Internet Starlink Bakal Tersedia di Indonesia Tahun Depan

Ilustrasi, foto: Selular.ID

PARBOABOA - Starlink, layanan internet satelit milik SpaceX, terus melebarkan sayapnya. Setelah menyelesaikan uji coba beta pada akhir tahun lalu, kini layanan Starlink sudah tersedia di 32 negara.

Dari peta ketersediaan yang ada di situs resmi Starlink, terlihat tiga warna biru berbeda yang menandai area di mana layanan Starlink sudah tersedia, masuk dalam 'daftar tunggu', dan 'segera hadir'.

Area yang sudah ditandai sebagai 'tersedia' dan dalam 'daftar tunggu' sebagian besar berada di Amerika Utara, Eropa, Amerika Selatan, Australia, dan Selandia Baru.

Pengguna yang sudah memesan dari negara yang sudah dijangkau layanan Starlink akan menerima antena mereka dalam waktu dekat.

Sementara itu, kawasan lainnya seperti sebagian besar Amerika Selatan, Afrika, dan Asia (termasuk Indonesia) masih ditandai 'segera hadir'.

Starlink mengatakan area yang masuk kategori ini masih menunggu ketersediaan jaringan atau persetujuan dari regulator.

Di tiga kawasan ini Starlink mengatakan layanannya akan hadir mulai tahun 2023, seperti dikutip dari The Verge, Minggu (15/5/2022).

Direktur Utama Delameta Bilano, Tri Bayu Wicaksono menjelaskan, dipilihnya Delameta sebagai mitra uji coba Starlink di Indonesia diharapkan bisa menjadi inspirasi kebangkitan riset dalam negeri.

"Bagi kami, Starlink dan Elon Musk adalah perusahaan riset teknologi kelas dunia yang bisa dijadikan model atau benchmark dalam bidang inovasi khususnya solusi internet satelit terjangkau namun berkualitas bagi masyarakat luas hingga pedalaman terpencil," kata Bayu dalam siaran pers yang diterima Kamis (1/4/2021).

"Sehingga akan bermanfaat untuk aktivitas pendidikan, sosial, dan ekonomi di daerah tersebut. Bayangkan, di tengah hutan atau gunung pun kecepatan internet Starlink dapat mencapai 100 Mbps," ujar Bayu.

Starlink baru tersedia di sebagian Amerika Serikat, Meksiko dan beberapa negara di Amerika Latin. Layanan tersebut juga tersedia di Inggris, Prancis, Jerman, Spanyol, Polandia, Italia dan beberapa negara di Eropa serta Australia.

Meskipun baru bisa dinikmati pada tahun depan, pengguna di Indonesia sudah bisa memesan terlebih dahulu melalui alamat web starlink.com/map.

Pengguna bisa memasukkan nama daerah mereka di kolom pencarian yang terletak di bawah tampilan peta, dan meng-klik tombol “Order Now”.

Nantinya, pada halaman selanjutnya, pengguna diwajibkan mengisi data-data yang diperlukan, seperti alamat dan informasi pribadi, serta membayar uang deposit sebesar 99 dolar AS atau sekitar Rp 1,4 juta.

Biaya internet Starlink di Amerika Serikat sendiri cukup mahal dan sempat mengalami kenaikan harga pada Maret lalu.

Melansir The Verge, untuk membeli antenanya pengguna dikenakan biaya 549 dolar AS (Rp 8 jutaan), sedangkan biaya layanan per bulannya adalah 110 dolar AS (Rp 1,6 juta).

Saat ini metode pembayaran yang diterima SpaceX melalui kartu kredit dan dana yang dibayarkan nantinya bisa ditarik kembali (refund) apabila pengguna berubah pikiran dan tidak jadi berlangganan Starlink.

Sedikit informasi, Starlink menyediakan internet broadband berkecepatan tinggi dengan latensi rendah di seluruh dunia.

Menggunakan satelit canggih di orbit rendah, Starlink memungkinkan panggilan video, game online, streaming, dan aktivitas kecepatan data tinggi lainnya yang secara historis tidak mungkin dilakukan dengan internet satelit.

Ide di balik proyek SpaceX ini adalah untuk memberikan akses internet berkecepatan tinggi kepada masyarakat di daerah paling terpencil di dunia melalui konstelasi satelit yang mengorbit planet ini.

Pengembangan jaringan itu telah dimulai pada 2015, dengan satelit prototipe yang pertama diluncurkan ke orbit pada 2018.

Sejak saat itu, pihak SpaceX telah mengerahkan hampir 2.000 satelit Starlink ke orbit melalui belasan peluncuran yang berhasil. Pada 3 Februari 2022, perusahaan telah mengirimkan 49 satelit lainnya ke orbit.

Editor: -
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS