PARBOABOA, Jakarta - Sekutu Ukraina pada, Kamis (19/01/2023) menjanjikan bantuan senjata sebesar miliara dolar senjata untuk Ukraina. Tapi, Jerman belum menentukan kapan jadwal pengiriman tank leopard ke Ukraina, yang ditujukan untuk menambah daya serang musim semi Kyiv melawan invasi Rusia. Bahkan, ia sempat berpikir untuk mencabut hak veto pengiriman yang dikhawatirkan akan memprovokasi Rusia.
Adapun, masalah ini terlihat akan mendominasi pembicaraan antara sekutu Ukraina di Ramstein yang merupakan pangkalan udara utama Washington di Eropa, pada Sabtu (21/01/2023). Ukraina mendorong Barat untuk mengirim tank tempur Leopard buatan Jerman untuk menghadapi pasukan Rusia. Tank tempir ini dimiliki oleh sejumlah negara anggota NATO. Tapi, pengiriman tank tersebut membutuhkan persetujuan Jerman.
"Orang-orang kami sekarat setiap hari. Jika Anda memiliki tank Leopard, berikan kepada kami. Ukraina membutuhkan mereka untuk mempertahankan diri, merebut kembali tanah yang diduduki, dan tidak berencana menyerang Rusia," ujar Presiden Ukraina Volodomyr Zelenskiy kepada televisi Jerman ARD, pada Kamis malam.
Selain itu, Kanselir Jerman Olaf Scholz enggan mengirim senjata yang dianggap dapat memprovokasi Rusia. Para sekutu Barat menjelaskan, kekhwatiran Jerman tidak tepat, karena Rusia sudah berkomitmen penuh untuk perang.
Setelah Rusia berulang kali mengatakan, membagikan penderitaan di Ukraina. Sumber pemerintah Jerman sebelumnya memaparkan Berlin akan mencabut keberatannya ketika Washington mengirimkan tank Abrams.
"Kepemimpinan sejati adalah tentang memimpin dengan memberi contoh, bukan tentang memandang orang lain. Tidak ada pantangan, dari Washington ke London, dari Paris ke Warsawa, Anda mendengar satu hal, Ukraina membutuhkan tank. Tank adalah kunci untuk mengakhiri perang dengan baik," tambah Podolyak.
Kemudian, menjelang pertemuan di Ramstein, 11 negara NATO, termasuk Inggris dan Polandia, menjanjikan bantuan militer baru ke Ukraina. Komitmen ini dicapai dalam sebuah pertemuan di pangkalan militer di Esto "Kami berkomitmen untuk secara kolektif mengejar pengiriman serangkaian donasi yang belum pernah terjadi sebelumnya termasuk tank tempur utama, artileri berat, pertahanan udara, amunisi, dan kendaraan tempur infanteri ke pertahanan Ukraina," terangnya dalam pernyataan bersama mereka. pada Kamis (19/01/2023).
Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki mengatakan meragukan bahwa Jerman akan mengizinkan tank Leopard dikirim ke Ukraina. Sementara Menteri Pertahanan Belanda, Kajsa Ollongren meyakini ada solusi dari persoalan pengiriman bantuan senjata militer ini. Namun, Belanda juga membutuhkan persetujuan dari Berlin sebelum memutuskan apakah akan menyumbangkan tank.
Sebelumnya Polandia, Finlandia menjelaskan, mereka akan mengirimkan tank Leopard ketika Jerman mencabut hak vetonya. Sementara pejabat Ukraina terus mendesak Barat untuk segera membuat keputusan.
"Kami tidak punya waktu, dunia tidak punya waktu saat ini. Kami membayar kelambatan dengan nyawa rakyat Ukraina," jelasnya Kepala Administrasi Kepresidenan Ukraina, Andriy Yermak di Telegram.
Selanjutnya, sebuah jajak pendapat oleh televisi ARD Jerman menunjukkan 46 persen responden mendukung pengiriman tank, dan 43 persen menentang pengiriman itu. Banyak orang jerman memandang selesainya perang Dingin pasifisme yang berakar pada rasa bersalah atas perang Jerman dalam dua Perang Dunia. Para analis mengatakan, mundurnya Jerman dari pertahanan koloktif sekutu, secara efektif mengalihkan keamanan kepada Amerika Serikat.
Penasihat kebijakan utama Pentagon, Colin Kahl, pada Rabu (18/01/2023) menerangkan, tank Abrams kemungkinan besar tidak akan disertai dalam paket bantuan militer besar-besaran Washington. Tank tersebut dianggap tidak cocok untuk kondisi di Ukraina. Rusia dan Ukraina sama-sama mengandalkan tank T-72 era Soviet, yang telah dihancurkan dalam 11 bulan pertempuran.
Editor: -