atau produk keuangan.

Penerapan KYC adalah untuk memberikan banyak manfaat, baik bagi lembaga keuangan maupun bagi nasabahnya. Adapun beberapa manfaat utama KYC antara lain:

1. Mencegah Kejahatan Keuangan

Dengan mengidentifikasi nasabah secara akurat dan melakukan evaluasi risiko, lembaga keuangan dapat mengurangi risiko terjadinya pencucian uang, pendanaan terorisme dan aktivitas kejahatan keuangan lainnya. Upaya pencegahan ini sangat penting untuk menjaga keamanan dan integritas sistem keuangan secara keseluruhan. 

Dengan mencegah aksi kriminal ini, KYC juga membantu meminimalisir potensi kerugian finansial yang dapat dialami oleh lembaga keuangan dan nasabahnya.

2. Melindungi Nasabah dan Lembaga Keuangan

KYC membantu melindungi nasabah dari penipuan identitas dan akses ilegal ke rekening mereka.

Seiring dengan itu, proses KYC juga melindungi lembaga keuangan dari kerugian finansial dan kerusakan reputasi akibat transaksi yang melibatkan nasabah yang tidak terpercaya. 

Ketika lembaga keuangan dapat mengenali nasabahnya dengan baik, mereka dapat memastikan bahwa layanan dan transaksi yang disediakan adalah untuk kepentingan nasabah dan sesuai dengan tujuan bisnisnya.

3. Kepatuhan Terhadap Regulasi

Banyak negara memiliki undang-undang dan peraturan yang mengharuskan lembaga keuangan untuk menerapkan proses KYC. 

Dengan mematuhi regulasi ini, lembaga keuangan dapat menghindari sanksi dan denda yang mungkin diberlakukan oleh otoritas pengawas. 

Kepatuhan terhadap regulasi juga mencerminkan komitmen lembaga keuangan untuk beroperasi secara etis dan bertanggung jawab, sehingga dapat membangun kepercayaan di antara para pemangku kepentingan.

4. Peningkatan Kredibilitas

Penerapan KYC dengan baik dapat meningkatkan kredibilitas lembaga keuangan di mata pelanggan dan masyarakat umum. Nasabah akan lebih percaya dan aman dalam bertransaksi dengan lembaga yang menjalankan proses KYC yang ketat. 

Selain itu, kredibilitas lembaga keuangan juga dapat meningkat di mata regulator dan investor yang pada gilirannya dapat membuka peluang kerjasama dan ekspansi bisnis yang lebih baik.

Contoh KYC

verifikasi kyc adalah

Contoh KYC Adalah (Foto: Parboaboa/Sarah)

Arti KYC adalah sebuah pendekatan yang mengharuskan lembaga keuangan untuk mengenal dan memverifikasi identitas lengkap dari nasabah mereka sebelum memberikan layanan atau produk keuangan.

Penerapan KYC dapat ditemukan dalam berbagai sektor keuangan, berikut beberapa contohnya:

1. Pembukaan Rekening Bank

Ketika seseorang ingin membuka rekening bank baru, mereka harus mengisi formulir KYC dan memberikan dokumen identitas resmi, seperti KTP atau paspor, sebagai bukti keaslian identitas mereka.

Selain itu, lembaga keuangan juga dapat meminta informasi tambahan, seperti sumber pendapatan dan tujuan penggunaan rekening untuk menilai profil risiko nasabah.

2. Transaksi Keuangan Besar

Ketika nasabah melakukan transaksi keuangan besar, baik dalam bentuk transfer dana maupun pembelian aset berharga, lembaga keuangan akan melakukan verifikasi KYC tambahan untuk memastikan sumber dan tujuan dana tersebut. Verifikasi ini melibatkan analisis lebih mendalam terhadap riwayat transaksi nasabah dan dapat melibatkan proses konfirmasi langsung dengan nasabah.

3. Perusahaan Sekuritas

Perusahaan sekuritas yang berurusan dengan investasi saham, obligasi atau instrumen keuangan lainnya juga wajib menerapkan KYC terhadap klien mereka. 

Proses KYC ini memungkinkan perusahaan sekuritas untuk memahami profil risiko klien dan memastikan bahwa investasi yang direkomendasikan sesuai dengan profil risiko dan tujuan investasi nasabah.

4. Fintech dan Layanan Keuangan Digital

Perusahaan fintech dan platform layanan keuangan digital juga harus menjalankan proses KYC untuk pelanggan mereka, terutama jika mereka mengizinkan transfer uang dan transaksi keuangan lainnya. 

Dalam lingkungan digital yang rentan terhadap risiko keamanan, KYC artinya menjadi bagian penting untuk mencegah tindakan penipuan dan kejahatan keuangan lainnya yang dapat merugikan nasabah dan lembaga keuangan.

Editor: Sari
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS