PARBOABOA - Kanker ovarium sering dikenal sebagai 'silent killer' yang berasal dari ovarium, kelenjar reproduksi wanita. Meskipun memiliki statistik mengejutkan, tantangan dalam deteksi dini tetap menjadi isu yang mengkhawatirkan.
Kanker ini terjadi ketika sel-sel di ovarium mulai tumbuh secara tidak terkendali, membentuk tumor yang dapat bersifat jinak (tidak berbahaya) atau ganas (kanker).
Menurut American Cancer Society (2023), salah satu tantangan terbesar dalam mengatasi kanker ovarium adalah kesulitan mendeteksi penyakit ini pada tahap awal.
Banyak gejala yang muncul mirip dengan masalah kesehatan lainnya, sehingga pasien sering kali terlambat mendapatkan diagnosis yang tepat
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa sebagian besar kasus kanker ovarium kemungkinan berawal dari ujung tuba falopi, meskipun ovarium tetap menjadi lokasi utama perkembangan kanker ini (Jemal et al., 2019).
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami lebih dalam mengenai penyakit ini agar bisa meningkatkan kesadaran dan mengambil langkah pencegahan yang tepat.
Ovarium dan Fungsinya
Ovarium terletak di sisi kanan dan kiri rahim. Fungsi utama ovarium adalah menghasilkan sel telur yang dibutuhkan dalam proses reproduksi serta hormon-hormon yang mengatur berbagai fungsi tubuh.
Hormon-hormon ini memiliki peranan penting dalam siklus menstruasi, kehamilan, dan kesehatan reproduksi secara keseluruhan (Mayo Clinic, 2023).
Ketika ovarium berfungsi dengan baik, kesehatan reproduksi akan wanita terjaga. Namun, jika terjadi masalah seperti kanker, dampaknya bisa sangat serius.
Jenis Tumor Ovarium
Kanker ovarium dapat dibedakan menjadi beberapa jenis tumor berdasarkan asal selnya. Menurut American Cancer Society (2023), U.S. National Library of Medicine (2023), dan National Cancer Institute (2023), terdapat tiga jenis utama tumor ovarium:
- Tumor Epitelial:
Ini adalah jenis tumor yang berasal dari lapisan luar ovarium, mencakup sekitar 85%-90% dari semua kasus kanker ovarium. Tumor epitelial yang paling umum adalah serous carcinoma, yang bisa bersifat jinak, borderline (setengah ganas), atau ganas. Tumor ini lebih sering ditemukan pada perempuan yang lebih tua dan memiliki risiko lebih tinggi untuk berkembang menjadi kanker.
- Tumor Sel Germinal:
Tumor ini berkembang dari sel-sel yang menghasilkan telur. Meskipun tergolong jarang (hanya sekitar 2% dari semua kasus kanker ovarium), tumor ini lebih umum terjadi pada perempuan muda. Jenis tumor ini biasanya memiliki prognosis yang lebih baik jika didiagnosis dan ditangani lebih.
- Tumor Stroma:
Tumor ini berasal dari jaringan yang mendukung ovarium dan memproduksi hormon. Tumor stroma dapat menyebabkan gejala seperti perdarahan yang tidak normal akibat produksi hormon yang berlebihan. Sekitar 1% dari semua kanker ovarium berasal dari tumor jenis ini.
Selain tumor, ovarium juga dapat mengalami pembentukan kista, yaitu kantung berisi cairan yang terbentuk di dalam atau di permukaan ovarium.
Sebagian besar kista bersifat fungsional dan tidak berbahaya. Namun, jika kista tidak hilang dengan sendirinya atau tumbuh besar, maka penting untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan tidak ada risiko kanker (Mayo Clinic, 2023).
Gejala Kanker Ovarium
Salah satu tantangan terbesar dalam diagnosis kanker ovarium adalah gejala yang sulit dikenali, terutama pada tahap awal. Banyak perempuan tidak menyadari bahwa mereka menderita kanker ovarium sampai penyakit ini sudah mencapai stadium lanjut.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gleneagles Hospital Singapore, ada beberapa gejala yang sebaiknya diperhatikan.
