PARBOABOA, Jakarta - Batik Pekalongan, dengan kekayaan motif dan warna yang khas, tidak hanya dikenal sebagai bagian dari budaya Indonesia, tetapi juga sebagai simbol dari keberagaman yang terkandung dalam tradisi seni batik.
Terletak di pesisir utara Jawa, Pekalongan telah lama menjadi pusat pengembangan seni batik yang menggabungkan berbagai pengaruh budaya.
Batik Pekalongan adalah representasi dari harmoni antara seni tradisional dan dinamika perubahan zaman.
Sejak abad ke-19, Pekalongan dikenal sebagai kota batik, di mana batik mulai berkembang pesat karena posisi geografisnya yang strategis sebagai pelabuhan utama di pesisir utara Jawa.
Batik Pekalongan tidak hanya mendapatkan pengaruh dari budaya Jawa, tetapi juga diperkaya dengan elemen-elemen budaya Tionghoa, Arab, dan Belanda. Sebagai kota pelabuhan, Pekalongan menjadi titik pertemuan berbagai budaya dan komoditas, yang terlihat dalam beragam corak batik yang sangat bervariasi.
"Sejak dulu, batik Pekalongan sudah dipengaruhi banyak budaya, mulai dari Tionghoa, Arab, hingga Eropa. Keberagaman ini memberi warna tersendiri pada batik Pekalongan," kata Ibu Siti (52), salah satu pengrajin batik Pekalongan.
Seiring berjalannya waktu, batik Pekalongan terus berinovasi dan berkembang menyesuaikan diri dengan perubahan selera pasar, namun tetap mempertahankan ciri khasnya.
Memiliki motif yang penuh warna dan detail yang kompleks membuat batik Pekalongan berbeda dengan batik Solo atau Yogyakarta yang lebih dikenal dengan motif tradisional dan warna-warna gelap seperti coklat, biru, dan hitam.
Sementara batik Pekalongan lebih cenderung menggunakan warna-warna cerah seperti merah, kuning, hijau, dan biru muda. Keberagaman ini menunjukkan pengaruh budaya yang beragam, di mana batik Pekalongan menjadi jembatan antar budaya.
Pada masa penjajahan Belanda, batik Pekalongan mulai dikenal secara luas terutama ketika batik tulis menjadi salah satu barang ekspor utama ke pasar Eropa.
Siti, yang telah menggeluti dunia batik selama lebih dari 30 tahun, mengungkapkan bahwa banyak motif batik Pekalongan dipengaruhi oleh budaya asing.
“Motif yang ada di batik Pekalongan itu banyak dipengaruhi oleh budaya asing” Jelasnya kepada Parboaboa.
“Motif Mega Mendung yang sangat terkenal, memiliki pengaruh dari motif awan yang berasal dari Tiongkok. Ada juga motif bunga yang terinspirasi dari kebudayaan Belanda,” tambahnya.
Selain motif dari budaya asing, ada juga motif geometris dan figuratif, seperti motif wayang, bunga, dan burung. Keunikan lainnya adalah penggunaan warna-warna yang lebih berani, menciptakan kontras yang jelas antara satu warna dengan warna lainnya.
Teknik pewarnaannya pun beragam, mulai dari batik tulis, cap, hingga kombinasi keduanya yang menjadikannya sangat dinamis dan fleksibel untuk mengikuti perkembangan yang ada.
Meskipun batik Pekalongan dikenal dengan keberagaman dan inovasinya, namun nilai-nilai tradisional tetap dijaga oleh para pengrajin.
Sebagai contoh, batik tulis masih menjadi produk unggulan meski teknologi cap batik telah berkembang pesat. Penggunaan canting masih dipertahankan, dan proses pembuatan batik tulis yang rumit tetap menjadi bagian integral dari batik Pekalongan.
Selain itu, para pengrajin batik Pekalongan juga aktif berinovasi dengan menciptakan desain-desain baru yang sesuai dengan kebutuhan pasar modern tanpa meninggalkan akar tradisinya.
Batik Pekalongan di Kanca Internasional
Batik Pekalongan kini mulai dilirik oleh pasar internasional, terutama di sektor fashion dan aksesoris, Karena desainnya yang unik dan berwarna-warni.
"Seiring berjalannya waktu, batik Pekalongan mulai dikenal di luar negeri, terutama di kalangan pecinta fashion. Kini, kita bisa melihat batik Pekalongan dipakai pada berbagai acara internasional," ujar Siti Penuh bangga.
Berdasarkan informasi dari Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor Batik Pekalongan tahun 2020, sebesar 4,6 juta dolar Amerika Serikat.
Hal ini menunjukkan bahwa Batik Pekalongan memiliki peran yang signifikan dalam pasar internasional. Angka ini mencerminkan keberhasilan produk batik Pekalongan dalam meraih perhatian global dan kontribusinya terhadap perekonomian lokal.
Selain itu, juga menunjukkan potensi besar dalam pengembangan industri batik Pekalongan ke depan, dengan memperluas pasar ekspor dan menjaga kualitas serta inovasi dalam desain batik.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, menyatakan bahwa batik akan dijadikan sebagai pakaian resmi seragam bagi pegawai pemerintah. Kalimat ini dikutip langsung dari laman resmi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Selasa, 10/12).
Selain itu pemerintah akan terus memperluas jangkauan pasar baru di tingkat global.
Dengan begini, batik Pekalongan tidak hanya berfungsi untuk melestarikan seni budaya, tetapi juga memberikan dampak ekonomi yang besar bagi komunitas lokal, dengan menciptakan banyak peluang kerja bagi ribuan orang, mulai dari pengrajin, pedagang, hingga desainer yang mengubah motif batik menjadi produk fashion.
Penulis: Vera Shabrina
Peserta program magang Parboaboa