PARBOABOA – Imperialisme adalah suatu kebijakan yang sangat penting dalam studi Hubungan Internasional. Umumnya, kebijakan ini diatur oleh sebuah negara untuk memperluas kekuasaan dan pengaruh mereka dengan mendominasi negara-negara yang lebih lemah.
Mengutip dari Jurnal Politik Internasional Universitas Indonesia, imperialisme adalah dorongan untuk mencapai status bangsa yang dominan dan menguasai dunia, yang sering kali diwujudkan dalam upaya menonjolkan sikap atau kekuasaan.
Tujuannya adalah untuk memperoleh keuntungan ekonomi. Negara imperialis akan berusaha memanfaatkan sumber daya ekonomi di wilayah yang mereka kuasai, karena sumber daya ekonomi di negara mereka sendiri mungkin tidak mencukupi.
Selain pertimbangan ekonomi, terdapat elemen etnosentrisme, yaitu keyakinan bahwa satu bangsa dianggap lebih mulia daripada bangsa lain. Tak hanya itu, pengaruh politik, budaya juga merupakan aspek penting dari imperialisme.
Meskipun istilah ini sering dikaitkan dengan era kolonialisme Eropa pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, secara umum perbedaan antara kolonialisme dan imperialisme adalah terletak dari fokus utamanya.
Kolonialisme cenderung berfokus pada penaklukan fisik dan pengambilan wilayah baru. Sementara imperialisme mencakup beragam bentuk dominasi yang dapat mencakup eksploitasi ekonomi dan pengaruh politik tanpa perlu mengendalikan wilayah secara langsung.
Lantas, apa yang dimaksud dengan imperialisme? Agar lebih memahaminya, berikut Parboaboa telah merangkum seputar imperialisme secara lengkap. Langsung saja, simak sampai akhir ya!
Apa Itu Imperialisme?
Secara umum, pengertian imperialisme adalah sebuah sistem politik atau ideologi yang bertujuan untuk memperluas pengaruh dan kontrol atas negara lain dengan tujuan mencapai kekuasaan dan manfaat yang lebih besar.
Asal usul kata "imperialisme" dapat ditelusuri kembali ke bahasa Latin, yaitu "imperare," yang berarti dominasi atau penguasaan. Negara yang melaksanakan imperialisme disebut sebagai negara imperialis atau imperium, sementara negara yang tunduk pada pengaruh mereka disebut sebagai negara klien atau protektorat.
Di sisi lain, disebutkan jika imperialisme adalah suatu tindakan yang sering kali diimplementasikan melalui berbagai metode, termasuk campur tangan dalam urusan dalam negeri negara lain melalui diplomasi, perjanjian, bantuan ekonomi, propaganda, ancaman militer, atau bahkan tindakan perang.
Contoh negara yang terlibat dalam imperialisme mencakup Inggris, Perancis, Rusia, Jerman, Italia, Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Soviet. Negara-negara seperti China, Korea, Vietnam, Iran, Mesir, Turki, Afghanistan, dan Irak pernah menjadi objek dari upaya imperialisme oleh negara-negara besar tersebut.
Pengertian Imperialisme Menurut Para Ahli
Menurut Alan Bullock (1986) menyebutkan jika arti imperialisme adalah suatu penaklukan warga negara oleh suatu kekuasaan, yang mengaturnya secara hukum, dengan tujuan eksploitasi ekonomi dan finansial di wilayah lain.
Sementara itu, Henry Pratt Fairchild (1997) menjelaskan bahwa pengertian imperialisme adalah sebagai metode perluasan suatu negara ke wilayah negara lain.
Soekarno mengatakan bahwa arti imperialisme adalah sistem yang mengendalikan ekonomi suatu bangsa atau negara dan juga sebagai ekspresi dari kapitalisme yang berusaha menguasai negara lain.
Jenis-jenis Imperialisme
Seorang ahli bernama Lenin menyebutkan jika imperialisme adalah sebuah sistem ekonomi yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan politik. Terdapat beberapa jenis imperialisme yang perlu dipahami, di antaranya:
1. Imperialisme Kuno (Ancient Imperialism)
Imperialisme kuno berpusat pada prinsip gold, gospel, dan glory (kekayaan, penyebaran agama, dan kejayaan). Negara-negara pada zaman ini mengejar tujuan seperti menyebarkan agama, memperoleh kekayaan.
Ancient Imperialism juga bertujuan untuk meningkatkan reputasi dengan merebut negara-negara lain. Era ini terjadi sebelum revolusi industri, dengan Spanyol dan Portugal menjadi pelopor dalam hal ini.
2. Imperialisme Modern (Modern Imperialism)
Imperialisme modern terkait erat dengan pertumbuhan ekonomi. Era ini muncul setelah revolusi industri.
Revolusi industri membutuhkan sumber daya alam dan pasar yang luas, mendorong negara-negara industri untuk mencari sumber daya dan pasar baru, serta tempat untuk berinvestasi modal yang berlebih.
3. Imperialisme Politik
Imperialisme politik adalah upaya untuk mengendalikan berbagai jalur politik. Ini terlihat dalam konteks pemilihan umum, di mana kandidat politik dapat terkait dengan kelompok yang sudah berkuasa.
Selain itu, imperialisme politik juga mencakup persaingan untuk mendominasi legislatif dalam perumusan kebijakan.
4. Imperialisme Ekonomi
Imperialisme ekonomi melibatkan upaya untuk mengendalikan sektor-sektor ekonomi, seperti modal, saham, dan industri. Ini berkaitan dengan pertanyaan tentang bagaimana ekonomi bisa mendukung imperialisme politik.
5. Imperialisme Kebudayaan
Imperialisme kebudayaan terjadi ketika satu budaya berusaha menguasai gagasan, nilai, dan pikiran di negara-negara lain. Ini melibatkan upaya untuk menggantikan budaya lokal dengan budaya imperialisme.
6. Imperialisme Militer
Imperialisme militer melibatkan penggunaan kekuatan militer untuk mengendalikan wilayah-wilayah strategis atau untuk mengancam negara-negara lain.
Contohnya adalah pendirian pangkalan militer oleh beberapa negara di berbagai belahan dunia, yang dapat dianggap sebagai ancaman bagi negara-negara yang menentangnya.
Tujuan Imperialisme
Imperialism merupakan suatu langkah untuk melakukan perluasan negara dengan menguasai suatu wilayah atau negara. Beberapa tujuan imperialisme adalah sebagai berikut:
1. Penyebaran Ide dan Kebudayaan Barat
Salah satu tujuan imperialisme adalah untuk memperluas pengaruh ide dan kebudayaan Barat ke seluruh dunia.
Ini mencakup penyebaran nilai-nilai, norma, dan budaya Barat ke wilayah-wilayah yang dikuasai, seringkali dengan tujuan mengubah atau menggantikan budaya lokal.
2. Penguasaan Terhadap Wilayah Terorganisir Politik
Imperialisme seringkali bertujuan untuk menguasai atau mendominasi wilayah yang memiliki struktur politik yang terorganisir, seperti suatu imperium dunia.
Hal ini memungkinkan negara imperialistik untuk mendapatkan kontrol politik dan ekonomi yang lebih besar atas wilayah tersebut.
3. Pembentukan Imperium atau Hegemoni Kontinental
Sebagian besar imperialisme berupaya untuk membentuk imperium atau mencapai hegemoni di tingkat kontinental. Hal ini dapat mencakup pengendalian wilayah-wilayah besar atau dominasi atas sejumlah negara dalam suatu wilayah geografis yang luas.
4. Pengaruh yang Melampaui Lokasi Geografis
Salah satu ciri imperialisme adalah pengaruh yang melampaui batas lokalisasi geografis. Negara imperialistik berusaha untuk memiliki pengaruh yang signifikan di berbagai belahan dunia, bukan hanya di wilayah mereka sendiri.
Contoh Imperialisme
Salah satu contoh imperialisme adalah pengalaman Indonesia ketika berada di bawah kekuasaan kolonial. Pada saat itu, bangsa Eropa, termasuk Portugis, Spanyol, dan Belanda, tiba di Indonesia dengan niat untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di wilayah tersebut.
Pada masa tersebut, Indonesia dianggap sebagai tanah jajahan yang ingin dieksploitasi untuk mendapatkan keuntungan sebesar mungkin, terutama melalui perdagangan rempah-rempah.
Selain itu ada contoh dari bentuk imperialisme yang lebih modern, kita dapat mengingat kejadian pada periode setelah tahun 1870 di Indonesia, yang berbarengan dengan kebijakan Politik Pintu Terbuka atau Politik Liberal. Kebijakan ini berlaku antara tahun 1870 dan 1900.
Politik Pintu Terbuka adalah sebuah konsep di mana pihak swasta diberi kesempatan untuk berinvestasi dan membuka usaha di Indonesia. Hal ini mengubah secara signifikan kehidupan masyarakat, terutama dalam hal ekonomi, pertumbuhan kota, dan munculnya kelas sosial baru.
Selain itu, wilayah di sekitar perkebunan berkembang menjadi kota-kota yang baru. Kebijakan Politik Pintu Terbuka juga memicu perkembangan rasa persatuan di antara penduduk pribumi dan menanamkan semangat nasionalisme.
Sayangnya, di balik dampak positifnya, Politik Pintu Terbuka juga menyebabkan eksploitasi yang besar terhadap penduduk pribumi dan mengakibatkan penurunan kualitas hidup yang signifikan bagi mereka.
Dampak Kolonialisme dan Imperialisme
Tak bisa dipungkiri, kolonialisme dan imperialisme telah memberikan dampak yang signifikan pada sejarah dunia. Beberapa dampak kolonalisme dan imperialisme adalah sebagai berikut:
Dampak positif:
- Mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui penemuan-penemuan baru di berbagai bidang seperti navigasi, geografi, astronomi, biologi, dan kedokteran.
- Memfasilitasi pertukaran budaya dan peradaban antar bangsa melalui penyebaran agama, bahasa, seni, sastra, musik, dan arsitektur.
- Mendorong pembangunan infrastruktur dan fasilitas publik di wilayah jajahan, seperti jalan, jembatan, pelabuhan, kereta api, sekolah, dan rumah sakit.
- Mendukung pembentukan kesadaran politik dan integrasi nasional di wilayah jajahan melalui pemerintahan pusat, sistem hukum, pendidikan, dan perpajakan.
- Membantu memicu gerakan kemerdekaan dan nasionalisme di wilayah jajahan dengan melalui perlawanan terhadap penjajah serta penyatuan kelompok etnis, agama, dan budaya.
Dampak negatif:
- Menyebabkan penindasan dan eksploitasi di wilayah jajahan melalui kekerasan, diskriminasi, perbudakan, pengambilalihan tanah, dan pengurasan sumber daya alam.
- Menyebabkan kerusakan dan hilangnya budaya asli di wilayah jajahan melalui asimilasi, akulturasi, westernisasi, dan kristenisasi.
- Menyebabkan ketimpangan ekonomi dan kemiskinan di wilayah jajahan karena monopoli perdagangan, pajak tinggi, hutang luar negeri, dan ketergantungan ekonomi.
- Memicu konflik dan peperangan antara negara-negara penjajah dan di antara wilayah jajahan melalui persaingan kekuasaan, pembagian wilayah pengaruh, dan pemberontakan lokal.
- Menyebabkan pengaruh politik dari imperialisme adalah masalah sosial dan wilayah jajahan menjadi kacau serta di negara-negara penjajah, adanya korupsi, nepotisme, kolusi, militerisme, dan nasionalisme radikal.
Latang Belakang Adanya Kolonialisme dan Imperialisme
Imperialisme dan kolonialisme oleh bangsa Eropa telah berlangsung sejak abad ke-19 di seluruh dunia, termasuk di wilayah Nusantara (Indonesia).
Ada beberapa faktor yang mendorong bangsa Eropa menjelajahi wilayah Nusantara, seperti penaklukan Konstantinopel oleh Turki Usmani pada tahun 1453, penurunan ekonomi dan perdagangan Eropa, serta revolusi industri.
Kolonialisme modern, yang muncul setelah revolusi industri, bertujuan untuk mengembangkan ekonomi Eropa. Revolusi industri mendorong Eropa untuk menciptakan kapal laut yang memungkinkan mereka menjelajah samudra demi mencari sumber daya di berbagai penjuru dunia, sekaligus mempertahankan semangat Perang Salib.
Inisiatif ini mendorong bangsa Eropa untuk menyebar ke seluruh dunia, termasuk ke Indonesia, sebagai akibat dari penurunan akses mereka ke rempah-rempah yang lebih murah setelah Konstantinopel jatuh ke tangan Turki Usmani pada tahun 1453.
Hal ini menyebabkan harga rempah-rempah meningkat drastis di Eropa, mendorong bangsa Eropa untuk mencari sumber-sumber rempah-rempah di dunia baru di Timur Eropa.
Seiring berjalannya waktu, ambisi mereka berkembang untuk menguasai berbagai negara demi keuntungan ekonomi dan kepentingan politik mereka, terutama di wilayah seperti Indonesia yang merupakan penghasil rempah-rempah seperti lada, cengkih, dan pala.
Keberadaan rempah-rempah ini sangat menggugah minat bangsa Eropa untuk melaksanakan imperialisme dan kolonialisme, mengingat rempah-rempah menjadi komoditas yang sangat dicari di Eropa. Akhirnya, Nusantara pun dikenal sebagai Hindia oleh bangsa Eropa.
Perbedaan Kolonialisme dan Imperialisme
Beberapa perbedaan antara kolonialisme dan imperialisme adalah sebagai berikut:
- Kolonialisme menekankan kekuasaan yang bersifat langsung terhadap wilayah jajahan dari segi fisik dan administratif, sementara imperialisme fokus pada pengaruh tidak langsung yang mempengaruhi negara-negara klien secara politik dan ekonomi.
- Kolonialisme berfokus pada perluasan geografis dan pendirian koloni di luar negeri, sedangkan imperialisme lebih terkait dengan penyebaran ideologi dan pembentukan imperium global.
- Kolonialisme lebih umum terjadi sebelum abad ke-19 akibat eksplorasi samudra dan perdagangan rempah-rempah, sementara imperialisme lebih sering terjadi setelah abad ke-19 karena dampak revolusi industri dan persaingan antara negara Eropa.
Itulah informasi seputar imperialisme, lengkap dengan jenis, tujuan, contoh, latar belakang, dan perbedaannya dengan kolonialisme. Jangan ragu untuk mempertimbangkan dampak imperialisme pada tingkat global serta implikasinya dalam geopolitik dan dinamika internasional.
Teruslah belajar dan berkontribusi pada pemahaman kita tentang isu-isu kompleks ini untuk mencapai dunia yang lebih adil dan aman. Semoga bermanfaat dan nantikan artikel menarik lainnya, ya!
Editor: Juni