Pertama, jika Anda merasakan perut kembung, penuh, atau bengkak, ini bisa menjadi tanda yang perlu diwaspadai.
Selain itu, perubahan dalam kebiasaan buang air besar, seperti mengalami sembelit atau diare, juga harus dicatat. Kehilangan nafsu makan yang signifikan dan penurunan berat badan yang drastis merupakan pertanda lainnya.
Nyeri pada punggung bagian bawah dan rasa nyeri saat berhubungan intim juga menjadi gejala yang perlu diwaspadai. Selain itu, jika Anda merasa frekuensi buang air kecil meningkat atau mengalami desakan yang kuat untuk buang air kecil, itu pun perlu diperhatikan.
Terakhir, gangguan pada siklus menstruasi, seperti pendarahan yang tidak teratur, bisa menjadi sinyal penting yang tidak boleh diabaikan.
Karena gejala-gejala ini seringkali dapat disalah artikan sebagai tanda-tanda masalah kesehatan lainnya, jadi sangat penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter jika mengalami keluhan yang tidak biasa. Diagnosis yang tepat dan cepat sangat penting untuk meningkatkan peluang penyembuhan.
Penyebab dan Faktor Risiko Kanker Ovarium
Meskipun penyebab pasti kanker ovarium masih belum sepenuhnya dipahami, para ahli percaya bahwa mutasi genetik pada sel-sel ovarium memainkan peran penting dalam perkembangan penyakit ini.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko seseorang terkena kanker ovarium meliputi:
- Obesitas:
Penelitian menunjukkan bahwa obesitas dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker ovarium, meskipun kaitannya dengan jenis kanker yang paling agresif belum sepenuhnya jelas (World Health Organization, 2022).
- Kehamilan:
Wanita yang memiliki anak di usia lebih tua atau tidak pernah melahirkan memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker ovarium (Mayo Clinic, 2023).
- Riwayat Keluarga:
Memiliki anggota keluarga yang menderita kanker ovarium, payudara, atau kolorektal juga dapat meningkatkan risiko. Hingga 25% kasus kanker ovarium disebabkan oleh perubahan genetik yang diwariskan, seperti mutasi pada gen BRCA1 dan BRCA2 (U.S. National Library of Medicine, 2023).
- Terapi Hormonal:
Penggunaan terapi hormon setelah menopause dapat meningkatkan risiko kanker ovarium, terutama jika digunakan dalam jangka waktu yang panjang (National Cancer Institute, 2023).
- Sindrom Kanker Keluarga:
Adanya sindrom yang mengaitkan beberapa jenis kanker dalam satu keluarga juga dapat meningkatkan risiko kanker ovarium (U.S. National Library of Medicine, 2023).
Jika tidak diobati, kanker ovarium dapat menyebabkan komplikasi serius. Pada stadium lanjut, kanker ini dapat menyebabkan penyumbatan usus, penumpukan cairan di paru-paru (efusi pleura), dan anemia.
Selain itu, prosedur medis seperti operasi dapat menimbulkan risiko infeksi atau pembekuan darah (Mayo Clinic, 2023).
Pencegahan Kanker Ovarium
Walaupun penyebab pasti kanker ovarium masih belum sepenuhnya jelas, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk menurunkan risiko terkena kanker ini. Langkah-langkah pencegahan menurut American Cancer Society (2023), National Cancer Institute (2023), Mayo Clinic (2023), dan World Health Organization (2022), yang dapat dilakukan antara lain:
- Menggunakan Pil KB:
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pil kontrasepsi dapat mengurangi risiko kanker ovarium.
- Mengikat Tuba Falopi:
Prosedur ini dapat mengurangi risiko kanker ovarium, terutama bagi wanita yang tidak berencana untuk memiliki anak.
