PARBOABOA, Jakarta - Honorer tenaga kesehatan (nakes) mendesak Presiden Joko Widodo (Jokowi) menepati janji untuk mensejahterakan mereka, sebelum masa jabatannya berakhir.
"Pak Presiden Jokowi yang kami cintai, kami menagih janji Bapak akan mensejahteraan kehidupan kami tenaga kesehatan, mohon dengarkan kami!," kata Nike (38), honorer nakes asal Kabupaten Garut menjawab PARBOABOA, Senin (07/08/2023).
Nike juga menceritakan dukanya menjadi nakes selama pandemi COVID-19 melanda Indonesia. Saat itu, Nike mengaku harus bekerja 24 jam non-stop.
"Saat COVID-19 awal Maret 2020 melanda dunia dan Indonesia, saya bekerja 24 jam non-stop dan harus standby. Tidur kurang hingga waktu itu saya terkena COVID-19, itu duka saya dahulu," katanya.
Nike juga mengaku ia hanya digaji Rp1,5 juta per bulan selama menjadi honorer nakes saat pandemi COVID-19.
"Di Garut itu UMK (Upah Minimum Kabupaten) jauh berbeda sama DKI Jakarta, apalagi saya masih honorer. Dulu saya digaji Rp1,5 juta per bulan. Seperti dijajah sama Belanda lagi," keluhnya.
Selain Nike, Siti Fatimah (35), honorer nakes dari Kabupaten Bandung juga mengeluhkan hal yang sama.
Ia mendesak Presiden Jokowi mengangkat honorer nakes menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN). Apalagi ia sudah mengabdi sebagai honorer nakes selama 8 tahun.
"Saya minta Pak Presiden Jokowi mohon angkat saya menjadi ASN. Saya sudah mengabdi selama 8 tahun dan sampai saat ini saya masih honorer," katanya.
Siti Fatimah juga menceritakan pengalamannya saat Pandemi COVID-19. Saat itu gaji yang ia terima hanya cukup untuk makan.
"Ya kalau gaji ya, mas tahu lah gaji honorer tuh gimana. Sejak COVID-19 sampai saat ini, gaji saya hanya cukup untuk makan sehari-hari bersama keluarga. Belum mikirin biaya kontrakan, biaya sekolah anak dan lain-lain," katanya.
Ia lantas mendesak Jokowi memprioritaskan kesejahteraan honorer tenaga kesehatan di seluruh Indonesia, sebelum masa jabatannya sebagai Presiden berakhir.
"Saya desak kepada Presiden Jokowi untuk prioritaskan kami, tenaga kesehatan yang lebih mementingkan kesehatan orang lain kalau dibandingkan dengan kesehatan diri sendiri," imbuh Siti Fatimah.
Editor: Kurniati