PARBOABOA, Jakarta - Penyakit cacar monyet atau monkeypox (mpox) mulai menghantui masyarakat Indonesia.
Para ahli memprediksi jumlah pasien terkonfirmasi cacar monyet bisa tembus 3.600 kasus hingga akhir tahun meski per hari ini, Kamis (26/10/2023), baru ada 14 kasus positif.
Hal ini disampaikan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI, Maxi Rein Rondonuwu dalam konferensi pers virtual hari ini.
"Para epidemiolog melihat rate yang terjadi di Inggris lalu memperkirakan kasus kita dengan jumlah populasi kunci, itu bisa 3.600 orang," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Maxi juga memapar mengatakan, ada sembilan suspek dimana mereka berada dalam pengawasan karena memiliki gejala.
Kesembilan orang telah menjalani tes laboratorium namun hasilnya belum keluar.
Ada juga dua kasus probable mpox yang artinya, seseorang diyakini sebagai suspek dan ada gejala atau kontak dari pasien positif, namun belum menjalani tes laboratorium.
"Semua pasien laki-laki. Pasien berumur 30-39 tahun ada lima dan 25-29 tahun ada sembilan orang. Semua pasien ini terkena mpox akibat kontak seksual," katanya.
Maxi juga menambahkan, 12 dari 14 pasien mpox menderita HIV.
Apa itu Cacar Monyet
Dilansir dari laman Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Kemenkes RI, cacar monyet merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus monkeypox.
Penyakit ini pertama kali ditemukan pada 1958 ketika wabah penyakit mirip cacar menyerang koloni monyet yang dipelihara untuk penelitian.
Kasus pada manusia pertama kali tercatat pada 1970 di Republik Demokratik Kongo dan mulai menyebar ke beberapa negara Afrika Tengah dan Barat.
Di antaranya Kamerun, Republik Afrika Tengah, Pantai Gading, Republik Demokratik Kongo, Gabon, Liberia, Nigeria, Republik Kongo, dan Sierra Leone.
Penyakit ini dapat menular ketika seseorang bersentuhan dengan virus dari hewan, orang yang terinfeksi, atau bahan yang terkontaminasi virus.
Bahkan, virus ini juga dapat melewati plasenta dari ibu hamil ke janin.
Virus ini juga dapat menyerang manusia melalui gigitan atau cakaran hewan yang terinfeksi.
Tak hanya itu, virus juga menyebar melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau luka pasien terinfeksi.
Penyakit ini juga dapat menyebar melalui droplet pernapasan.
Saat seseorang mulai terinfeksi virus, maka biasanya akan menunjukkan sejumlah gejala mirip cacar air, namun lebih ringan. Di antaranya, demam, sakit kepala, nyeri otot, dan kelelahan.
Yang menjadi pembeda, cacar monyet menyebabkan pembengkakan pada kelenjar getah bening (limfadenopati) sedangkan cacar air tidak.
Masa inkubasi cacar monyet biasanya berkisar dari 6-13 hari tetapi dapat pula 5-21 hari.
Setelah demam, pasien akan mengalami ruam biasanya pada wajahdan menyebar ke bagian tubuh lain.
Maka dari itu, sejumlah tindakan dapat dilakukan untuk mencegah infeksi virus cacar monyet.
Di antaranya menghindari kontak dengan hewan yang dapat menjadi reservoir virus (termasuk hewan yang sakit atau yang ditemukan mati di daerah di mana cacar monyet terjadi).
Sebaiknya, seseorang menghindari kontak dengan bahan apa pun, seperti tempat tidur yang pernah disentuh pasien atau hewan yang sakit.
Isolasi pasien yang terinfeksi lebih baik dilakukan untuk mengurangi potensi penularan.
Bila kontak dengan pasien atau hewan sakit, harus cuci tangan yang baik dan benar.
Menggunakan alat pelindung diri (APD) saat merawat pasien yang terinfeksi dan memasak daging dengan benar dan matang juga dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan.
Editor: Umaya khusniah