- Menghindari Terapi Hormon yang Tidak Perlu:
Wanita disarankan untuk mendiskusikan risiko dan manfaat penggunaan terapi hormon setelah menopause dengan dokter.
- Menjalani Gaya Hidup Sehat:
Pola makan seimbang, berolahraga secara teratur, dan menjaga berat badan yang sehat dapat membantu menurunkan risiko kanker ovarium.
- Deteksi Dini:
Bagi perempuan yang memiliki risiko tinggi, seperti mereka dengan riwayat keluarga kanker ovarium, sangat disarankan untuk menjalani pemeriksaan rutin dan berkonsultasi dengan dokter spesialis ginekologi.
Pentingnya deteksi dini pun tidak bisa diabaikan. Meskipun hanya sekitar 20% kanker ovarium ditemukan pada tahap awal, pemeriksaan kesehatan rutin dan pemahaman tentang gejala yang mungkin muncul dapat membantu dalam deteksi lebih dini.
Beberapa tes yang dapat digunakan untuk membantu diagnosis termasuk ultrasound transvaginal (TVUS) dan tes darah CA-125, meskipun efektivitasnya sebagai alat skrining masih diperdebatkan (National Cancer Institute, 2023)
Hanya sekitar 20% kanker ovarium yang terdeteksi pada tahap awal. Jika kanker ovarium ditemukan lebih awal, maka sekitar 94% pasien dapat bertahan hidup lebih dari 5 tahun setelah diagnosis.
Oleh karena itu, deteksi dini sangat penting untuk meningkatkan peluang kesembuhan (Jemal et al., 2019).
Cara Menemukan Kanker Ovarium Secara Dini
Berikut ini adalah cara menemukan kanker ovarium secara dini menurut American Cancer Society (2023):
- Pemeriksaan Kesehatan Rutin:
Selama pemeriksaan panggul, profesional kesehatan akan meraba ovarium dan rahim untuk mengecek ukuran, bentuk, dan konsistensinya. Meskipun pemeriksaan panggul berguna untuk mendeteksi beberapa kanker wanita, banyak tumor ovarium awal sulit untuk diraba. Namun, pemeriksaan ini dapat membantu menemukan kondisi lain yang memerlukan perhatian.
- Tes Darah CA-125:
Tes darah ini mengukur kadar protein yang dihasilkan oleh sel-sel kanker ovarium. Kadar tinggi CA-125 bisa mengindikasikan adanya kanker ovarium, meskipun kadar ini juga dapat meningkat karena kondisi lain, seperti endometriosis atau fibroid Rahim.
- Ultrasound Transvaginal (TVUS):
Tes ini menggunakan gelombang suara untuk membuat gambar ovarium. Ultrasound ini dapat membantu dalam menilai perubahan atau pertumbuhan abnormal di ovarium.
- Diagnosis Akurat:
Jika hasil tes menunjukkan adanya kelainan, dokter akan melakukan prosedur lebih lanjut untuk menentukan apakah itu kanker atau tidak. Hal ini sering melibatkan biopsi, di mana sebagian jaringan diambil untuk diperiksa di laboratorium.
Kanker ovarium adalah penyakit yang serius dan sering kali sulit dideteksi pada tahap awal.
Memahami gejala, faktor risiko, dan langkah pencegahan sangat penting untuk mengurangi risiko dan meningkatkan peluang penyembuhan.
Melalui pemeriksaan kesehatan yang rutin dan kesadaran akan kondisi tubuh, wanita dapat mengambil langkah-langkah proaktif dalam menjaga kesehatan reproduksi mereka.
Jika Anda memiliki kekhawatiran atau gejala yang tidak biasa, maka segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan evaluasi yang tepat.
Dengan upaya kolaboratif antara pasien, penyedia layanan kesehatan, dan keluarga, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung deteksi dini dan penanganan kanker ovarium.
Mari kita tingkatkan kesadaran dan pengetahuan mengenai kanker ovarium demi kesehatan bersama.
Editor: Luna